AKP dan CHP berjuang habis-habisan memenangi pemilu ulang Istanbul, 23 Juni. Kemenangan itu penting untuk menguasai Turki di pemilu nasional 2023.
Suhu politik Turki kembali memanas. Komisi tinggi pemilu atau KPU Turki, Senin (6/5/2019), mengambil keputusan kontroversial, yakni menggelar ulang pemilu lokal di kota Istanbul untuk pemilihan gubernur, 23 Juni nanti.
Keputusan itu diambil KPU Turki setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang juga Ketua Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), ngotot menolak kemenangan sangat tipis kandidat oposisi dari Partai Rakyat Republik (CHP), Ekrem Imamoglu, dalam pemilu lokal pada 31 Maret lalu.
Erdogan berdalih, terjadi kecurangan sistematik dan menyeluruh di kota terbesar Turki tersebut. Imamoglu saat itu meraih 4.159. 650 suara berbanding 4.131.761 suara untuk calon AKP, Binali Yildirim.
CHP, partai oposisi terbesar di Turki, Rabu (8/5/2019), melancarkan serangan balik dengan menuntut KPU Turki menggelar ulang keseluruhan pemilu lokal di Istanbul, meliputi pemilihan gubernur/wali kota, kepala seluruh distrik di Istanbul, dan anggota parlemen daerah kota Istanbul.
CHP berdalih, jika terjadi kecurangan pada pemilihan gubernur Istanbul, dengan sendirinya juga terjadi kecurangan dalam pemilu parlemen dan ketua seluruh distrik di Istanbul. Hal ini karena pemilu lokal kota Istanbul digelar melalui tiga kertas suara dalam satu amplop untuk pemilihan gubernur, anggota parlemen, dan ketua distrik. KPU Turki berjanji akan mempelajari tuntutan CHP.
CHP ataupun AKP kini mengerahkan semua kekuatan untuk merebut kemenangan di Istanbul yang akan ditentukan pada 23 Juni. Istanbul adalah kota terbesar di Turki berpenduduk 16 juta jiwa. Kota yang membelah Benua Eropa dan Asia dengan Selat Bosphorus itu dikenal sebagai pusat ekonomi dan pariwisata Turki.
Selama 25 tahun terakhir, yakni sejak tahun 1994, Istanbul berada di bawah kontrol partai berbasis ideologi Islamis, yakni partai Refah dan AKP. Erdogan adalah gubernur pertama Istanbul dari partai Refah pada 1994. Partai Refah dibubarkan Pemerintah Turki pada 1998. Erdogan kemudian mendirikan AKP pada 2001.
Pentingnya Istanbul
Dalam tradisi politik Turki, posisi kota Istanbul sangat penting di mata semua partai politik di negara itu. Erdogan sering menegaskan, siapa yang menguasai Istanbul dialah yang menguasai Turki.
Pendiri Turki modern, Mustafa Kemal Ataturk, menjadikan Istanbul sebagai titik tolak perjuangannya menumbangkan Dinasti Ottoman tahun 1923. Erdogan juga meniti karier dari kota Istanbul ketika menjabat gubernur kota itu pada tahun 1994, dan kemudian menjabat perdana menteri pada tahun 2002.
Erdogan ngotot berjuang agar Istanbul tidak jatuh ke tangan CHP. Ia tahu kekuatan Istanbul sangat potensial untuk dijadikan kendaraan politik oleh siapa pun yang berkuasa di kota itu untuk meraih kemenangan pada pemilu nasional. Erdogan khawatir, jika Imamoglu (48) menjabat gubernur Istanbul, ia akan menjadikan Istanbul sebagai titik tolak perjuangannya untuk bersaing dengan Erdogan dalam pemilu presiden tahun 2023. Imamoglu saat ini adalah politisi muda cemerlang.
Kota Istanbul di kalangan politisi Turki juga dikenal sebagai lumbung subur untuk membangun citra dan menghimpun amunisi guna menghadapi pemilu nasional berikutnya. Istanbul dikenal penggerak ekonomi Turki dengan menyumbang 31,2 persen pendapatan nasional Turki. Anggaran belanja kota Istanbul mencapai 10 miliar dollar AS pada tahun 2018.