Pekerjaan Rumah Ajax
Tottenham Hotspur masih bisa menjadi ancaman bagi Ajax pada laga kedua semifinal Liga Champions. Tugas Ajax kali ini adalah memperbaiki penampilan mereka di kandang.
AMSTERDAM, SELASA — Ajax belakangan ini menjadi tuan rumah yang sangat sopan dan pemurah. Mereka membiarkan lawan mencetak banyak gol di Stadion Johan Cruyff, Amsterdam, Belanda. Mimpi Ajax meraih treble bisa saja buyar jika kebiasaan itu muncul lagi saat menjamu Tottenham Hotpsur pada laga kedua semifinal Liga Champions, Kamis (9/5/2019), pukul 02.00 WIB.
Satu gol dari Spurs pada laga itu bisa menjadi masalah besar. Kedudukan akan menjadi imbang karena pada laga pertama di Stadion Tottenham Hotspur, pekan lalu, Ajax menang 1-0. Jika ingin lolos ke final untuk pertama kali setelah menanti selama 23 tahun, Ajax kali ini wajib menjadi tuan rumah yang tidak ramah. Ini merupakan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan Pelatih Ajax Erik ten Hag dan skuadnya.
Mereka perlu mengingat kekalahan kandang saat menghadapi Real Madrid pada babak 16 besar dan Juventus pada babak perempat final. Lebih jauh lagi, mereka perlu membuka pelajaran penting saat dibobol tiga gol oleh Bayern Muenchen pada fase grup, sedangkan ketika bertandang ke Muenchen, Ajax hanya kebobolan satu gol.
Bertahan total tentu menjadi cara mudah. Namun, itu bukan cara bermain Ajax. Surat kabar Belanda, De Volkskrant, menggambarkan pola permainan Ajax seperti gerombolan burung terbang. Para pemain kadang bergerak serentak ke satu arah lalu berpisah dan membuat lawan kebingungan.
Hal itu merupakan representasi gaya total football modern Ajax. Kolektivitas permainan di setiap fase menyerang ataupun bertahan membuat setiap lini menjadi sangat produktif. Tidak hanya penyerang yang membobol gawang, tetapi juga para bek. Enam gol Ajax di Liga Champions musim ini tercipta dari para bek.
”Dengan kemenangan 1-0 di London, Ajax tidak perlu khawatir pada laga kedua ini. Namun, lini belakang Ajax sepertinya masih akan terbuka dan ini sangat berbahaya,” ujar mantan bek tim nasional Belanda, Rinus Israel. Ajax tetap perlu berkonsentrasi penuh saat bertahan karena para bek kerap terlalu maju menekan lawan. Peran kiper Andre Onana dan dua bek tengah, Matthijs de Ligt dan Daley Blind, menjadi sangat krusial.
Kecerdikan Spurs
Pelatih Spurs Mauricio Pochettino yang cerdik membaca permainan dan beradaptasi menjadi masalah lain. Pochettino sudah membuktikannya pada laga pertama ketika ia berhasil meredam total fotball Ajax, terutama pada babak kedua.
Analis sepak bola dari Fox Sport, Kenneth Perez, seperti dikutip surat kabar Algemeen Dagblad, menilai, kunci laga kedua itu terletak pada kemampuan Ajax menahan tekanan Spurs. ”Ajax tidak selalu bagus. Kalau Spurs mengajak Ajax berduel secara fisik seperti pada laga pertama, mereka bisa mencetak gol lagi,” ujar Perez.
Lagi pula, Spurs merupakan tim tangguh di kandang lawan. Saat bertandang, Spurs bisa menahan imbang Barcelona dan mengalahkan Borussia Dortmund. Pada babak perempat final, mereka menyingkirkan Manchester City di Stadion Etihad, kandang City.
”Lihatlah penampilan dan determinasi kami saat melawan City. Kami mencetak tiga gol dan apa pun bisa terjadi. Kami tidak perlu takut,” ujar pemain Spurs, Kieran Trippier, seperti dikutip UEFA. Spurs bisa tampil tanpa beban karena ini merupakan semifinal yang mereka nanti selama 57 tahun.
Son Heung-min
Apalagi pada laga kedua ini Spurs bisa kemnbali memainkan Son Heung-min, yang absen di London akibat hukuman akumulasi kartu kuning. Gelandang Erik Lamela bisa tampil setelah mengalami cedera hamstring, dan bek Jan Vertonghen sudah pulih setelah gegar otak pada laga pertama.
Situasi di Liga Inggris menjadi motivasi lainnya bagi Spurs. Mereka baru saja dikalahkan Bournemouth 0-1 dan terancam kehilangan tempat di peringkat empat besar. Apabila bisa menjuarai Liga Champions musim ini, mereka tentu tidak perlu risau karena otomatis akan kembali tampil di Liga Champions musim depan.
Kartu merah yang didapat Son pada laga kontra Bournemouth juga bisa menjadi keuntungan. Son diganjar kartu merah karena emosi dan mendorong Jefferson Lerma. ”Ini konyol, tetapi saya suka. Pelanggaran yang dilakukan Son adalah tindakan bodoh, tetapi sering kali Anda butuh energi semacam itu,” ujar mantan pemain Spurs dan Ajax, Rafael van der Vaart, seperti dikutip London Evening Standard.
Son tidak hanya berperan sebagai pemain, tetapi juga sebagai fans yang membenci kekalahan. Energi itu juga membuktikan Son mulai bisa menjadi pemimpin semenjak striker Harry Kane mengalami cedera.
Spurs kini tinggal mempertahankan pola permainan menekan untuk membuyarkan mimpi Ajax meraih treble musim ini. Ajax baru saja meraih Piala KNVB setelah menggilas Willem II 4-0, Minggu (5/5/2019). Mereka tinggal memburu gelar juara Liga Belanda dan Liga Champions.
Namun, gelandang Ajax, Frenkie de Jong, tidak mau membahas potensi meraih treble. ”Ini sama saja tidak menghormati Spurs. Mereka adalah tim yang sangat tangguh,” ujarnya, seperti dikutip De Telegraaf.