AMSTERDAM, KAMIS— Walau gagal mencapai final Liga Champions, musim ini boleh jadi salah satu musim terbaik yang pernah dilalui klub asal Belanda Ajax Amsterdam. Kesuksesan tersebut turut berdampak laris manisnya para pemain Ajax di pasaran transfer pemain sepak bola di Benua Biru, Eropa. Untuk itu, diprediksi akan terjadi gelombang eksodus pemain dari Ajax ke sejumlah klub sepenjuru Eropa.
Dalam sejarah Ajax, musim 1994/1995 adalah salah satu musim terbaik yang pernah mereka capai. Saat itu, klub berjerset merah-putih itu berhasil menjuarai Liga Belanda, Liga Champions, Piala Super Eropa, hingga Piala Intercontinental.
Musim ini, Ajax tampaknya berupaya mengulangi kesuksesan 24 tahun silam. Paling tidak, mereka sudah menjuarai Piala Belanda setelah menang 4-0 atas Willem II pada final, Minggu (5/5/2019). Lalu, mereka lolos semi final Liga Champions sebelum takluk 3-3 (1-0, 2-3) dari Tottenham Hotspur, Kamis (9/5/2019).
Mereka pun masih berpeluang menjuarai Liga Belanda. Hingga sekarang, klub berjuluk ”Lucky Ajax” itu masih memimpin klasemen dengan 80 poin dari 32 laga. Sejatinya, poin Ajax sama dengan PSV Eindhoven tetapi mereka unggul produktivas gol. Adapun liga masih bersisa dua pekan lagi.
Sama seperti musim 1994/1995, kesuksesan Ajax musim ini tidak lepas dari peran besar pemain mudanya, dari kiper, bek, gelandang, hingga penyerang. Rata-rata usia pemain musim ini pun sama dengan musim 1994/1995, yakni antara 23-24 tahun. Musim ini pun seolah menjadi renkarnasi musim yang berlangsung 24 tahun lalu.
Bila musim 1994/1995, Ajax diisi oleh para pemain muda potensial, seperti kiper Edwin van der Sar yang saat itu masih berumur 23 tahun, bek Michael Reiziger (21), Frank de Boer (24), gelandang jangkar Clarence Seedorf (18), Edgar Davids (21), penyerang Nwankwo Kanu (17), dan Patrick Kluivert (18).
Musim ini, Ajax dikaruniai pemain muda tak kala potensial, seperti kiper Andre Onana (23), bek Matthijs de Ligt (19), gelandang Frenkie de Jong (21), sayap David Neres (22), pengatur serangan Hakim Ziyech (26), dan penyerang Kasper Dolberg (21).
Hanya saja, sebagaimana sejarah yang pernah terjadi, Ajax tampaknya tidak akan berlama-lama menikmati karunia itu. Ajax diyakini tidak akan lepas dari kutukan sebagai ”super market” penghasil pemain muda calon bintang yang siap untuk diangkut oleh tim-tim besar/kaya Eropa.
Pasca Berjaya pada musim 1994/1995, satu per satu pemain muda potensial Ajax dilucuti oleh tim kaya Eropa. Musim ini, semua pemain potensial Ajax sudah dibidik tim-tim haus kejayaan di Eropa. Tinggal menunggu waktu, akan terjadi peristiwa ”Out of Ajax” jilid kedua atau perpindahan pemain besar-besaran dari Ajax ke sejumlah tim Eropa.
Paling tidak, Frenkie de Jong sudah resmi direkrut Barcelona sebesar 71 juta euro (sekitar Rp 1,14 triliun), pada Januari lalu. De Ligt menjadi nama paling santer menyusul de Jong untuk segera meninggalkan markas Johan Cruyff Arena gune menuju salah satu dari Liverpool, Manchester United, atau Barcelona. Pemain potensial lain, seperti Onana, Neres, Ziyech, dan Dolberg pun terus diburu tim-tim besar Eropa, mulai dari AC Milan, Juventus, Liverpool, Manchester City, Manchester United, Arsenal, Barcelona, hingga Real Madrid.
Ajax tentu harus lebih siap ketika harus melepas pemain-pemain tersebut. Sebab, mereka adalah roh permainan tim yang telah berusia 119 tahun tersebut. Berkaca pada musim 1997/1998, setelah tiga musim sebelumnya secara beturut para pemain muda dilepas ke penjuru Eropa, kekuatan Ajax pun turun drastic.
Untuk itu, di musim tersebut, prestasi Ajax mencapai titik nadir di mana mereka tidak lolos ke Liga Champions. Kemudian, tajinya di Eropa runtuh hingga setidaknya musim 2016/2017 atau saat mereka lolos final Liga Europa sebelum kalah 0-2 dari Manchester United. Demikian di liga, mereka tidak lagi mendominasi sebelum bangkit di musim 2010/2011.
CEO Ajax Edwin van der Sar tampaknya sadar betul dengan sejarah itu. Sehingga, ia tidak ingin sejarah yang sama terulang. Untuk itu, ia menegaskan, tidak ingin kerangka tim ini dirampok semua pada bursa transfer musim panas nanti.
”Kami tahu fakta itu. Itulah sejarah Ajax selama ini dari 70an, 80an, dan 90an. Untuk itu, kami tidak akan menjual hingga tujuh pemain. Kami perlu memastikan kami bisa tetap kompetitif di musim mendatang,” ujar Van Der Sar yang juga mantan kiper Manchester United itu kepada BT Sport, Rabu (1/5/2019).
Tampaknya, Ajax pun mulai menyiapkan diri dalam menyambut musim depan. Pasca kehilangan de Jong, mereka bergerak cepat dengan merekrut gelandang timnas Romania yang bermain di Standard Liege Razvan Marin (22) dengan nilai 12,5 juta euro, sekitar Rp 201,76 miliar, pada April lalu.
”Saya hanya ingin menjadi diriku sendiri. Saya melihat semua orang membandingkan saya dengan Frenkie tetapi saya pikir kami adalah dua pemain yang berbeda gaya. Frenkie tipikal gelandang yang lebih bertahan dengan kemampuan merebut bola dan kualitas operan yang bagus. Sedangkan saya adalah gelandang dinamis yang lebih sering bermain di depan untuk membantu serangan, mencari ruang, dan mencetak gol,” tegas gelandang yang dijuluki ”Xavi dari Romania” itu dikutip Sportstar The Hindu.