Teheran memberi waktu 60 hari kepada Rusia, China, Perancis, Jerman, dan Inggris untuk memenuhi janjinya kepada Iran.
LONDON, Rabu— Iran berniat mencabut sebagian komitmennya dalam Kesepakatan Nuklir 2015 jika negara-negara penandatangan tidak mampu melindungi Iran dari sanksi ekonomi AS. Iran mengancam akan kembali menjalankan pengayaan uranium.
Tepat setahun lalu, AS secara unilateral keluar dari kesepakatan nuklir Iran dan langsung menerapkan kembali sanksi ekonomi terhadap Iran. Sanksi ini berlaku luas, di mana negara-negara yang bertransaksi dengan Iran akan menghadapi sanksi dari AS.
Akibatnya, negara-negara penandatangan kesepakatan, seperti Perancis, China, Rusia, Inggris, dan Jerman, yang berniat mempertahankan kesepakatan nuklir kesulitan melakukan kerja sama perdagangan dengan Iran. Perusahaan-perusahaan multinasional dari negara-negara tersebut telah memutuskan kerja sama dengan Iran karena khawatir mendapatkan sanksi dari AS.
Kondisi ini semakin mempersulit perekonomian Iran. Terkait dengan hal itu, Iran kini memberikan batas waktu bagi negara-negara penandatangan.
Dalam pidatonya yang disiarkan televisi, Presiden Hassan Rouhani menyatakan, Teheran akan kembali melakukan pengayaan uranium jika dalam 60 hari negara-negara itu tak mampu memenuhi janjinya pada Iran, ”Jika kelima negara kembali berunding dan tercapai kesepakatan, di mana mereka bisa melindungi kepentingan Iran di sektor minyak dan perbankan, Iran akan tunduk pada komitmen,” kata Rouhani.
Kesepakatan Nuklir 2015 pada intinya menghentikan program pengembangan nuklir Iran, di mana Iran akan diawasi tim pemantau nuklir dari PBB (IAEA). Sebagai imbalannya, sanksi ekonomi terhadap Iran dicabut dan negara-negara penandatangan membeli minyak dan berinvestasi di Iran.
Selama kesepakatan berlangsung, tim pemantau PBB menyatakan Iran selalu tunduk pada aturan, termasuk ketika AS telah keluar dari kesepakatan.
Reaksi
Menanggapi seruan Rouhani, Perancis dan Jerman menyatakan akan terus mengupayakan agar kesepakatan nuklir tetap berlaku. Namun, Paris mengingatkan, Iran akan menghadapi lebih banyak sanksi jika tidak menghormati komitmennya.
China juga menyerukan agar semua pihak tetap berkomitmen menegakkan kesepakatan nuklir. ”Memelihara kesepakatan merupakan tanggung jawab bersama. Kami meminta semua pihak menahan diri dan mengedepankan dialog,” kata Jubir Kemlu China Geng Shuang. Ia mengatakan bahwa China menentang sanksi unilateral AS kepada Iran.
Senada dengan China, Rusia juga menyalahkan langkah Washington yang telah memprovokasi Iran untuk menarik komitmennya. Menurut Jubir Kremlin Dmitry Peskov, Presiden Vladimir Putin berulang kali mengingatkan tentang konsekuensi dari tindakan unilateral Washington yang gegabah. ”Kini kita menyaksikan hal itu mulai terjadi,” kata Peskov.
Washington kemarin mengirimkan kapal induk USS Abraham Lincoln ke perairan yang dekat wilayah Iran. Meskipun AS menyatakan tak ingin berperang dengan Iran, langkah itu merupakan pesan jelas bagi rezim Iran. ”Setiap serangan terhadap kepentingan AS ataupun sekutu AS akan kami lawan dengan keras.”