Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, Senin (6/5/2019), nilai tukar Rp 14.308 per dollar AS. Di pasar tunai, rupiah diperdagangkan pada Rp 14.125-Rp 14.331 per dollar AS.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dinamika di pasar global menekan nilai tukar rupiah. Dalam 11 hari terakhir, rupiah terdepresiasi 2,08 persen.
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, Senin (6/5/2019), nilai tukar Rp 14.308 per dollar AS. Di pasar tunai, rupiah diperdagangkan pada Rp 14.125-Rp 14.331 per dollar AS.
Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Nanang Hendarsah menyampaikan, sinyal bank sentral Amerika Serikat, The Fed, untuk tidak menaikkan atau menurunkan suku bunga berseberangan dengan ekspektasi pasar. Pelaku pasar menginginkan The Fed segera menurunkan suku bunga.
The Fed masih mempertahankan tingkat bunga acuan pada kisaran 2,25-2,5 persen untuk mendorong pertumbuhan lapangan pekerjaan dan menjaga stabilitas daya beli.
”Dinamika global terus bergerak setelah pernyataan Komite Pasar Terbuka Federal memberi sinyal suku bunga dipertahankan. Dampak dari sinyal ini membuat aliran dana kembali masuk ke AS,” ujarnya di Jakarta, Senin.
Nanang menambahkan, ancaman Presiden AS Donald Trump untuk meningkatkan tarif impor 200 miliar dollar AS, dari 10 persen menjadi 25 persen, mengejutkan pelaku pasar global. Sebab, mereka sempat mengira sengketa dagang AS dan China segera berakhir.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuabi menambahkan, rilis data ketenagakerjaan AS yang positif mendorong keputusan The Fed pada Rabu pekan lalu untuk mempertahankan suku bunga acuan. Indikator penguatan ekonomi ini membuat Pemerintah AS bersabar dalam menentukan kebijakan moneter.
”Rilis data tersebut mengindikasikan kekuatan yang berkelanjutan dalam kegiatan ekonomi AS. Bahkan, ini terjadi setelah stimulus fiskal besar-besaran pada tahun lalu memudar,” ujarnya.
Tingkat pengangguran di AS turun ke level terendah dalam 49 tahun terakhir ke 3,6 persen. Sebagian besar mata uang negara berkembang justru terdepresiasi menanggapi rilis data ekonomi tersebut.
Biasa
Menurut Nanang, masyarakat tidak perlu cemas. Sebab, situasi ini merupakan dinamika pasar global biasa. BI yakin tekanan rupiah akibat dampak dinamika global ini hanya berlangsung sementara.
Sementara, di pasar modal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah seiring pelemahan rupiah terhadap dollar AS. Kemarin, IHSG melemah 63,107 poin ke 6.256,352.
Analis Artha Sekuritas, Dennies Christoper Jordan, mengatakan, pelemahan IHSG yang terjadi terbatas. Sebab, IHSG mulai mendekati area jenuh jual. (DIM)