Setahun Tak Meletus, Gunung Sinabung Erupsi Freatik
Setelah hampir setahun tidak meletus, Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumut, kembali mengalami erupsi freatik, Selasa (7/5/2019) pukul 06.41. Erupsi melontarkan abu vulkanis dengan tinggi kolom abu 2.000 meter, lalu menyebar menjadi hujan abu di empat kecamatan di Karo.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
KABANJAHE, KOMPAS — Setelah hampir setahun tidak meletus, Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, kembali mengalami erupsi freatik, Selasa (7/5/2019) pukul 06.41. Erupsi melontarkan abu vulkanis dengan tinggi kolom abu 2.000 meter, lalu menyebar menjadi hujan abu di empat kecamatan di Karo.
Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo Natanael Peranginangin mengatakan, empat kecamatan yang terpapar abu vulkanis adalah Simpang Empat, Dolat Rayat, Berastagi, dan Kabanjahe.
”Kami langsung membagikan masker kepada masyarakat untuk mengurangi dampak paparan abu vulkanis,” kata Natanael, Selasa.
Paparan abu vulkanis tersebut pun menumpuk di jalan, ladang pertanian, dan atap rumah. Setiap kali kendaraan melintas, abu vulkanis beterbangan dan mengurangi jarak pandang pengendara.
Aktivitas masyarakat, ujar Natanael, tetap berjalan seperti biasa. Anak sekolah pun sedang libur menyambut bulan puasa sehingga tidak beraktivitas di luar rumah.
Untuk mengurangi dampak paparan abu vulkanis, Pemerintah Kabupaten Karo pun mengerahkan mobil pemadam kebakaran untuk menyiram abu yang menumpuk di jalan. Mereka juga dibantu Kepolisian Resor Karo untuk menyiram jalan dengan kendaraan taktis meriam air (water cannon).
Penjagaan zona merah
Komandan Kodim 0205/Tanah Karo Letnan Kolonel Infanteri Taufik Rizal mengatakan, memperketat penjagaan di jalan masuk ke zona merah bahaya letusan Gunung Sinabung. Mereka menutup portal dan tidak mengizinkan warga yang hendak masuk ke ladangnya di zona merah. Taufik mengingatkan, Gunung Sinabung hingga kini masih berstatus level IV atau Awas.
”Status Awas merupakan status bahaya paling tinggi. Jadi, kami minta masyarakat jangan masuk ke zona merah,” katanya.
Larangan zona merah tersebut ialah radius 7 kilometer (km) dari puncak ke sektor selatan-tenggara, 6 km ke sektor tenggara-timur, 4 km ke sektor selatan-barat dan sektor utara-timur, serta 3 km untuk sektor utara-barat.
Pengamat Pos Pengamatan Gunung Api Sinabung Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Armen Putra, mengatakan, Gunung Sinabung kembali meletus setelah hampir setahun belakangan tidak ada letusan.
”Sinabung terakhir kali meletus pada 22 Juni 2018,” ujar Armen.
Armen mengatakan, letusan Sinabung tersebut merupakan letusan freatik, bukan magmatik. Letusan freatik terjadi karena air mengalami kontak langsung dengan panas magma sehingga menimbulkan uap air dan gas yang mendorong terjadinya letusan. Letusan freatik ini tidak didahului aktivitas gempa vulkanis.
Dalam setahun belakangan, lanjutnya, meskipun masih berstatus Awas, aktivitas vulkanis Gunung Sinabung menurun drastis.
”Saat ini, PVMBG pun sedang menganalisis rencana penurunan status Gunung Sinabung. Sinabung telah berstatus Awas sejak 2 Juni 2015,” kata Armen.
Penurunan aktivitas vulkanis itu antara lain tampak dari tidak ada lagi aktivitas kegempaan. Sebelumnya, hampir setiap hari terjadi gempa frekuensi rendah yang menandakan adanya pasokan energi dan fluida dari dapur magma, gempa hibrid yang menunjukkan pembentukan kubah lava, dan gempa guguran yang menandakan adanya kubah lava yang runtuh.
Kubah lava atau sumbat lava di kawah gunung pun tidak bertumbuh lagi dalam setahun belakangan ini. Sebelumnya, kubah lava tersebut selalu bertumbuh dan runtuh menjadi awan panas guguran.
Akan tetapi, Armen mengingatkan agar seluruh masyarakat tetap mematuhi larangan masuk zona merah. Sinabung mempunyai karakter yang sulit diprediksi dan dapat meletus kapan saja tanpa didahului aktivitas kegempaan.
Saat ini juga ada genangan air mirip danau seluas 6 hektar di hulu Sungai Lau Borus di lereng Sinabung. Genangan air terjadi karena badan sungai tertutup material batu dan abu vulkanis hasil letusan gunung. Genangan air tersebut sewaktu-waktu dapat jebol menjadi banjir bandang.