Met Gala bukan sekadar landas peraga buat selebritas. Segala kreativitas dan ekspresi seni mode tumpah ruah di karpet merah. Di sini, semua orang bebas berdandan nyentrik, lalu berpesta kostum bareng.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
Met Gala bukan sekadar landas peraga buat selebritas. Segala kreativitas dan ekspresi seni mode tumpah ruah di karpet merah. Di sini, semua orang bebas berdandan nyentrik, lalu berpesta kostum bareng.
Lady Gaga berhasil menyita perhatian semua wartawan di tangga Metropolitan Museum of Art, New York, Amerika Serikat, Senin (6/5/2019) waktu setempat. Gaga tampil dengan gaun panjang nan lebar berwarna fuchsia. Pita besar di kepala Gaga pun berwarna sama.
Gaun rancangan Brandon Maxwell itu berpotongan sederhana cenderung sopan. Lengannya berupa bishop sleeve yang lebar. Walaupun sederhana, gaun itu memukau audiens karena panjangnya mencapai beberapa meter. Gaga pun dibantu oleh sejumlah orang untuk mengibarkan gaunnya.
Gaga memang teatrikal. Pulasan riasan di wajahnya menunjukkan Gaga adalah pribadi yang berani tampil beda. Kala itu, sang ”Mother Monster” mengenakan bulu mata palsu panjang. Bulu matanya pun bukan hanya berlapis satu, tapi banyak!
Aksi Gaga belum usai. Ia berpose dengan beragam properti, seperti telepon tanpa kabel ala 1980-an hingga kereta dorong berwarna merah muda-emas. Berulang kali ia naik-turun tangga beralas karpet merah untuk berpose. Penampilan Gaga berlangsung lebih kurang 16 menit.
Sebagai salah satu Co-Host Met Gala 2019, Gaga tidak mungkin tampil ”sederhana”. Nyatanya, gaun fuchsia itu bukan sekadar gaun, melainkan gaun di dalam gaun yang ada di dalam gaun. Intinya, Gaga bisa ganti baju berkali-kali.
Setelah puas berpose dengan gaun panjangnya, Maxwell yang mendampingi Gaga mulai melepaskan kancing gaun di bagian depan. Setelah gaun fuchsia dibuka, tiba-tiba saja Gaga sudah mengenakan gaun hitam panjang. Rupanya, ada gaun di dalam gaun.
Tidak lama berselang, gaun hitam dengan potongan asimetris di bagian dada itu dibuka. Mendadak Gaga tampil dengan gaun slim fit berwarna fuchsia. Gaun itu sederhana dengan tali spageti. Ada belahan tinggi yang memotong gaun dari bagian kaki hingga paha belakang.
Pemenang Grammy Awards 2019 ini masih punya kejutan. Gaga kembali menanggalkan gaunnya dan tampil lebih berani. Busana terakhir Gaga serupa pakaian dalam hitam berkilau dipadu stoking dan pleaser shoes. Ada empat busana yang Gaga suguhkan malam itu. What a show!
”Camp”
Penampilan Gaga merupakan hasil terjemahan dari gaya yang disebut camp. Artinya sangat luas. Interpretasinya juga beragam. Pokoknya bebas saja.
Camp menjadi roh utama Met Gala 2019. Tema yang diusung buat acara tahunan ini adalah ”Camp: Notes on Fashion”. Idenya berasal dari esai penulis Amerika Serikat, Susan Sontag, pada 1964, Notes on ’Camp’.
Elemen inti dari esai itu antara lain humor, ironi, parodi, teatrikal, artifisial, dan sesuatu yang berlebihan. Dalam esainya, Sontag menulis, ”camp is a woman walking around in a dress made of three million feathers”. Artinya, camp adalah ketika seorang perempuan berjalan-jalan dengan gaun dari tiga juta bulu.
Sontag juga menjabarkan begini soal camp, ”Its love of the unnatural: of artifice and exaggeration”. Artinya, camp adalah soal kecintaan pada hal-hal yang tidak alami. Erat kaitannya dengan kecerdasan dan sesuatu yang berlebihan yang dituangkan pada gaya. Hasilnya penuh ambiguitas dan juga off (agak sulit menerjemahkan kata ”off” secara harfiah dalam bahasa Indonesia).
Camp juga merangkul erat ”keanehan” seseorang dalam bergaya. Namun, ”aneh” yang modis dan keren tetap butuh sentuhan ajaib tiap individu. Belum tentu ”aneh” itu berarti sembarangan. Camp merangkul keanehan yang bebas, tetapi dipikirkan matang-matang.
Penjelasan camp memang membingungkan. Bisa bikin jengkel jika tidak kunjung paham. Begini, coba bayangkan penampilan Lady Gaga di MTV Music Awards 2010. Ia mengenakan gaun, sepatu, hingga hiasan kepala dari daging merah. Ya, itu camp.
Coba juga tengok koleksi musim semi dan panas 2015 dari rumah mode Moschino. Koleksi itu terinspirasi dari boneka Barbie dan makanan cepat saji McDonald’s. Ya, itu juga camp. Moschino sukses menciptakan gaya yang baru, segar, unik, dan keren.
Tema-tema Met Gala memang selalu unik. Tahun lalu, tema yang diangkat adalah ”Heavenly Bodies: Fashion and the Catholic Imagination”. Semua tamu undangan berpakaian apik, misalnya penyanyi Rihanna. Ia mengenakan gaun dan hiasan kepala silver. Tampilannya terinspirasi dari pemimpin agama Katolik di Vatikan.
Tema yang unik dan cerdas ini semakin mengangkat gengsi Met Gala. Saking bergengsinya, Met Gala kerap dijuluki ”Oscars of the East Coast”. Ini adalah pestanya para desainer, selebritas, hingga fashionista.
Tujuan utama
Tujuan Met Gala adalah menggalang dana buat Costume Institute, sebuah departemen kostum pada Metropolitan Museum of Art (The Met). Melansir dari laman resmi The Met, Costume Institute mengoleksi lebih dari 33.000 kostum dan aksesori dari lima benua di dunia. Koleksi itu mencakup busana dan aksesori perempuan, lelaki, dan anak-anak dari abad ke-15 hingga masa kini.
Anggota Komite Costume Institute sekaligus Pemimpin Redaksi Vogue, Anna Wintour, merupakan motor di balik perhelatan Met Gala. Ada sejumlah tokoh terpilih untuk mendampingi Wintour setiap tahun. Penyanyi Lady Gaga, Harry Styles, Direktur Kreatif Gucci Alessandro Michele, dan atlet tenis Serena Williams ialah orang-orang yang terpilih sebagai Co-Host Met Gala 2019.