Sudah enam orang yang ditangkap Densus 88 Antiteror Polri di wilayah Bekasi Raya. Mereka diduga menyiapkan rencana melakukan aksi amaliah saat pengumuman hasil Pemilu 2019 pada 22 Mei 2019.
Oleh
Stefanus ato
·3 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Kepala Kepolisian Resor Metro Bekasi Kota Komisaris Besar Indarto meminta masyarakat Kota Bekasi, Jawa Barat, lebih peduli dan terbuka dengan situasi di sekitar lingkungan. Masyarakat diimbau melapor ke polisi jika menemukan aktivitas mencurigakan.
”Kami sampaikan kepada masyarakat mulai sekarang bersikap terbuka. Ada hal yang aneh-aneh dan mencurigakan, segera dilaporkan ke polisi. Jangan khawatir karena (melapor) itu bukan pidana,” ucap Indarto di Kota Bekasi, Jumat (10/5/2019).
Imbauan itu merujuk pada penggeledahan gerai aksesori telepon seluler oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri di Kelurahan Perwira, Bekasi Utara, Kota Bekasi, Rabu (8/5/2019). Dalam penggeledahan, polisi menemukan dua bahan peledak mengandung triaseton triperoksida atau TATP, bahan yang mudah meledak apabila disentuh.
Saat olah tempat kejadian perkara, Kamis lalu, tim Pusat Laboratorium Forensik Polri juga menemukan sejumlah bahan kimia, saringan, sendok, dan plakban yang tersimpan di gerai. Keberadaan barang-barang itu tentu saja tidak ada kaitan dengan bisnis aksesori ponsel sehingga diduga digunakan untuk meracik bom.
”Itu jual gawai, tetapi dia suka membawa barang kimia. Ini tidak ada kaitan dengan ponsel. Kalau kita lebih terbuka, aktivitas seperti itu lebih cepat terbongkar,” kata Indarto.
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi menambahkan, wilayah Bekasi dapat menjadi tempat persembunyian teroris karena kota itu merupakan daerah lintasan yang dihuni penduduk urban. Namun, dia mengapresiasi langkah polisi yang bergerak lebih cepat mengantisipasi sebelum teror terjadi.
”Pemerintah itu ada unsur muspida, jadi kalau sekarang dideteksi oleh polres, densus, itu bagian dari deteksi pemerintah,” kata Rahmat.
Gerai aksesori ponsel yang digeledah Densus 88 Antiteror Polri milik salah satu terduga teroris berinisial E alias Rafli (26) yang sudah ditangkap Densus 88 Antiteror Polri di wilayah Jakarta Timur, Rabu lalu. Dia diduga merupakan pemilik dari dua bahan peledak yang ditemukan di gerai tersebut.
Tidak curiga
Arif (19), salah seorang karyawan gerai, mengatakan, selama bekerja sekitar satu tahun, dirinya tidak pernah menaruh curiga bahwa majikannya terlibat terorisme. Mereka juga tidak menyangka lemari yang ada di gerai itu tersimpan bahan peledak.
”Di lemari itu ada 34 loker. Ada empat loker yang digunakan karyawan. Sisanya tidak terpakai,” kata Arif.
Arif mengaku, Rafli jarang berkunjung ke gerai tempat Arif bekerja. Rafli lebih banyak memantau aktivitas karyawan melalui kamera pemantau (CCTV). Meski demikian, saat berkunjung ke gerai, Rafli dikenal ramah.
”Kalau ke sini kami sering ditraktir makan. Setelah itu dia sibuk mengemas beberapa kardus pakai plakban. Saya tidak tahu apa yang dia bungkus, tetapi pastinya ada kaitan dengan barang aksesori,” ucap Arif.
Sebelumnya, Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono mengatakan, Rafli merupakan pimpinan dari sejumlah terduga teroris yang sudah ditangkap terlebih dahulu pada Sabtu (4/5/2019) dan Minggu (5/5/2019) di Babelan, Kabupaten Bekasi, dan Jatiasih, Kota Bekasi.
Pada Kamis siang, Densus 88 Antiteror Polri dan Puslabfor Polri juga menggeledah rumah kontrakan Rafli di Desa Bahagia, Babelan, Kabupaten Bekasi. Polisi menemukan ardosistem atau alat pengontrol jarak jauh dan solder.
”Di sana juga (rumah Rafli) ditemukan anak panah, busur (15 buah), pisau, ponsel, dan radio panggil. Ada juga samurai dan yang terakhir ada pin NIIS,” kata Argo.
Berdasarkan data yang dihimpun Kompas, selama sepekan terakhir, setidaknya sudah enam orang yang ditangkap Densus 88 Antiteror Polri di wilayah Bekasi Raya. Mereka diduga menyiapkan rencana untuk melakukan aksi amaliah saat pengumuman hasil Pemilu 2019 pada 22 Mei 2019. Aksi mereka menyasar aparat yang bertugas mengamankan pemilu.