Bayi Kerajaan yang Dinanti
Kabar gembira itu tiba. Pangeran Harry (34) dengan wajah semringah menyampaikan, istrinya, Meghan Markle, telah melahirkan bayi laki-laki.
Dalam video yang ditayangkan BBC, lihatlah bagaimana Harry, Duke of Sussex, mengekspresikan kegembiraannya. Jari-jari tangannya saling bertaut, matanya berbinar, dan dia tertawa lepas ketika mengungkapkan kekagumannya.
Jika menengok ke belakang, reaksi Harry sangat berbeda dengan sang ayah, Pangeran Charles, yang ekspresinya ”datar” dan formal ketika mengumumkan kelahiran Pangeran William dan Harry puluhan tahun lalu.
Harry tanpa ragu memuji sang istri. ”Ini pengalaman paling menakjubkan dalam hidup saya. Saya sangat bangga pada istri saya. Bagaimana seorang perempuan bisa melakukannya, sungguh di luar pemahaman. Ini sungguh luar biasa,” kata Harry yang menemani istrinya selama persalinan, bersama dengan ibu Meghan, Doria Ragland.
Bayi yang belum dinamai itu termasuk bayi istimewa. Bukan saja karena ia menempati urutan ketujuh ahli waris takhta Inggris, melainkan juga terlahir dari orang tua yang sangat populer. Bahkan sejak masih di dalam kandungan, bayi ini sudah menjadi berita karena sang ibu menyatakan tak ingin mengikuti tradisi melahirkan di Rumah Sakit St Mary, yang menjadi rumah sakit keluarga kerajaan.
Meghan memilih melahirkan secara privat, bahkan berkeinginan bersalin di rumah. Namun, sampai saat ini tidak jelas apakah Meghan akhirnya melahirkan di kediamannya atau di rumah sakit. Yang pasti, jadwal kelahirannya tertunda dua pekan dari yang diperkirakan.
”Bayi dari Sussex”, demikian julukannya, diperkirakan akan memperoleh perhatian yang tak biasa. Ia akan mewarisi semangat orangtuanya yang sejak awal telah mengguncang tradisi monarki Inggris.
Pangeran Harry tidak hanya menikahi perempuan yang berbeda kewarganegaraan, tetapi juga seorang aktris film, pernah menikah, berusia lebih tua dari dirinya, dan keturunan Afrika-Amerika. Dengan demikian, sang bayi akan menjadi anak bi-rasial pertama dalam keluarga kerajaan.
Perbandingan Jepang
Bayi ini juga lahir di saat dunia sedang menyoroti era baru di Jepang, ketika Naruhito resmi naik takhta menjadi kaisar, pekan lalu. Masalah jender sangat berpengaruh dalam monarki Jepang yang patriarkis.
Sampai saat ini konstitusi kerajaan melarang perempuan menjadi kaisar sehingga putri satu-satunya Naruhito, Putri Aiko (17), tidak akan pernah bisa menggantikan posisi ayahnya.
Persoalannya, ”stok” kaisar pun menjadi langka. Beban terberat kini jatuh pada Pangeran Hisahito (13), yang tak lain putra dari Pangeran Akishino, adik Naruhito. Hisahito kini menjadi ahli waris takhta di urutan ketiga setelah Akishino. Namun, bagaimana jika kelak Hisahito tidak bisa memiliki anak laki-laki?
Hal inilah yang kemudian mendorong perdebatan di pemerintahan maupun di publik, tentang peluang perempuan menjadi kaisar Jepang.
Berbagai jajak pendapat menunjukkan, mayoritas rakyat Jepang mendukung kaisar perempuan, apalagi sejarah monarki Jepang pernah memiliki delapan kaisar perempuan.
Sementara di Inggris, jender bukan masalah. Ratu Inggris Elizabeth II (93) merupakan sosok yang paling lama memegang takhta Kerajaan Inggris. Pada 6 Februari 2017 ia dinobatkan sebagai sosok monarki pertama yang melampaui periode safir karena bertakhta selama 65 tahun (kini sudah mencapai 67 tahun).
Tradisi perempuan menjadi ratu pun akan terus berlanjut di Inggris. Putri Pangeran William, Charlotte (4), merupakan ahli waris takhta di urutan keempat.
Posisinya lebih tinggi dari Pangeran Harry yang menempati urutan keenam.
Di luar urusan takhta kerajaan, pasangan Harry dan Meghan juga menganut prinsip kesetaraan jender.
Dalam perayaan Hari Perempuan Internasional Maret lalu, Meghan yang tampil dalam satu diskusi panel mengatakan, perempuan harus keluar dari konsep yang kaku soal jender. ”Anda tetap bisa menjadi feminin dan feminis. Anda bisa menjadi maskulin, dan maskulinitas adalah ketika Anda menyadari kekuatan ataupun kerentanan diri,” kata Meghan.
Ia juga mengatakan, dalam perkawinan, kedudukan perempuan yang setara jangan dianggap sebagai ancaman, tetapi harus dianggap sebagai kekuatan tim. Ia berharap pria dapat menjadi bagian dari proses ini. ”Suami saya sudah pasti demikian,” kata Meghan seperti dikutip The New York Times (8/3/2019).
Modern
Begitu kabar kelahiran muncul, ucapan selamat berdatangan, antara lain dari PM Inggris Theresa May, PM Selandia Baru Jacinda Ardern, Michelle Obama, dan PM Australia Scott Morrison.
Publik kini tak sabar menanti rupa sang bayi, juga nama yang diberikan. Pasar taruhan menyebutkan, nama yang paling banyak disebut adalah Albert, Philip, Arthur, dan James, yang semuanya berasal dari leluhur Harry.
Mengingat bayi ini di urutan ketujuh takhta kerajaan, sehingga relatif sulit menjadi raja, Harry dan Meghan lebih bebas mencari nama. Sebelum menikah, Meghan mengaku menyukai ”Grey” untuk nama bayi. Namun, nama itu akan sulit diberikan bagi anggota Kerajaan Inggris karena dianggap ”terlalu Amerika”.
Dengan orangtua yang pro-kesetaraan, modern, dan berani menyampaikan pendapatnya, bayi ini akan terus menjadi sorotan banyak pihak.
Publik tentu penasaran, ingin mengetahui pola pengasuhan yang akan diterapkan Harry dan Meghan, sehingga pangeran kecilnya kelak menjadi pria yang membumi dan dekat dengan rakyat. (AFP/REUTERS)