Berdasarkan survei Research Institute of Socio-Economic Development kepada 3.000 penumpang di lima kota, 75 persen menolak kenaikan tarif ojek daring yang berlaku pada 1 Mei 2019.
Oleh
Stefanus ato
·4 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Setelah lima hari diuji coba, sebagian masyarakat Kota Bekasi, Jawa Barat, mulai beralih dari angkutan umum konvensional ke angkutan umum daring berbasis aplikasi TRON. Angkutan itu diyakini akan menjadi salah alternatif moda transportasi masa depan Kota Bekasi. Moda itu juga bisa menjadi solusi bagi pengguna ojek daring yang ingin beralih akibat kenaikan tarif ojek daring.
Mariot (45), pengemudi angkot TRON, mengatakan, sejak aplikasi tersebut diresmikan pada 3 Mei 2019, sebagian masyarakat mulai beralih menggunakan angkutan perkotaan TRON. Setiap hari, dia melayani tidak kurang dari 10 penumpang.
”Hari pertama operasi, saya sampai malam tidak dapat penumpang. Tetapi, dua hari terakhir ini mulai ada yang pakai. Ada yang coba-coba, ada juga yang serius,” kata Mariot di Kota Bekasi, Rabu (8/5/2019).
Jumlah itu tentu masih kalah dengan angkutan konvensional yang mengangkut 30-40 penumpang per hari. Namun, mereka optimistis, seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat akan beralih menggunakan transportasi daring.
Hal serupa dikatakan Syarif (60), pengemudi angkot TRON lainnya. Dia mengatakan, banyak pelanggan tetap yang antusias untuk mengunduh aplikasi TRON. Syarif sering kali disibukkan dengan penumpang yang meminta bantuan untuk mengunduh dan memesan menggunakan aplikasi TRON.
”Saya hari ini (pukul 12.00) baru (dapat) empat penumpang. Tetapi tidak masalah, namanya juga sistem baru. Apalagi, zaman sekarang semua orang punya gawai, ke depan nanti semua pakai,” ucap lelaki asal Salatiga, Jawa Tengah, tersebut.
Juru Bicara PT TRON Andy M Saladin mengatakan, sejak aplikasi TRON diresmikan, setiap hari tidak kurang dari 100 penumpang menggunakan angkutan daring berbasis aplikasi. Jumlah pengunduh TRON juga terus bertambah sehingga saat ini sudah diunduh lebih dari 2.000 kali.
Masih bingung
Febryan (24), pengguna angkot TRON, mengatakan, meski angkot daring bertarif murah dan bergerak lebih cepat karena tidak mangkal, aplikasi TRON belum sepenuhnya dimengerti pengguna. Febryan masih kebingungan mencari halte-halte virtual yang ada di aplikasi.
”Kadang saya tunggu di tempat lain, angkotnya berhenti di tempat lain. Aplikasi belum ada fitur chat, jadi susah untuk bisa komunikasi dengan pengemudi,” katanya.
Menanggapi keluhan itu, Andy mengatakan, fitur chat akan diluncurkan pada bulan Ramadhan ini. Pihaknya masih fokus menyosialisasikan keberadaan angkot daring agar diketahui masyarakat luas.
”Sementara ini (titik penjemputan) juga masih uji coba. Ke depan akan ada perbaikan lagi,” ucap Andy.
Angkutan daring TRON yang beroperasi di Kota Bekasi saat ini ada 30 unit. PT TRON menargetkan menggandeng 1.000 angkot pada akhir tahun 2019. Dari 30 unit yang beroperasi, angkot daring itu baru beroperasi di dua zona, yaitu rute Bekasi, Rawalumbu, hingga Bantargebang dan rute Terminal Bekasi, Perumnas III, hingga Bekasi Timur.
Tarif murah
Tarif perjalanan angkot TRON Rp 3.000 per orang. Sebagai perbandingan, tarif terendah angkot konvensional di Kota Bekasi untuk jarak dekat Rp 3.000 per orang dan tarif tertinggi Rp 7.000 per orang untuk jarak jauh.
Andy menambahkan, pihaknya optimistis angkot daring akan menjadi pilihan masyarakat di masa depan. Hal itu tidak terlepas dari polemik mahalnya tarif ojek daring yang dikeluhkan sejumlah pengguna.
”Tren masyarakat ini lagi kembali ke angkot. Kami akan memaksimalkan peluang ini,” ujarnya.
Berdasarkan survei Research Institute of Socio-Economic Development kepada 3.000 penumpang di lima kota, 75 persen menolak kenaikan tarif ojek daring yang berlaku 1 Mei 2019. Banyak konsumen yang mulai berpikir mencari alternatif transportasi lain (Kompas, 7 Mei 2019).
Kepala Bidang Angkutan Dinas Perhubungan Kota Bekasi Fatikhun menambahkan, Pemerintah Kota Bekasi terus melakukan evaluasi untuk membenahi kekurangan dari angkutan umum yang menggunakan aplikasi itu. Dia optimistis masyarakat perlahan akan tertarik untuk beralih ke transportasi umum.
”Ini bibit awal, kalau berhasil orang pasti akan ikut. Paling tidak, ini lebih baik dari konvensional,” kata Fatikhun.
Sebelumnya, Wakil Wali Kota Bekasi Tri Adhianto mengatakan, jika uji coba angkot TRON berhasil menarik minat warga, tidak tertutup kemungkinan Pemkot Bekasi menggandeng PT TRON untuk mengelola Transpatriot. Hal itu karena dari sembilan bus yang beroperasi, Pemkot harus memberikan subsidi sekitar Rp 400 juta per bulan untuk beroperasinya bus Transpatriot.
”Tarif Transpatriot itu Rp 7.000 per orang. Jadi, kami subsidi Rp 3.000 per orang supaya sesuai tarif yang berlaku sebesar Rp 4.000 per orang,” kata Tri.