Tidak adanya pasokan membuat harga bawang putih di sejumlah pasar di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, terus naik. Bawang putih impor yang sudah tiba sejak minggu lalu belum masuk ke Kabupaten Tegal.
Oleh
KRISTI UTAMI
·4 menit baca
SLAWI, KOMPAS — Tidak adanya pasokan membuat harga bawang putih di sejumlah pasar di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, terus naik. Bawang putih impor yang sudah tiba sejak minggu lalu belum masuk ke Kabupaten Tegal.
Sejak awal Mei 2019, harga bawang putih di Pasar Pepedan, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, terus merangkak naik. Awal bulan lalu, misalnya, harga bawang putih sekitar Rp 30.000 per kilogram. Kini, harganya mencapai Rp 50. 000 per kilogram.
”Awal Ramadan memang semuanya serba naik. Tetapi, kenaikan paling tinggi pada Ramadhan tahun ini adalah harga bawang putih. Tak hanya mahal, persediaan bawang putih di sini juga menipis,” ucap Leli (35), pedagang bahan pangan di Pasar Pepedan, Selasa (7/5/2019).
Leli menambahkan, dua bulan lalu, persediaan bawang putih melimpah. Adapun harga bawang putih dua bulan lalu Rp 26.000 per kilogram.
Kabar kedatangan 100.000 ton bawang putih impor sudah didengar oleh para pembeli dan pedagang di Pasar Pepedan. Namun, bawang impor tersebut belum masuk ke Pasar Pepedan.
”Bawang putih impor memang sudah sampai di Indonesia, tetapi belum sampai di Kabupaten Tegal. Sudah dua hari saya tidak menjual bawang putih karena tidak ada yang bisa dijual,” ujar Budi (50), pedagang bawang putih lain di Pasar Pepedan.
Bawang putih impor memang sudah sampai di Indonesia, tetapi belum sampai di Kabupaten Tegal.
Sulis (31), salah satu pembeli di Pasar Pepedan, mengatakan, kelangkaan bawang putih membuatnya susah. Bahkan, ia sering kali harus pergi ke dua pasar agar bisa mendapatkan 3 kilogram bawang putih untuk keperluan berdagang bakso.
”Setiap hari, saya butuh paling tidak 3 kilogram untuk bumbu bakso. Sekarang cuma dapat 2 kilogram per hari. Padahal, saya sudah ke dua pasar,” kata Sulis.
Ia berharap bawang putih kembali tersedia di Kabupaten Tegal sehingga konsumen tidak repot mencari bawang putih.
Di Kota Tegal, kenaikan harga bawang putih juga masih terjadi. Pekan lalu, harga bawang putih di Pasar Pagi, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal, Rp 40.000 per kilogram. Selasa pagi, harga bawang putih di pasar tersebut Rp 44.000 per kilogram.
Madu Sitepu (45), salah satu pengepul bawang putih di Pasar Pagi, mengatakan, bawang putih impor baru akan datang Selasa siang atau Rabu (8/5/2019) pagi.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Bidang Perdagangan Dinas Koperasi, UKM, dan Perdagangan Kota Tegal Wineksi Dwi Prabandari mengatakan, sebagai daerah yang bukan penghasil bawang putih, Kota Tegal sangat tergantung pada pasokan bawang putih dari daerah lain. Bawang putih impor yang sudah mulai didistribusikan ke daerah, menurut Wineksi, belum terasa manfaatnya.
”Setelah ada impor, harga bawang putih tidak lantas langsung turun atau kembali normal. Operasi pasar yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan melalui distributor yang ditunjuk hanya dilakukan selama satu hari. Tidak semua pasar di Kota Tegal didatangi,” tuturnya.
Setelah ada impor, harga bawang putih tidak lantas langsung turun atau kembali normal.
Ke depan, Bank Indonesia merencanakan operasi pasar secara rutin sehingga harga segala bahan kebutuhan pokok tidak terus melejit.
Menurut data Bank Indonesia Kantor Perwakilan Tegal, bawang putih merupakan komoditas penyumbang inflasi terbesar kedua pada April 2019. Bawang putih menyumbang inflasi sebesar 0,165 persen.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tegal Joni Marsius mengatakan, Bank Indonesia akan bekerja sama dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Tegal untuk menyelesaikan kenaikan harga bawang ini. Operasi pasar TPID telah dilakukan pada Jumat (3/5/2019) akan kembali dilakukan pada pertengahan Ramadhan.
Bibit bawang
Salah satu upaya untuk melepaskan diri dari impor bawang putih adalah dengan menjamin ketersediaan lahan tanam dan bibit bawang putih. Sejak 2015, Bank Indonesia bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Tegal untuk menanam bibit bawang putih di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal. Bibit bawang putih dari Tuwel akan disalurkan ke daerah-daerah lain yang memiliki potensi untuk pertanian bawang putih.
Ahmad Maufur (35), petani bawang putih di Tuwel, mengatakan, lahan yang ditanami bawang putih di Tuwel terus meluas. Pada 2015, luas lahan tanam bawang putihnya adalah 3.000 meter persegi. Kini, luas lahan tanam bawang putih ditargetkan lebih dari 200.000 hektar.
Menurut Maufur, dengan luas lahan 200.000 hektar, bibit bawang putih yang bisa dihasilkan sebanyak 60.000 ton per tahun. Jumlah tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan bawang putih di Tegal, Kabupaten Tegal, dan Brebes.
”Kebutuhan bibit bawang putih nasional saat ini 200.000-300.000 ton. Kemampuan kami baru 60.000 ton. Semoga dengan bertambahnya luasan lahan, bibit yang dihasilkan bisa lebih banyak lagi,” ucapnya.
Ia optimistis, jika kebutuhan bibit dan luas lahan tanam bawang putih terpenuhi, para petani tidak akan kesulitan lagi menanam bibit bawang putih. Jika para petani sudah banyak yang tertarik menanam bawang putih, bukan tidak mungkin Indonesia bisa swasembada bibit bawang putih pada 2021.