LONDON, SENIN – Mantan bintang Liverpool FC, John Barnes, memprediksi masa depan mengerikan bagi Manchester United. Ia menilai “Setan Merah” merunut jejak Liverpool yang tidak kunjung terbangun dari mimpi kejayaan masa lalu dan mengalami paceklik trofi juara di Liga Inggris sejak 1990 silam.
MU dipastikan menutup musim ini dengan capaian buruk seusai ditahan Huddersfield Town 1-1, Minggu malam. Hasil laga itu menutup peluang MU finis keempat di Liga Inggris musim ini sekaligus tampil di Liga Champions musim depan. Saat ini mereka masih tertatih-tatih di peringkat keenam menyusul paceklik kemenangan di lima laga terakhirnya.
Barnes, yang membela Liverpool pada 1987 hingga 1997, melihat kesamaan karakter antara bekas timnya itu dengan Setan Merah saat ini. Seperti halnya MU di dekade lalu, The Reds pernah mengalami era emas dan kejayaan pada kurun 1970 hingga akhir 1980-an. Saat itu, mereka bahkan merajai Eropa bersama manajer legendarisnya, Bob Paisley.
Namun, sejak berakhirnya era itu, Liverpool seolah tertidur panjang dan mengalami mati suri prestasi di Inggris. Seusai menyabet gelar juara di 1990, tim Merseyside itu tidaklah pernah lagi merajai Liga Inggris hingga detik ini. Setali tiga uang, MU tidak lagi pernah juara kompetisi itu, bahkan tersesok-seok, sejak runtuhnya “dinasti” Sir Alex Ferguson pada 2013 silam.
“Kesalahan terbesar Liverpool adalah mencoba kembali seperti masa lalu. Padahal, mereka harus melupakannya dan hidup untuk masa kini dan masa depan. Hal serupa harus dilakukan United. Era (emas bersama) Sir Alex Ferguson telah berakhir. Mereka tidak bisa kembali ke masa itu seperti yang coba dilakukan Ole (Gunnar Solskjaer, manajer MU),” ujar Barnes seperti dikutip The Mirror, Senin (6/5/2019).
Musim ini, manajemen MU berani mempermanenkan Solskjaer sebagai manajernya dengan harapan menghidupkan kembali kejayaan tim itu seperti di era Ferguson. Solksjaer tidak hanya meniru filosofi, pola latihan dan taktik, melainkan juga cara berpakaian mantan gurunya itu. Solksjaer bahkan sempat membawa para pemain MU ke The Cliff, bekas markas latihan MU di era Ferguson, demi membangkitkan kenangan yang telah terkubur itu, akhir April lalu.
Namun, semua dongeng itu gagal membangunkan Setan Merah. Mereka mencatatkan rekor terburuknya dalam lima dekade terakhir. Gawang mereka selalu kebobolan di 14 laga terakhir dan hanya sekali membuat lebih dari satu gol dalam 11 laga terakhirnya di berbagai kompetisi. “United punya pemain-pemain bagus. Namun, ada yang tidak benar. Mereka tidak punya harmoni dan sikap mental yang tepat. Jika bisa dimotivasi dengan benar, mereka tidak seburuk ini,” tutur Barnes kemudian.
Gary Neville, mantan pemain MU, sependapat, MU saat ini bukanlah sebuah tim. Itu merupakan sekelompok individu yang tidak punya kesamaan tujuan. Menurutnya, MU butuh sosok manajer bertangan besi seperti Mauricio Pochettino yang mampu mencabik-cabik ego dan menyatukan kekuatan individual para pemain Tottenham Hotspur.
“Musim depan, Ole punya kesempatan membangun timnya dengan membeli pemain-pemain yang sesuai dengan keinginannya. Masalahnya, kita sudah melihat ini beberapa kali sebelumnya bersama (para manajer) David Moyes, Louis van Gaal, dan Jose Mourinho. Uang terus mengucur, namun hasilnya tetap sama,” tulis ESPN menambah kekhawatiran akan masa depan MU saat ini. (JON)