LHOKSUKON, KOMPAS — Motif pembunuhan ibu rumah tangga dan dua anak di Desa Ulee Madon, Kecamatan Muara Batu, Kabupaten Aceh Utara, Aceh, terungkap. AG (40), tersangka pelakunya, menghabisi Irawati (35), istrinya, serta dua anak tirinya, Zikra (12) dan Yazid (1 tahun 5 bulan), karena ingin kaya.
Ketiga korban ditemukan tewas di rumah sendiri, Selasa (7/5/2019), pukul 02.00 dini hari. Pada jasad korban terdapat sejumlah luka bekas senjata tajam. Pada hari yang sama, polisi menangkap AG, suami dan ayah tiri para korban.
Kepala Kepolisian Resor Lhokseumawe Ajun Komisaris Besar Ari Lasta Irawan, Kamis (9/5/2019), mengatakan, AG meminta pembagian harta milik istrinya yang merupakan peninggalan dari suami pertama. Namun, Irawati dan keluarganya tidak mau menuruti permintaan itu. Mereka menganggap AG tidak berhak atas harta itu. AG marah dan dendam hingga akhirnya membunuh Irawati dan dua anaknya.
”Motif pembunuhan adalah masalah harta gono-gini,” kata Ari.
AG merupakan suami ketiga Irawati. Suami pertama korban meninggal dunia dan yang kedua bercerai. Irawati memiliki kekayaan warisan dari suami pertama, seperti rumah dan tanah. Irawati menikah dengan AG lima bulan silam.
Kata Ari, sebulan sebelumnya, AG pernah mengancam akan membunuh siapa yang menentang permintaannya. Dalam kasus ini, kata Ari, ada kemungkinan pembunuhan telah direncanakan.
AG bakal didakwa tiga undang-undang sekaligus, yaitu Kitab Undang-undang Hukum Pidana tentang pembunuhan berencana, UU Perlindungan Anak, dan UU Kekerasan dalam Rumah Tangga. Ancaman maksimal adalah hukuman mati.
Kepala Desa Alee Madon Salahuddin mengatakan, AG merupakan suami ketiga Irawati. Mereka menikah lima bulan lalu.
AG merupakan warga Sumatera Utara. Irawati memiliki empat anak, semuanya dari suami sebelumnya. Keempat anaknya adalah Rizky, Zikra, Zikri, dan Yazid.
Beberapa jam sebelum pembunuhan, AG terlihat di rumah. AG sempat bertemu dengan Rizky (15), anak pertama Irawati yang sedang tadarus di mushala. Saat kejadian, Rizky masih berada di mushala.
Kata Salahuddin, selama ini AG jarang terlihat di rumah korban. AG bekerja di Banda Aceh sebagai pekerja bangunan dan hanya sesekali pulang menjenguk keluarganya. Selama ini, warga desa tidak pernah melihat ada masalah dalam keluarga itu.