Puasa bisa menjadi salah satu cara untuk mendukung kesehatan tubuh, salah satunya untuk mencegah kanker. Ketika puasa, proses pencernaan dalam tubuh akan menurun serta proses detoksifikasi akan meningkat. Selain itu, sel dalam tubuh akan beregenerasi sehingga dapat mencegah terbentuknya sel kanker.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Puasa bisa menjadi salah satu cara untuk mendukung kesehatan tubuh, salah satunya untuk mencegah kanker. Ketika puasa, proses pencernaan dalam tubuh akan menurun serta proses detoksifikasi akan meningkat. Selain itu, sel dalam tubuh akan beregenerasi sehingga dapat mencegah terbentuknya sel kanker.
Staf Divisi Hematologi-Onkologi Medik Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo/ Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (RSCM/ FKUI) yang juga berpraktik di Rumah Sakit Mayapada Jakarta Selatan, Wulyo Rajabto, menuturkan, puasa Ramadhan yang dilakukan dengan tidak makan dan minum selama 12-14 jam dapat mengistirahatkan sel-sel pada saluran pencernaan. Waktu puasa ini digunakan tubuh untuk meregenerasi sel-sel yang rusak menjadi sel baru yang lebih sehat.
“Kanker bisa terjadi karena adanya mutasi atau perubahan dari sel normal menjadi abnormal. Dengan puasa, regenerasi sel yang terjadi akan membentuk sel muda sehingga bisa mencegah mutasi dan terbentuknya sel kanker,” ujar Wulyo di Jakarta, Kamis (9/5/2019).
Meski begitu, manfaat puasa untuk mencegah kanker dapat optimal apabila dilakukan dengan baik dan benar. Maksudnya, ketika sahur dan berbuka, seseorang harus tetap menjaga konsumsi makanan yang seimbang. Konsumsi buah dan sayur berserat sangat dianjurkan.
Selain itu, seseorang juga harus membatasi konsumsi daging merah, terutama dalam bentuk siap saji dan diolah dengan cara dibakar. Makanan yang diolah dengan temperatur atau suhu tinggi seperti dibakar dapat menimbulkan senyawa karsinogenik yang dapat memicu terjadinya kanker.
Sementara, Wulyo menambahkan, bagi seseorang yang sudah memiliki kanker sebaiknya berkonsutasi terlebih dahulu pada dokter sebelum memutuskan untuk berpuasa.
“Jika daya tahan tubuh pasien kanker masih belum stabil serta masih menjalani pengobatan seperti kemoterapi yang menimbulkan efek samping mual dan muntah dianjurkan untuk tidak berpuasa lebih dahulu,” katanya.
Pasien kanker yang masih dalam masa pengobatan membutuhkan asupan nutrisi yang cukup. Puasa baru boleh dilakukan bagi pasien kanker yang telah dinyatakan stabil dan tidak mengalami komplikasi kesehatan lainnya. Tentu perlu konsultasi terlebih dahulu dengan dokter yang kompeten.
Gizi sehat
Secara terpisah, Kepala Departemen Medik Ilmu Gizi Klinik RSCM/FKUI Fiastuti Witjaksono menyampaikan, seseorang dengan kondisi kesehatan yang normal juga harus menjaga asupan gizi ketika berpuasa. Konsumsi makanan yang berlebihan saat sahur dan puasa harus dihindari.
Setidaknya, ia menganjurkan, konsumsi makanan ketika sahur diusahakan mendekati waktu imsak. Hal ini agar jeda waktu puasa tidak terlalu panjang.
“Jangan justru makan di tengah malam untuk mengganti waktu sahur agar bisa tidur lebih lama. Itu artinya waktu puasa menjadi 18 jam,” katanya.
Ia pun menyarankan, pola makan saat sahur dan berbuka perlu diatur dengan asupan gizi seimbang. Saat sahur usahakan tetap mengonsumsi karbohidrat, protein hewani dari ikan atau ayam dan telur, protein nabati dari tahu atau tempe, lemak, sayur, dan buah. Tidak lupa, pastikan konsumsi air minum sebanyak 2-3 gelas.
“Hindari konsumsi minuman manis saat sahur karena berisiko menimbulkan lapar lebih cepat serta hipoglisemia (rendah gula darah),” ucapnya.
Untuk berbuka, Fiastuti menyarankan, tidak langsung mengonsumsi makanan berat. Minum air putih dan kurma cukup sebagai awal berbuka. Setengah jam kemudian baru mengonsumsi makanan berat dengan ketentuan gizi seimbang.
“Sebaiknya ketika puasa hindari makanan yang menghasilkan gas seperti soda. Makanan yang dapat memicu asam lambung naik juga perlu dihindari, seperti makanan pedas dan asam,” ujarnya.