Kegiatan operasi pasar yang digelar Perum Bulog Divisi Regional Jawa Timur dengan menjual sejumlah komoditas bahan pokok di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, sangat diminati masyarakat. Kendati kegiatan ini sudah memasuki pekan kedua, antusiasme pembeli tetap tinggi. Stok barang pun ludes terjual dalam waktu kurang dari dua jam.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Operasi pasar Perum Bulog Divisi Regional Jawa Timur di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, diminati masyarakat. Kendati kegiatan ini sudah memasuki pekan kedua, antusiasme pembeli tetap tinggi. Stok barang pun ludes terjual dalam waktu kurang dari dua jam.
Puluhan perempuan berbaris di belakang truk boks milik Perum Bulog Divre Jatim yang parkir di halaman kantor Balai Desa Keboansikep, Kecamatan Gedangan, Sidoarjo, Selasa (7/5/2019). Mereka mengantre pelayanan pembelian sejumlah bahan pokok atau sembako dalam kegiatan Operasi Pasar Ramadhan 2019.
Ada yang membeli beras, minyak goreng, gula pasir, dan tepung terigu. Warga berdatangan silih berganti. Bahkan, mereka sudah berkumpul sebelum pukul 09.00 atau satu jam sebelum operasi pasar dibuka. Hanya dalam waktu dua jam, seluruh stok komoditas bahan pokok habis terjual.
”Saya datang pukul 11.00. Stok barang di dalam mobil sudah habis. Niatnya tadi mau beli beras sama minyak goreng,” ujar Suwarni (42), warga Desa Keboansikep.
Harnani (51), warga lainnya, lebih beruntung. Dia masih kebagian minyak goreng dan gula pasir. Menurut dia, harga barang yang dijual dalam operasi pasar lebih murah dibandingkan dengan harga jual di toko kelontong, minimarket, ataupun di pasar tradisional. Selisih harga itu bisa digunakan untuk berbelanja barang kebutuhan lainnya.
Harga bahan pokok yang berfluktuasi tinggi pada awal bulan Ramadhan tahun ini berdampak signifikan terhadap pengeluaran belanja rumah tangga. Oleh karena itu, masyarakat antusias menyambut kegiatan operasi pasar yang dilakukan Perum Bulog Divre Jatim bekerja sama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sidoarjo.
David, penjaga stan dari Satuan Kerja Bulog Sub-Divisi Regional Surabaya Utara, mengatakan, pihaknya menyiapkan 960 kilogram gula pasir, 480 kg minyak goreng, 375 kg beras premium, dan 375 kg beras medium.
”Selain itu, disediakan stok tepung terigu 20 kg dan beras merah 25 kg. Semua stok habis terjual, tinggal tersisa sedikit tepung terigu,” ujar David.
Minyak goreng dijual Rp 10.000 per liter atau di bawah harga pasar Rp 12.500 per liter. Sementara gula pasir dijual Rp 10.000 per kg, di bawah harga pasar Rp 11.500-Rp 14.000 per kg. Adapun beras dijual Rp 52.500 per kemasan isi 5 kg dan tepung terigu Rp 7.700 per kg.
Kepala Perum Bulog Divre Jatim Hasyim mengatakan, operasi pasar dilakukan di seluruh wilayah Jatim dengan sasaran rumah tangga. Tujuannya selain untuk memberikan harga yang terjangkau bagi masyarakat juga menjaga stabilisasi harga, terutama bahan pokok, supaya tidak bergejolak selama puasa hingga Lebaran.
”Untuk komoditas yang ditawarkan dalam operasi pasar, sebenarnya Bulog menyediakan semua komoditas. Namun, untuk bawang putih, tidak ada stok. Sementara bawang merah masih diupayakan membeli dari petani yang sedang panen di Kabupaten Probolinggo,” ujar Hasyim.
Untuk operasi pasar di Jatim, Perum Bulog mengandalkan stok di gudang. Sebagai gambaran, stok beras saat ini mencapai 601.000 ton, gula pasir 6.000 ton, minyak goreng 21.000 liter, dan tepung terigu 20 ton. Stok itu diyakini cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat ataupun menjaga stabilitas harga.
Bawang putih tertinggi
Berdasarkan pantauan harga di sejumlah pasar tradisional, harga bawang putih dan telur ayam terus melejit. Bawang putih lokal mencapai Rp 62.000 per kg hingga Rp 65.000 per kg. Adapun telur ayam yang sebelumnya Rp 22.000 per kg naik menjadi Rp 24.000-Rp 25.000 per kg.
Tingginya harga bawang putih menjadi perhatian Gubernur Khofifah Indar Parawansa saat melakukan inspeksi mendadak di Pasar Wadungasri, Sidoarjo, Rabu (1/5/2019). Dia menuturkan, Jatim mendapat alokasi bawang impor 15.000 ton yang akan tiba di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, pada 10 Mei dan diharapkan mulai didistribusikan ke pasar pada 17 Mei.
Masih menurut Khofifah, untuk kenaikan harga telur, ujarnya, disebabkan permintaan yang tinggi dari masyarakat. Stok telur di wilayahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan selama puasa karena Jatim merupakan sentra produksi nasional.