JAKARTA, KOMPAS — Perkembangan ruang kerja bersama di Jakarta semakin pesat. Sebagian ruang kerja bersama yang bersifat fleksibel ini menggunakan gedung perkantoran.
Sebagian besar ruang kerja bersama atau coworking space di DKI Jakarta berlokasi di kawasan pusat bisnis (CBD). Pusat bisnis itu meliputi Jalan Thamrin, Sudirman, Rasuna Said, kawasan Mega Kuningan, dan Distrik Pusat Bisnis Sudirman (SCBD).
Konsultan properti Jones Lang LaSalle (JLL) dalam laporan Jakarta Property Market Update Triwulan I-2019 menyebutkan ada 47 operator ruang kerja bersama di DKI Jakarta. Operator CoHive mendominasi dengan penyerapan 26 persen, diikuti WeWork (14 persen), Regus (11 persen), dan GoWork (10 persen). Operator lain, seperti Marquee, Kolega, dan CEO Suite, menyerap kurang dari 4 persen.
Menurut laporan JLL, yang dikutip Kamis (9/5/2019), ruang kantor yang diserap pada periode itu seluas 97.500 meter persegi. Dari luasan itu, 40 persen di antaranya berupa ruang kerja bersama.
JLL memaparkan, di DKI Jakarta, dalam tiga tahun terakhir, ruang kerja bersama tumbuh 115 persen. Pada 2016 luasnya 74.000 m2. Pada triwulan I-2019, luasnya menjadi 160.000 m2.
Menurut Head of Markets PT Jones Lang LaSalle Indonesia Angela Wibawa, karakteristik ruang kerja bersama berbeda dengan kantor formal. Tempat kerja bersama menawarkan fleksibilitas luas ruangan dan jangka waktu sewa.
Namun, lanjut Angela, kantor formal dan tempat kerja bersama tidak saling meniadakan. Dua model ini saling melengkapi dan menguntungkan.
”Trennya, perusahaan kecil di ruang kerja bersama. Begitu besar, berekspansi ke kantor formal,” kata Angela.
Menurut Presiden Coworking Indonesia Faye Scarlet Alund, ruang kerja bersama dikenalkan di Indonesia sekitar 2011. Empat tahun kemudian, operatornya sekitar 30 operator.
Berdasarkan data Coworking Indonesia, pada 2018, lebih dari 200 ruang kerja bersama tersebar di 30 kabupaten/kota di Indonesia.
”Bisnis coworking space banyak beririsan dengan sektor industri lain, bukan hanya sektor properti. Dalam perkembangannya sampai sekarang, operator ruang kerja bersama berani menawarkan multijasa, seperti gerai minuman kopi dan program pelatihan berbayar,” katanya.
Kolaborasi
Co-Founder dan CEO Investree Adrian Gunadi mengemukakan, Investree pernah menempati ruang kerja bersama dengan sejumlah perusahaan rintisan bidang teknologi lain binaan Kejora Ventures di Wisma Barito. Kejora Ventures adalah investor seri A bagi Investree.
Setelah 1,5 tahun bergabung di ruang kerja bersama, Investree pindah ke lokasi lain seiring bisnis yang meningkat.
”Kejora Ventures berusaha menciptakan ekosistem produktif bagi perusahaan-perusahaan rintisan yang mendapat suntikan investasi. Dengan ditempatkan pada satu lokasi, perusahaan rintisan dengan berbagai latar model bisnis bisa tumbuh. Kami menjadi mudah berinteraksi, bertukar pikiran, dan berkolaborasi,” tuturnya.
Adrian menekankan pola bekerja seperti itu lebih banyak berdampak positif terhadap Investree. Kegiatan operasionalisasi dan bisnis cepat berkembang.
Menurut dia, pilihan berkantor di ruang kerja bersama sudah menjadi alternatif yang menarik dan menguntungkan. Di Semarang, Jawa Tengah, Investree berkantor di ruang kerja bersama agar upaya menjangkau pasar Jateng lebih efisien.
Penasihat Asosiasi Coworking Indonesia, Yansen Kamto, mengatakan, salah satu prinsip kerja bersama adalah berbagi sumber. Namun, ruang kerja bersama masih kerap dimaknai dengan cara bekerja di kantor yang biayanya murah. Padahal, prinsip berbagi sumber berarti mendorong kolaborasi antarpihak.
”Bagi orang yang baru memulai usaha, keberadaan ruang kerja bersama amat mendukung tumbuh kembang bisnisnya,” kata Jansen. (NAD/MED)