Rentang waktu antarkereta ringan (LRT) Palembang akan diperpendek dan waktu tempuhnya juga dipersingkat.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·2 menit baca
PALEMBANG,KOMPAS—Operasional kereta ringan (LRT) Palembang mulai dioptimalkan di awal Juni 2019. Rentang waktu antarkereta akan diperpendek, waktu tempuhnya juga dipersingkat. Hal itu dilakukan demi menciptakan standar operasi LRT sehingga menjadi contoh bagi provinsi lain yang hendak menggunakan moda transportasi serupa.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menegaskan itu saat rapat koordinasi bersama Wali Kota Palembang Harnojoyo di Palembang, Jumat (10/5/2019). Budi menuturkan, rapat koordinasi untuk membuat pola operasi setelah masa uji coba LRT selesai. “Sudah sebelas bulan LRT menjalani uji coba, awal Juni akan mulai dioperasikan secara penuh,” kata Budi.
Pekan pertama Juni, ujar Budi, pihaknya akan menambah rangkaian kereta LRTt dari yang semula enam rangkaian kereta menjadi delapan rangkaian. Dengan penambahan ini diharapkan waktu operasi bisa lebih optimal dimana rentang waktu antarkereta (headway) dapat dipercepat dari yang semula 30 menit menjadi 15 menit.
Melalui perubahan itu, waktu tempuh dari Stasiun Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang sampai dengan Stasiun DJKA sejauh 23,4 kilometer (km) ditempuh 42 menit, lebih cepat dibanding sebelumnya yakni 62 menit. “Kami ingin membuat standar operasi yang memenuhi kebutuhan masyarakat,” kata Budi.
Tidak hanya itu, rencananya frekuensi dari stasiun Bandara SMB II Palembang sampai Stasiun Cinde yang ada di tengah kota akan lebih banyak. Hal ini dimaksudkan agar waktu tempuh dapat dipersingkat dan kebutuhan masyarakat dapat segera dipenuhi.
Nantinya, ungkap Budi, pemerintah pusat juga akan membantu pemerintah daerah membuat big data terkait titik pergerakan yang padat. Dari sana akan ditempatkan sejumlah moda transportasi sehingga pergerakan masyarakat bisa lebih optimal. Bahkan, nantinya operasional LRT akan diperbanyak pada jam sibuk, yakni pada pagi dan sore hari.
Menurut Budi, optimalisasi LRT juga tidak bisa dilepaskan dengan angkutan pengumpan (feeder) agar masyarakat bisa lebih mudah mendapatkan akses menggunakan LRT. Penggunaan LRT belum maksimal karena LRT baru pertama kali dilakukan di Indonesia.
“Dengan adanya penyempurnaan sarana dan prasarana diharapkan pelayanan LRT Sumsel bisa lebih optimal,” ucapnya.
Wali Kota Palembang Harnojoyo mengatakan, pihaknya terus melakukan berbagai upaya meningkatkan minat masyarakat menggunakan LRT. Salah satunya membenahi jalur moda transportasi Bus Rapit Transit (BRT) Trans Musi yang masih sejajar dengan LRT. “Kami akan membenahi jalur tersebut sehingga bisa menjadi sarana pendukung operasional LRT,” ungkapnya.