Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Meteorologi Pattimura Ambon memperkirakan angin dengan kecepatan hingga 92,6 kilometer per jam bakal melanda sejumlah wilayah perairan Maluku, Rabu (8/5/2019) malam. Salah satu dampaknya, gelombang tinggi hingga 7 meter. Demi keselamatan, pelayaran yang melintasi perairan itu agar dihentikan sementara.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Meteorologi Pattimura Ambon memperkirakan angin dengan kecepatan hingga 92,6 kilometer per jam bakal melanda sejumlah wilayah perairan Maluku, Rabu (8/5/2019) malam. Salah satu dampaknya, gelombang tinggi hingga 7 meter. Demi keselamatan, pelayaran yang melintasi perairan itu agar dihentikan sementara.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Pattimura Ambon, Wilhelmina Paays, lewat keterangan tertulis yang diterima Kompas pada Rabu melaporkan, tinggi gelombang berkisar 1-7 meter di hampir semua perairan Maluku.
BMKG mengingatkan gelombang maksimum dapat mencapai dua kali tinggi gelombang yang diperkirakan.
Tinggi gelombang 1 meter berpeluang terjadi di bagian barat Pulau Seram. Sementara gelombang hingga 7 meter berpeluang terjadi di selatan Maluku, seperti Kepulauan Sermata dan Kepulauan Leti. Gelombang tinggi itu dipicu kecepatan angin antara 2 knot atau 3,7 km per jam hingga 50 knot atau 92,6 km per jam. BMKG mengingatkan gelombang maksimum dapat mencapai dua kali tinggi yang diperkirakan.
Tinggi gelombang itu diperkirakan mulai terjadi pada Rabu, sekitar pukul 21.00 WIT hingga 24 jam ke depan. Pada 11 Mei mendatang, tinggi gelombang kembali mereda hingga maksimal 3,5 m. Kondisi itu merata di sejumlah wilayah perairan Maluku.
Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Pattimura Ambon O Sem Wilar menambahkan, saat ini terpantau bibit siklon tropis di Laut Banda. Bibit siklon tersebut menguat dalam 12-24 jam ke depan. Arah pergerakannya menjauh ke selatan dan barat daya Maluku. Keberadaan bibit siklon tropis itulah yang menyebabkan terjadinya cuaca buruk di Maluku.
Selain gelombang tinggi, juga terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di Kabupaten Kepulauan Tanimbar dan Kabupaten Maluku Barat Daya.
”Masyarakat diminta waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan, seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, serta potensi gangguan transportasi laut akibat angin kencang dan gelombang tinggi,” kata Sem.
Berdasarkan pantauan Kompas di Pelabuhan Rakyat Batumerah, Kota Ambon, hanya ada satu kapal yang berlabuh. Kapal-kapal lain yang berasal dari Pulau Buru, Pulau Seram, dan pulau-pulau lain masih tertahan di pelabuhan asal.
”Ini karena masih terjadi cuaca buruk di pelabuhan asal. Saat ini masih berisiko,” kata Mery Uktolseja, petugas di Pelabuhan Batumerah.
Di pelabuhan tersebut terdapat sekitar 30 kapal pelayaran rakyat. Panjang rute yang dilalui mencapai 150 mil laut (278 km) dengan waktu tempuh 36 jam. Kapal mengangkut barang dan penumpang dari Ambon ke pulau-pulau kecil dan desa-desa terpencil. Ukuran kapal umumnya 7 gros ton dengan kapasitas penumpang maksimal 30 orang.
Sementara itu, di Teluk Ambon banyak kapal berlabuh, baik kapal berbahan fiber, kapal kayu, maupun kapal besi. Perairan di Teluk Ambon relatif tenang. Teluk Ambon terhubung langsung dengan Laut Banda. Gelombang tinggi di Laut Banda terdampak juga hingga ke perairan Teluk Ambon.
Berdasarkan pengalaman Kompas dalam pelayaran dari Pulau Seram ke Pulau Ambon, Senin lalu, kapal yang ditumpangi beberapa kali dihadang gelombang tinggi dalam waktu perjalanan sekitar 1,5 jam tersebut. Sepanjang rute itu, banyak speedboat beroperasi. Ada yang terdaftar, tapi banyak juga yang liar. Di jalur itu sering terjadi kecelakaan laut.