Tingkat pengangguran terbuka terus turun dalam empat tahun terakhir. Penurunan itu seiring penciptaan lapangan kerja baru.
Oleh
KARINA ISNA IRAWAN
·2 menit baca
Tingkat pengangguran terbuka terus turun dalam empat tahun terakhir. Penurunan itu seiring penciptaan lapangan kerja baru. Pemerintah berupaya melanjutkan program penciptaan 10 juta lapangan kerja baru.
JAKARTA, KOMPAS — Data yang dirilis Badan Pusat Statistik, Senin (6/5/2019), menunjukkan, jumlah penganggur mencapai 6,82 juta orang pada Februari 2019. Angka itu turun sekitar 50.000 orang dibandingkan Februari 2018.
Pada Februari 2019, tingkat pengangguran terbuka mencapai 5,01 persen, terendah dalam empat tahun terakhir. Sebelumnya, tingkat pengangguran terbuka mencapai 5,5 persen (2016), 5,33 persen (2017), dan 5,13 persen (2018).
Tingkat pengangguran terbuka di kota turun dari 6,34 persen pada Februari 2018 menjadi 6,3 persen pada Februari 2019. Sementara di perdesaan turun dari 3,72 persen menjadi 3,45 persen.
Kepala BPS Suhariyanto menyatakan, struktur lapangan kerja utama per Februari 2019 tidak berubah, yakni masih didominasi sektor pertanian (29,46 persen), perdagangan (18,92 persen), dan industri pengolahan (14,09 persen).
”Jika pemerintah menggerakkan pertumbuhan ketiga sektor itu, dampaknya terhadap penyerapan tenaga kerja dan pengurangan pengangguran sangat besar,” kata Suhariyanto.
Secara keseluruhan ada 15 provinsi yang tingkat penganggurannya di atas rata-rata nasional, antara lain Banten (7,58 persen), Maluku (6,91 persen), Kalimantan Timur (6,66 persen), Kepulauan Riau (6,41 persen), Kalimantan Utara (5,8 persen), Riau (5,57 persen), dan Papua Barat (5,28 persen).
Lapangan kerja
Sebelumnya, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang PS Brodjonegoro mengatakan, pemerintah akan melanjutkan kebijakan penciptaan 10 juta lapangan kerja baru, antara lain melalui pengembangan kewirausahaan dan penguatan rantai pasok.
Selama kurun 2016-2018, pemerintah mengklaim membuka 9,38 juta lapangan kerja baru. Sesuai Nawacita, pemerintah menargetkan 10 juta lapangan kerja baru sampai tahun 2019.
Penciptaan lapangan kerja juga diimbangi perbaikan daya saing. Namun, dampak perbaikan belum signifikan, tecermin dari data BPS tentang tingkat pengangguran terbuka menurut pendidikan. Lulusan SMK yang menganggur menurut survei ini mencapai 8,63 persen, sementara diploma I/II/III 6,89 persen, SMA 6,78 persen, dan universitas 6,24 persen.
Menurut Bambang, penciptaan lapangan kerja baru akan disesuaikan dengan karakteristik dan arah pembangunan daerah, seperti Jawa sebagai basis perdagangan dan jasa, Papua sebagai basis pangan dan sumber daya alam, serta Nusa Tenggara dan Maluku sebagai basis wisata internasional dan perikanan nasional.
Penciptaan lapangan kerja baru akan disesuaikan dengan karakteristik dan arah pembangunan daerah.
Secara terpisah, seusai rapat terbatas peningkatan kualitas sumber daya manusia di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (6/5/2019), Bambang menyatakan, Bappenas telah membuat peta kebutuhan tenaga kerja untuk industri unggulan Kementerian Perindustrian.
Kebutuhan terbesar datang dari industri makanan dan minuman, lalu tekstil, yang ditaksir mencapai ratusan ribu orang per tahun. ”Berikutnya otomotif, kimia, dan elektronik,” kata Bambang. (LAS/MED)