AC Milan menghadapi dua masalah besar menjelang akhir musim ini. Tim berjuluk ”Rossoneri” ini masih terancam gagal meraih target finis di peringkat empat besar Liga Italia.
Oleh
Herpin Dewanto Putro
·3 menit baca
MILAN, SELASA — AC Milan menghadapi dua masalah besar menjelang akhir musim ini. Tim berjuluk ”Rossoneri” ini masih terancam gagal meraih target finis di peringkat empat besar Liga Italia untuk kembali tampil di Liga Champions musim depan dan menghadapi konflik internal yang berpotensi merusak keharmonisan tim.
Milan butuh memenangi keempat laga terakhir untuk menjaga kans finis di peringkat empat besar, mulai dari laga kontra Bologna di Stadion San Siro, Selasa (7/5/2019) dini hari WIB. Laga pertama berhasil dilalui dengan kemenangan 2-1 dan mereka kini berada di peringkat lima dengan 59 poin. Namun, kemenangan itu harus dibayar mahal dan penuh drama.
Rossoneri unggul lewat gol Suso pada menit ke-37 dan Fabio Borini pada menit ke-67. Setelah berusaha keras, Suso akhirnya kembali mencetak gol pertamanya sejak Januari lalu. Petaka muncul ketika Bologna mencetak gol melalui Mattia Destro pada menit ke-72 dan dua menit kemudian gelandang Milan, Lucas Paqueta, diganjar kartu merah.
Gelandang asal Brasil itu awalnya melakukan pelanggaran terhadap Erick Pulgar dan wasit memberikan kartu kuning. Namun, Paqueta telanjur marah dan kemudian memprotes wasit sebelum diganjar kartu merah. Kehilangan Paqueta menjadi kerugian besar karena mereka akan kehilangan gelandang kreatif itu untuk menghadapi laga selanjutnya melawan Fiorentina.
Milan tidak hanya kehilangan Paqueta, tetapi juga Lucas Biglia yang mengalami cedera ketika laga baru berjalan 25 menit. Jika Biglia tidak bisa cepat pulih, Milan akan semakin kehilangan kekuatan di lini tengah untuk mencapai target ke peringkat empat besar.
Gattuso-Bakayoko
Selain kehilangan pemain, Milan juga harus membayar mahal kemenangan itu dengan munculnya konflik antara Pelatih Milan Gennaro Gattuso dan Tiemoue Bakayoko. Konflik itu berawal ketika Gattuso meminta Bakayoko untuk segera masuk ke lapangan untuk menggantikan Biglia. Namun, Bakayoko terkesan lamban dan Gatusso marah. Keduanya kemudian tampak bertengkar dan akhirnya Jose Mauri yang masuk menggantikan Biglia.
”Pemain boleh mengatakan apa saja kepada saya. Yang penting mereka harus tetap menghormati rekan-rekannya dan situasi di kamar ganti,” ujar Gattuso seperti dikutip Football-Italia. Menurut Gattuso, target tim jauh lebih penting dan konflik yang timbul dapat diatasi secara empat mata di ruang tertutup.
Penyelesaian di ruang tertutup memang sudah dilakukan. Bakayoko kemudian mengklarifikasi tindakannya melalui akun Instagram. Ia mengatakan masalah itu hanya sebuah kesalahpahaman.
”Satu hal yang pasti: saya tidak pernah menolak untuk dimainkan. Saya hanya punya satu harapan, yaitu bisa selalu masuk ke lapangan dan membantu tim. Forza Milan,” tulis pemain pinjaman dari Chelsea itu.
Namun, pertengkarannya dengan Gattuso bukanlah yang pertama. Pekan lalu, Bakayoko dikabarkan juga bertengkar dengan pelatihnya itu karena terlambat datang ke tempat latihan. Pada awal musim lalu, Bakayoko juga tidak terima ketika Gattuso menganggapnya sebagai pemain yang masih ”cacat”.
Konflik-konflik seperti ini tidak hanya memperburuk keharmonisan tim, tetapi juga membuat masa depan Bakayoko di Milan tidak menentu. Padahal Direktur Milan Leonardo sudah memperingatkan bahwa klub tidak akan melakukan pembelian besar untuk musim depan. Milan harus fokus menggali potensi dari pemain yang ada.
Salah satunya adalah striker Krzysztof Piatek yang tidak lagi tajam. Ia terakhir kali mencetak gol saat menghadapi Juventus pada awal April lalu. Artinya, striker asal Polandia ini sudah mengalami kebuntuan dalam lima laga terakhir di semua kompetisi. (REUTERS)