Bantuan Indonesia untuk Rakyat Palestina Terus Berlanjut
Kontribusi Indonesia dalam mewujudkan perdamaian di Palestina, di antaranya, berupa program pelatihan terhadap perempuan Palestina yang tinggal di pengungsian. Saat ini, Indonesia juga sedang melobi dan melakukan kampanye untuk keanggotaan Indonesia di Dewan HAM PBB.
Oleh
Ayu Pratiwi
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Merespons terjadinya perang terbesar antara Palestina dan Israel sejak 2008, lembaga kemanusiaan Indonesia meningkatkan pengiriman bantuan, terutama makanan dan air bersih, untuk rakyat Palestina. Bagi para dermawan, Indonesia siap membantu Palestina hingga merdeka.
Salah satu lembaga kemanusiaan Indonesia yang giat menyalurkan bantuan kepada rakyat Palestina adalah Aksi Cepat Tanggap (ACT). Selama bulan Ramadhan 2019, ACT menargetkan pengiriman bantuan pangan sebanyak 1.000 ton ke Palestina. Setelah terjadinya perang pekan lalu yang menelan puluhan korban jiwa warga Palestina dan Israel, ACT meningkatkan jumlah bantuannya 10 kali lipat atau sebesar 10.000 ton bantuan pangan hingga akhir Ramadhan 2019.
Presiden ACT Ahyudin di Jakarta, Selasa (7/5/2019), mengatakan, 1.000 ton bantuan pangan itu senilai Rp 15 miliar. Untuk mencapai target sebesar 10.000 ton hingga akhir Ramadhan 2019, ia memerlukan sumbangan dana Rp 150 miliar.
ACT biasanya didukung oleh donatur publik yang peduli terhadap masalah kemanusiaan. Ada pula partisipasi dari perusahaan melalui program kemitraan dan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).
”Sebanyak 10.000 ton bantuan pangan hanya untuk 40.000 keluarga. Kecil sekali mengingat jumlah penduduk Palestina di Gaza mencapai 1,8 juta orang. Saya paham, ada bantuan dari negara lain terhadap Palestina. Namun, saya tidak mau Indonesia absen dalam urusan Palestina. Saya ingin adanya bantuan nyata yang diberikan kepada Palestina. Ini urusan kemanusiaan. Kita siap bantu Palestina hingga merdeka,” tutur Ahyudin saat jumpa pers di kantornya di Jakarta Selatan, Selasa (7/5/2019).
Tantangan logistik
Ahyudin memperkirakan, kehidupan lebih dari 80 persen rakyat Palestina di Gaza tergantung pada bantuan negara lain. ACT diluncurkan pada 2005 dan sejak 10 tahun telah bekerja sama dengan lebih dari 10 mitra lokal di Palestina, termasuk Indonesia Humanitarian Center (IHC), untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan.
”Kami berkali-kali coba masuk langsung ke Palestina, tetapi tidak bisa. Lewat Mesir tidak bisa, apalagi lewat Israel. Untuk mengatasi itu, kita kerja sama dengan rekan lokal di sana. Di Gaza ada banyak lembaga kemanusiaan kredibel yang legal dan terdaftar di Perserikatan Bangsa-Bangsa,” ucapnya.
Direktor Global Humanity Response ACT Bambang Triyono menambahkan, program bantuan kemanusiaan ACT di Gaza telah berlangsung selama sekitar lima tahun. ACT telah membangun pusat logistik di Gaza utara untuk mendistribusikan bantuan pangan yang dikirim ke sana. Setiap bulan, ACT mengirim 5.000 paket pangan ke Gaza.
Selain itu, ACT juga memiliki dua truk tangki air di Gaza. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, ACT telah membangun sumber air berupa sumur pada 2015 di Gaza utara. Pada 2019, ACT berencana membangun gedung perumahan tingkat yang mampu menampung hingga 20 keluarga.
Aktif berkomunikasi
Menanggapi gempuran artileri Israel dan tembakan roket Palestina, Sabtu (4/5/2019) dan Minggu (5/5/2019) lalu, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi telah bertemu dengan perwakilan dari Mesir dan Palestina saat berada di New York, Amerika Serikat, Senin waktu setempat.
”Kalau ada masalah terjadi, yang kita lakukan adalah selalu komunikasi dengan pihak terkait. Mengenai masalah di Gaza, Mesir, sebagai negara terdekat, punya peran khusus dalam menciptakan rekonsiliasi. Kita juga bicara dengan Kedutaan Besar Palestina di sini tentang detail di Gaza. Saya juga menjalin komunikasi dengan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk membahas situasi di Gaza,” kata Retno dalam pesan video yang dipublikasikan Kementerian Luar Negeri, Selasa.
Bagi Retno, komunikasi itu penting untuk betul-betul memahami isu di sana. ”Sehingga, setiap ada masalah, kita tahu dan bisa cari tahu bagaimana bisa berkontribusi (mengatasinya),” ucapnya.
Selama Mei 2019, Indonesia menjabat sebagai Presiden Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Tema perdamaian yang diangkat Indonesia adalah ”Menabur Benih Perdamaian”. Artinya, perdamaian harus secara konsisten dibangun, dirawat, dan dijaga.
Kontribusi Indonesia dalam mewujudkan perdamaian di Palestina, di antaranya, berupa program pelatihan terhadap perempuan Palestina yang tinggal di pengungsian. Saat ini, Indonesia juga sedang melobi dan melakukan kampanye untuk keanggotaan Indonesia di Dewan HAM PBB.
”Rekam jejak Indonesia dalam promosi dan proteksi HAM di dunia cukup kuat,” ujar Retno.