JAKARTA, KOMPAS — Produksi olahan ikan patin (Pangasius) terus didorong untuk mengisi pasar ekspor. Saat ini, komposisi produk patin yang diolah berupa irisan daging hanya 10-15 persen dari total produksi patin yang menembus 500.000 ton per tahun.
Ketua Bidang Budidaya Patin Asosiasi Pengusaha Catfish Indonesia (APCI) Imza Hermawan, di Jakarta, mengemukakan, saat ini produk olahan patin masih minim. Padahal, potensi ekspor terbuka.
Pada akhir 2018, produk patin asal Indonesia mulai memasuki pasar Timur Tengah, yakni Dubai dan Arab Saudi, dengan produk unggulan irisan daging ikan dan stik.
”Kami sedang menjajaki kemungkinan memperluas pasar ke tiga negara lainnya,” kata Imza, Selasa (7/5/2019), di Jakarta.
Namun, ia tidak bersedia menyebutkan negara-negara yang dituju tersebut.
Imza menambahkan, produksi patin olahan tahun ini ditargetkan meningkat 5 persen atau sekitar 55.000 ton. Perkembangan budidaya di sentra produksi yang digunakan sebagai bahan baku industri irisan daging ikan antara lain di Jawa Timur, Lampung, Sumatera Selatan, dan Sumatera Utara.
Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, pada triwulan I-2018 sampai dengan triwulan III-2018, produksi patin mencapai 492.000 ton. Saat ini, produk patin mengisi hampir 50 persen dari keseluruhan konsumsi irisan daging ikan di dalam negeri.
Menurut Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Slamet Soebjakto, kriteria patin untuk ekspor antara lain memiliki bobot lebih dari 700 gram, bebas antibiotik, berasal dari tambak bersertifikat, berwarna putih atau natural, tidak berbau lumpur, memperoleh sertifikasi keamanan pangan (HACCP), dan standar nasional Indonesia (SNI) untuk produk irisan daging ikan.
Pada 2018, usaha yang mendapat sertifikasi patin sebanyak 122 unit. ”Kami akan meningkatkan sertifikasi untuk produk komoditas ekspor,” katanya.
Tahun lalu, produk patin Indonesia diluncurkan, yakni ”Indonesian Pangasius-The Better Choice”. Nama produk patin ”Indonesian Pangasius” diharapkan menghilangkan labelisasi yang keliru selama ini, yakni irisan daging ikan patin Indonesia lebih banyak dikenal dengan sebutan irisan daging ikan dori.
”Pencitraan membutuhkan proses. Kami terus mengembangkan merek tersebut agar (produk) lebih bernilai,” kata Imza. (LKT)