Pascakericuhan pada Rabu (8/5/2019) malam, situasi Kota Praya, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, kembali normal, Kamis (9/5/2019). Kericuhan itu juga tidak berdampak pada rapat pleno terbuka rekapitulasi hasil penghitungan suara pemilu dan Pilpres 2019 tingkat Kabupaten Lombok Tengah.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·2 menit baca
PRAYA, KOMPAS — Pascakericuhan pada Rabu (8/5/2019) malam, situasi di Praya, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, kembali normal, Kamis (9/5/2019). Kericuhan itu juga tidak berdampak pada rapat pleno terbuka rekapitulasi hasil penghitungan suara pemilu dan Pilpres 2019 tingkat Kabupaten Lombok Tengah.
”Saya pastikan situasi sudah kondusif,” kata Kepala Kepolisian Resor Lombok Tengah Ajun Komisaris Besar Budi Santosa di Praya, Kamis siang.
Pantauan Kompas, aparat kepolisian masih berjaga ketat di pintu masuk eks gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Lombok Tengah yang menjadi lokasi rapat pleno terbuka. Mereka berada di balik kawat berduri yang dipasang di balik pagar. Kedua gerbang masuk ditutup. Begitu juga dengan jalan raya di depan gedung tersebut. Dari dua jalur, hanya satu yang dibuka.
Menurut Budi, untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, dia mengerahkan 350 personel ditambah bantuan dari TNI sebanyak 175 personel. ”Insya Allah, semoga rekapitulasi selesai hari ini,” kata Budi.
Proses rekapitulasi juga terpantau berjalan lancar. Setelah dibuka sekitar pukul 11.00 Wita, rapat pleno untuk satu kecamatan terakhir dari 12 kecamatan, yakni Pujut, dimulai. Rapat pleno juga untuk rekapitulasi hasil perhitungan suara calon anggota DPRD kabupaten dan provinsi.
Pleno yang dihadiri tiga komisioner dan saksi partai politik itu juga mendapat kawalan ketat polisi. Akses masuk dibatasi dan harus menggunakan kartu identitas khusus.
Pada Kamis siang, Kepala Kepolisian Daerah NTB Brigadir Jenderal (Pol) Nana Sujana juga sempat berkunjung ke Lombok Tengah sekitar 10 menit. Dalam kunjungannya, Nana sempat melihat langsung sidang pleno.
Kericuhan
Pengamanan ketat rapat pleno terbuka rekapitulasi hasil penghitungan suara Pileg dan Pilpres 2019 tingkat Kabupaten Lombok Tengah dilakukan menyusul kericuhan pada Rabu malam. Kericuhan terjadi sekitar pukul 22.00 Wita.
”Kami masih mendalami motif atau pemicunya. Mereka diduga pendukung salah satu calon anggota legislatif, yang pada malam sebelumnya (Selasa) menyampaikan ada indikasi kecurangan,” kata Budi.
Menurut Budi, pada Rabu malam, pleno ditunda ke Kamis pagi karena tidak kuorum dan anggota Badan Pengawas Pemilu Lombok Tengah lengkap. ”Tiba-tiba, begitu pleno ditunda, massa datang dan langsung bertindak anarkistis. Mereka berteriak, melemparkan batu, bahkan bom molotov,” kata Budi.
Sekitar pukul 23.00 Wita, massa bisa dipukul mundur. Selain menerjunkan personel, Polres Lombok Tengah juga sempat melepaskan tembakan air atau water canon.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Lombok Tengah Ajun Komisaris Rafles P Girsang menambahkan, dua polisi luka di pelipis dan hidung akibat penyerangan itu. ”Selain menangkap beberapa orang yang diduga otak kericuhan, kami juga menyita puluhan unit kendaraan dan tujuh mobil milik massa,” kata Rafles.