Kasus penyelundupan paket sabu dari Amerika Serikat tidak bisa dianggap biasa. Peredaran dari Negeri Paman Sam ini tergolong langka untuk kasus di Indonesia. Selama ini jaringan pengedar internasional lebih banyak bermain di wilayah Asia. Polisi perlu mewaspadai hal ini agar jaringan pengedar internasional tidak semakin meluas.
Oleh
Aditya Diveranta
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Kasus penyelundupan paket sabu dari Amerika Serikat tidak bisa dianggap biasa. Peredaran dari Negeri Paman Sam ini tergolong langka untuk kasus di Indonesia. Selama ini jaringan pengedar internasional lebih banyak bermain di wilayah Asia. Polisi perlu mewaspadai hal ini agar jaringan pengedar internasional tidak semakin meluas.
Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tipe C Bandara Soekarno-Hatta Erwin Situmorang mengatakan, 19 paket sabu yang diselundupkan dalam bungkus kemasan kopi dari Amerika Serikat menjadi temuan paling baru setidaknya sejak 2018. Peredaran narkoba dari Amerika Serikat, menurut dia, merupakan jalur peredaran yang paling jarang ditemukan di Indonesia.
“Biasanya, jalur peredaran narkoba internasional di Indonesia hanya berputar pada wilayah Asia, seperti Malaysia, Afrika, Nigeria, dan yang terbaru adalah Thailand. Namun, pada April 2019, kami cukup dikejutkan dengan paket sabu yang diselundupkan dalam kemasan kopi. Dalam keterangan pengiriman, paket itu dikirim ke wilayah Jakarta Barat,” kata Erwin, di Jakarta, Kamis (9/5/2019).
Hal ini kemudian dilaporkan ke Kepolisian Resor (Polres) Metro Jakarta Barat. Selama periode April hingga Mei 2019, polisi mengungkap sebanyak empat tersangka pengedar yang juga melibatkan WNA asal China. Dari kasus ini, ada 16 kilogram total paket sabu yang disita.
Kepala Satuan Narkoba Polres Metro Jakarta Barat Ajun Komisaris Besar Erick Frendiz mengatakan, pengiriman paket sabu dari Amerika Serikat ini diketahui masih berkaitan dengan jaringan pengedar asal China. Informasi itu didapat dari tersangka WNA yang mengaku diutus langsung dari China untuk memberikan paket kepada kurir di Indonesia.
CM (26), salah satu tersangka WNA, mengaku ditugaskan sebagai penerima paket dari seorang bandar yang tidak ia kenal. Ia dipesankan tiket pesawat dan hotel di kawasan Tamansari, Jakarta Barat. Setelah memberikan paket kepada pembeli, lalu pulang lagi ke China.
“Karena saya tidak bisa berbahasa Indonesia, saya hanya menunjukkan pesan di ponsel. Kemudian saya bertemu di tempat dan waktu yang telah ditentukan, lalu memberikan barang ke pembeli,” ujar CM.
Erick mengatakan, pola distribusi ini sedang diwaspadai. Walau jumlah kiriman 16 kilogram untuk jaringan internasional termasuk sedikit, namun peredaran ini dilengkapi penerima paket yang melibatkan WNA. Artinya, paket ini dijaga secara khusus, berbeda dengan transaksi narkoba yang mayoritas sistemnya beli-putus.
“Biasanya kalau paket pesanan sampai ke Indonesia, maka paket itu sepenuhnya menjadi tanggungjawab pembeli. Kali ini berbeda, pengedar sepertinya sangat menjaga paketnya dengan mengirim WNA asal China,” kata Erick.
Kepala Bidang Narkoba Forensik Pusat Laboratorium Foreskrim Bareskrim Polri Komisaris Besar Sodiq Pratomo mengatakan, bahan baku paket sabu dari Amerika Serikat tersebut berbeda dengan yang didapat dari wilayah Asia. Ia menduga, paket ini merupakan percobaan pengiriman pertama kali ke Indonesia.
Kepala Polres Metro Jakarta Barat Komisaris Besar Hengki Haryadi mengatakan, pihaknya saat ini berkoordinasi dengan Drug Enforcement Administration (DEA), lembaga pemerintah dari Amerika Serikat untuk menangani penyelundupan narkoba.
Berdasarkan laporan terbaru pada Kamis, Hengki mengatakan bahwa DEA menangkap sebagian jaringan narkoba yang mengirim paket sabu ke Indonesia dari Los Angeles sebanyak 12 kilogram.
“Sejauh ini, kami mengantisipasi kedatangan paket narkoba dari hulu. Selain dengan DEA, kami juga berkoordinasi dengan Kantor Pelayanan Umum Bea dan Cukai Bandara untuk memantau adanya laporan kiriman paket sabu ke Jakarta Barat. Hal yang tidak kalah penting, jaringan pembeli di Indonesia juga akan kita dalami,” pungkas Hengki.