Alokasi air bersih yang disiapkan untuk mengatasi kekeringan dan krisis air bersih di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, tahun ini, berkurang. Jika tahun 2018 disediakan alokasi sebanyak 450 tangki, tahun ini hanya 300 tangki.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
TEMANGGUNG, KOMPAS- Alokasi air bersih yang disiapkan untuk mengatasi kekeringan dan krisis air bersih di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, tahun ini, berkurang. Jika tahun 2018 disediakan alokasi sebanyak 450 tangki, tahun ini hanya 300 tangki.
Pelaksana tugas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Temanggung Gito Walngadi mengatakan, sekalipun belum mengetahui apakah alokasi tersebut memenuhi kebutuhan atau tidak, pihaknya berencana meminta tambahan bantuan air bersih dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
“Demi mengantisipasi berulangnya kondisi tahun 2018 di tahun ini, maka kami pun berencana untuk mengajukan bantuan anggaran untuk pengadaan tambahan stok air bersih,” ujarnya, Kamis (9/5/2019).
Besaran permintaan bantuan tersebut, menurut dia, akan ditentukan nanti setelah BPBD selesai memetakan potensi kekeringan. Kegiataan pemetaan ini direncanakan tuntas minggu depan.
Tahun lalu, alokasi 450 tangki air bersih yang disediakan Pemerintah Kabupaten Temanggung terbukti tidak mencukupi kebutuhan. Oleh karena itu, demi memenuhi permintaan air bersih, BPBD Kabupaten Temanggung terpaksa meminta bantuan dari swasta, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan BNPB.
Dari bantuan berbagai pihak tersebut, BPBD Kabupaten Temanggung akhirnya mengatasi kekeringan dan krisis air bersih, dengan menyalurkan lebih dari 1.000 tangki air. Kegiatan penyaluran bantuan air bersih yang berlangsung sejak Juni hingga November 2018 tersebut, dilakukan di 102 dusun di 22 desa di 11 kecamatan.
Kondisi yang sama, menurut Gito, semula diprediksi terjadi tahun ini. Namun, untuk mengetahui kepastiannya, BPBD akan kembali meminta informasi perihal prediksi cuaca dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG).
Kepala Seksi Perlindungan Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Temanggung, Fitri Saraswati, mengatakan, tahun ini, pihaknya akan mensosialisasikan gerakan menabung air. Dalam gerakan ini, masyarakat akan diarahkan untuk mengelola, dan menyimpan air yang mengalir di lingkungan sekitar, ataupun air hujan.
“Gerakan menyimpan air ini dimaksudkan dapat mengatasi krisis air di musim kemarau dan sekaligus mampu mengantisipasi bahaya banjir saat musim penghujan,” ujarnya.
Tahun ini, Lingkungan Tepungsari di Kelurahan Walitelon Selatan di Kecamatan Temanggung, mulai ditunjuk sebagai pilot project gerakan menabung air. Lingkungan tersebut dinilai layak sebagai contoh karena sejak tahun 2017, telah memiliki 330 biopori dan 85 sumur resapan.
Lingkungan Tepungsari, menurut dia, memang bukan termasuk sebagai daerah yang rawan kekeringan. Namun, dengan upaya menyimpan air melalui biopori dan sumur resapan, daerah ini juga dapat membantu menjaga ketersediaan untuk daerah lain di sekitar dan membantu mengantisipasi banjir.
Setelah Lingkungan Tepungsari, Fitri mengatakan, ke depan pihaknya akan berupaya agar gerakan yang sama dilakukan di lima lokasi lain yang termasuk dalam daerah rawan kekeringan.
Salah satu lubang biopori di Lingkungan Tepungsari di Kecamatan Temanggung, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah
“Dengan melakukan gerakan menabung air, kami berharap daerah-daerah yang rawan kekeringan pun tidak lagi melulu mengandalkan bantuan dropping air,” ujarnya.