MANCHESTER, SELASA — Kemenangan, bahkan kejayaan, kadang ditentukan oleh satu peristiwa bermodal kenekatan. Hal itu dilakukan bek sekaligus kapten Manchester City, Vincent Kompany, ketika membawa timnya membekap Leicester City 1-0, Selasa (7/5/2019) dini hari WIB. Kemenangan itu kian mendekatkan City pada gelar juara Liga Inggris.
Kompany menjadi pahlawan yang tidak diharapkan City, yang membuat mereka merebut kembali puncak klasemen Liga Inggris dari Liverpool. Gol dari tendangan jarak jauh, 27 meter, menit ke-70 itu disambut meriah di Stadion Etihad.
Pada laga itu, City sempat kesulitan menembus pertahanan rapat Leicester. Tim berjuluk ”Si Rubah” itu tampil hati-hati dan cerdik. Mereka tidak membiarkan diri terjerat perangkap City, tim yang dihuni penyerang tajam Sergio Aguero, Raheem Sterling, dan Leroy Sane.
Trio penyerang yang telah mengemas 47 gol di Liga Inggris musim ini tersebut dibuat frustrasi oleh Leicester. Serangan kombinasi dan tendangan bertubi-tubi dengan mudah dipatahkan barisan pertahanan Si Rubah, terutama kiper Kasper Schmeichel yang membuat sedikitnya empat penyelamatan.
Pendukung tuan rumah pun mulai panik. Hingga pertengahan babak kedua, gol yang dinanti tak kunjung tiba. Jika gagal menang, Liverpool akan diuntungkan dalam perburuan gelar juara yang menyisakan satu pekan. Sebagian penonton bahkan mulai meninggalkan tribune karena tidak sanggup menahan tekanan.
Dalam kebuntuan, Kompany bertindak. Bek yang kontraknya menyisakan dua bulan lagi di City itu memberanikan diri untuk menendang dari luar kotak penalti. Bek asal Belgia itu memang pernah membuat gol lewat sundulan dari sepak pojok. Namun, tidak demikian dengan tendangan jarak jauhnya.
Sebelum laga itu, Kompany belum pernah membuat gol lewat tendangan dari luar kotak penalti. Sejak 2013, tidak sekali pun tendangannya tepat mengarah ke gawang. Sebanyak 36 tendangan jarak jauh sepanjang 16 tahun kariernya tak satu pun yang berhasil.
Tak heran, ketika berancang-ancang menendang bola hasil operan Aymeric Laporte, rekan-rekan setimnya, bahkan manajer Pep Guardiola, meneriakinya. ”Jangan ditendang. Jangan. Operkan saja!” bunyi sayup-sayup teriakan para penonton menegaskan keraguan tim City pada Kompany.
Kompany bergeming. Ia mengabaikan keraguan itu dan memantapkan hatinya untuk menendang. Ikut ragu dengan kemampuan Kompany, bek-bek Leicester membiarkan tendangan itu tanpa berupaya mengebloknya. Sikap meremehkan itu dibayar mahal. Tendangan itu berujung gol kemenangan, sekaligus gol ke-100 City di Etihad musim ini.
City kini hanya butuh satu kemenangan lagi pada laga terakhir lawan Brighton & Hove Albion akhir pekan ini untuk mengunci gelar juara Liga Inggris yang keenam mereka. ”Setiap orang berkata, jangan tendang, jangan tendang. Namun, saya tidak menjalani karier sejauh ini hanya untuk diceramahi soal kapan saya bisa dan tidak boleh menendang. Saya selalu berkata, suatu hari akan membuat gol jarak jauh. Ini adalah harinya,” ujar Kompany.
Gol spektakuler ke pojok kiri atas gawang Leicester itu mengingatkan fans City akan kemampuan spesial Kompany yang tidak lekang oleh zaman. Pada musim 2011-2012 yang sengit seperti saat ini, Kompany juga membuat gol krusial melawan Manchester United. Gol itu membawa City meraih gelar juara Liga Inggris untuk pertama kali dalam 44 tahun. ”City menjadi klub seperti saat ini berkat Vincent,” puji Guardiola.
Jika pekan depan City menjadi juara dan menjadi tim pertama di dekade ini yang mampu mempertahankan gelar Liga Inggris, para pendukung tim itu berutang rasa hormat ataupun pujian kepada Kompany. Bek 33 tahun itu kemungkinan meninggalkan City akhir musim ini. ”Di mana anda menginginkan patungmu berdiri, Vincent Kompany?” tukas Gary Neville, komentator Sky Sports, menyimpulkan. (AFP)