Dana Moneter Internasional menilai dinamika perang dagang AS-China teraktual menjadi ancaman nyata bagi perekonomian global. Washington tetap bergeming menekan Beijing.
PARIS, SELASA— Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde mengatakan, tensi perang dagang teraktual antara Washington dan Beijing adalah ancaman utama bagi perekonomian global. Ia secara tersirat tidak yakin perundingan dagang antara AS dan China akan mencapai kata sepakat sepenuhnya.
”Jelas bahwa tensi antara AS dan China adalah ancaman bagi perekonomian dunia,” kata Lagarde dalam Forum Paris di Paris, Selasa (7/5/2019). Ia juga menyebutkan bahwa rumor dan juga cuitan melalui media sosial, seperti Twitter—tanpa menyebut nama penyulut rumor dan pembuat pernyataan— juga tidak menjadi perangsang tercapainya dengan segera kata sepakat di antara kedua pemerintah.
Sebaliknya, kekhawatiran atas efek berlarutnya perang dagang AS-China justru diungkapkan sejumlah pemerintah dan pihak. Masih di forum yang sama dengan Lagarde, Menteri Ekonomi Perancis Bruno Le Maire memperingatkan tentang dampak perang dagang antara dua negara dan perekonomian terbesar dunia itu.
”Kami melihat dengan sangat hati-hati perundingan saat ini antara China dan AS. Kami ingin perundingan ini tetap berpegang pada prinsip transparansi dan multilateralisme,” katanya.
Le Maire meminta kedua pihak menghindari keputusan yang akan mengancam dan membahayakan pertumbuhan ekonomi dunia dalam beberapa bulan mendatang. ”Menaikkan tarif selalu merupakan jalan buntu dan keputusan negatif untuk semua orang—untuk AS, untuk China, untuk Zona Euro, untuk Eropa dan untuk pertumbuhan di seluruh dunia,” katanya.
Negosiasi alot
Pemerintah China dipastikan melanjutkan proses negosiasi perdagangan dengan pihak AS. Hal itu dilakukan dengan mengirim tim perunding ke Washington. Namun, pihak Washington mensyaratkan bersedia terus bernegosiasi jika China mengubah posisi dan keinginannya terhadap AS.
”Selama sepekan terakhir ini kita telah melihat adanya komitmen yang berkurang dari pihak China,” kata perwakilan dagang AS, Robert Lighthizer, kepada wartawan di Washington, Senin (6/5.2019) waktu setempat. Ia didampingi Menteri Keuangan Steven Mnuchin.
Lighthizer menandaskan bahwa China telah mundur dari komitmen tertentu, sebuah langkah yang dinilai akan dapat mengarah pada perubahan substantif dalam teks kesepakatan. ”Itu menurut kami tidak dapat diterima,” katanya.
Sebagaimana diwartakan, Presiden AS Donald Trump secara dramatis meningkatkan tekanan kepada China dengan mengumumkan dirinya akan menaikkan tarif atas barang-barang China senilai 200 miliar dollar AS pada pekan ini. Trump juga menargetkan pengenaan tarif lanjutan senilai ratusan miliar dollar AS lainnya pada produk asal China.
Delegasi dari China akan berada di Washington pada hari Kamis dan Jumat pekan ini. Lighthizer mengatakan, pihaknya mengharapkan Wakil Perdana Menteri China Liu He akan hadir. Trump ingin melihat kesepakatan dengan perubahan struktural yang substansial.
Lighthizer mengatakan, China menarik kembali beberapa komitmen yang dicapai dalam pembicaraan selama sekitar seminggu terakhir dan itulah yang memicu tweet Trump pada hari Minggu lalu. Adapun Mnuchin mengatakan akan sangat disayangkan jika kedua belah pihak tidak dapat membuat kesepakatan.
Namun, menurut William Reinsch, pakar kebijakan perdagangan di CSIS, China tidak akan pernah memenuhi semua tuntutan AS. ”Pada titik tertentu, Presiden (Trump) akan mencari tahu bahwa mereka tidak akan memberikan semua yang dia inginkan,” katanya.
Itu akan menempatkan Trump dalam posisi politik yang genting. Trump akan dinilai menerima perjanjian yang bakal dikritik karena lemah atau tidak mencapai kesepakatan dan gagal. Freya Beamish dari Pantheon Macroeconomics memperingatkan bahwa taktik agresif Trump dapat menjadi bumerang bagi AS.