Kisah Luka dan Trauma di Anfield
Barcelona FC datang ke Stadion Anfield dengan membawa trauma menyakitkan pada musim lalu. Pengalaman itu menguatkan mental Barca dalam menangkal misi keajaiban Liverpool FC pada semifinal Liga Champions.
Bek kanan Liverpool, Trent Alexander-Arnold, menghadiri konferensi pers di Stadion Anfield, Liverpool, Senin (6/5/2019), menjelang laga kedua semifinal Liga Champions melawan Barcelona.
LIVERPOOL, SENIN — Para penggemar Barcelona FC boleh saja membayangkan timnya tampil di Madrid, tempat berlangsungnya final Liga Champions Eropa musim ini, setelah kemenangan 3-0 atas Liverpool pada laga pertama semifinal, pekan lalu. Namun, angan-angan itu tidak berlaku bagi para awak Barca. Kecongkakan itu bisa menjerumuskan mereka, seperti musim-musim lalu.
”Apa pun masih bisa terjadi. Liverpool (di Anfield) adalah tim yang bisa membuat lawan mana pun menderita. Musim lalu, kami punya pengalaman unggul tiga gol (melawan AS Roma pada perempat final). Namun, realitasnya, kami tersingkir,” ujar Pelatih Barcelona FC Ernesto Valverde menjelang duel semifinal kedua di Anfield, Rabu (8/5/2019), pukul 02.00 WIB ini.
Seperti saat ini, pada musim lalu, Barca unggul 4-1 atas Roma di Camp Nou. Publik Barcelona pun mulai membicarakan soal gelar juara, bahkan treble alias tiga gelar semusim. Namun, realitasnya tidaklah seindah yang dibayangkan. Barca ganti dipukul 0-3 di Roma dan tersingkir di perempat final. Kekalahan itu terus menghantui tim berjuluk ”Blaugrana” itu hingga detik ini.
Keberhasilan rival abadi mereka, Real Madrid, menjadi juara saat itu bak cuka di atas luka Barca. Para pemain Barca, khususnya Lionel Messi, seperti mayat hidup selama sepekan seusai laga itu. Mereka kerap tertunduk dan tidak mampu berkata-kata.
Itu terasa seperti luka batin. Kami ingin menghapusnya dan meraih musim yang indah guna melupakannya. (Clement Lenglet, bek Barca)
Kegagalan bertubi-tubi di perempat final Liga Champions tiga musim terakhir terasa menjadi cambuk bagi Barca. Kejayaan mereka di Eropa pada setengah dekade sebelumnya mulai dilupakan orang.
Itulah mengapa para pemain senior Barca, seperti Messi dan Gerard Pique, tampil berapi-api pada musim ini. Mereka ingin mengingatkan kembali publik bahwa mereka serta Barca masih bisa berjaya.
”Barcelona dan tiga pemainnya, yaitu Messi, Gerard Pique, dan Sergio Busquets, bisa meraih status legendaris sekaligus mitos di sepak bola dunia. Hal itu akan mereka wujudkan jika mampu membawa Barca meraih treble musim ini. Tiga treble dalam karier mereka. Hal yang sungguh sulit disaingi pemain-pemain lainnya dalam sejarah,” ungkap Graham Hunter, analis sepak bola Spanyol, lewat kolomnya di ESPN.
Sejarah baru
Barca kini tengah mengejar gelar treble ketiganya dalam satu dekade terakhir. Tiada klub lain di dunia ini yang mampu melakukan itu, termasuk Real Madrid, penguasa Liga Champions di tiga musim terakhir.
Lebih menarik lagi, bagi Barca, menyapu bersih gelar di liga domestik dan kontinental itu seperti siklus empat hingga lima tahunan. Pencapaian sebelumnya mereka ukir pada musim 2008-2009 dan 2014-2015.
Namun, sebelum mewujudkan sejarah baru itu, Barca perlu menjinakkan The Reds di Anfield. Liverpool jelas lebih kuat daripada Roma meskipun tim Inggris itu kini tengah ”terluka”, bahkan pincang.
The Reds hampir pasti tidak diperkuat dua bintangnya, Roberto Firmino dan Mohamed Salah, yang cedera. Namun, absennya kedua pemain penting itu tidak mengurangi keangkeran The Reds di Anfield.
Mencetak tiga gol atau lebih bukan hal asing bagi Liverpool. Faktanya, itu telah 19 kali mereka lakukan musim ini, termasuk atas tim-tim raksasa di Eropa, seperti Paris Saint-Germain, Manchester United, dan Arsenal.
Musim lalu, pasukan Juergen Klopp itu menggilas Manchester City, tim yang punya kesamaan gaya bermain dengan Barca, 3-0 di Anfield.
Hal lain yang tidak kalah penting bagi Liverpool adalah semangat dan daya juang tinggi yang akhir-akhir ini kerap mereka perlihatkan. Hal itu diperlihatkan Liverpool ketika membekap Newcastle United 3-2, pekan lalu.
Tanpa Firmino dan dengan Salah yang bermain hanya 73 menit, Liverpool menunjukkan mentalitas tangguh mereka sehingga mampu menang. Mereka akan kembali memperlihatkan semangat itu saat menjamu Barca.
Mereka akan tampil menyentak sejak menit pertama. Jika mampu membuat dua gol cepat dalam 30 menit pertama, situasi akan menguntungkan The Reds. Sebaliknya, jika gawang mereka kebobolan satu gol saja, Liverpool praktis tamat. Mereka butuh menang 4-0 atau lebih untuk lolos ke final keduanya dalam dua musim terakhir.
”Dua striker terbaik di dunia (Firmino dan Salah) tidak bisa bermain dan kami harus membuat empat gol dalam 90 menit. Sepanjang punya 11 pemain, kami akan mencobanya. Jika berhasil, hal itu akan sangat indah. Namun, jika tidak, kami gagal dalam cara yang terindah (berjuang),” ujar Jurgen Klopp, Manajer Liverpool.
Klopp mengakui, timnya tak hanya harus mencetak gol. Mereka juga harus mencegah para pemain Barca membuat gol. ”Jarang terjadi Barcelona tidak mencetak gol sama sekali. Kami tahu betapa besar tantangan yang harus dihadapi,” ujarnya. (AFP/Reuters)