Kolaborasi Dunia Usaha dan Pemerintah Lindungi Pesisir Pantai Bali
Lembaga advokasi lingkungan Ocean Conservancy menggandeng produsen jam tangan Breitling dan Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Pemerintah Kota Denpasar, Bali, menggelar kegiatan bersih pantai bertema ”International Coastal Cleanup” di kawasan Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Jumat (10/5/2019). Kegiatan bersih-bersih di Pantai Mertasari, Sanur, itu turut melibatkan pelajar dan masyarakat.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Lembaga advokasi lingkungan, Ocean Conservancy, menggandeng produsen jam tangan mewah Breitling dan Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Pemerintah Kota Denpasar, Bali, menggelar kegiatan bersih pantai bertema ”International Coastal Cleanup” di kawasan Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Jumat (10/5/2019). Kegiatan bersih-bersih di Pantai Mertasari, Sanur, itu turut melibatkan pelajar dan masyarakat.
Bersih-bersih sampah di Pantai Mertasari, Sanur, ini adalah yang ketiga kalinya digelar Ocean Conservancy di Bali bersama pemerintah setempat sejak Oktober 2018. Direktur Program Laut Bebas Sampah (Trash Free Seas Program) Ocean Conservancy Nicholas Mallos mengatakan, Bali dipilih karena pemerintah daerahnya menunjukkan komitmen mengurangi pencemaran laut dari sampah, terutama sampah plastik. Selain itu, menurut Nicholas, pantai di Bali dikenal sebagai obyek pariwisata dan juga lokasi selancar yang mendunia.
”Ketika Indonesia menjadi tuan rumah Our Ocean Conference pada Oktober 2018, Bali menjadi lokasi konferensi internasional kelautan itu,” kata Nicholas.
Pencemaran laut menjadi tantangan yang dialami banyak negara, termasuk Indonesia. Menurut studi Jenna Jambeck, peneliti dari Universitas Georgia, Amerika Serikat, dalam jurnal Science (2015), Indonesia masuk sebagai negara kedua terbesar penyumbang sampah ke laut setelah China.
Dalam siaran pers Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut di Kementerian Kelautan dan Perikanan disebutkan, sampah yang masuk ke laut akan berdampak terhadap biota laut. Sampah plastik di laut akan mengalami proses pelapukan sehingga menjadi mikro plastik yang dapat merusak ekosistem pesisir.
Mikro plastik di laut dapat berimplikasi terhadap penurunan produktivitas perikanan. Dampak negatif lainnya dari pencemaran laut adalah tekanannya terhadap pariwisata.
Direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil di Ditjen Pengelolaan Ruang Laut Muhammad Yusuf mengatakan, menjaga sumber daya pesisir dan lautan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan juga menjadi tanggung jawab bersama, termasuk masyarakat. KKP menjalankan program gerakan bersih pantai dan laut, atau Gerakan Cinta Laut (Gita Laut), yang melibatkan seluruh komponen masyarakat.
”Seluruh elemen di masyarakat harus terlibat, mulai dari pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, hingga masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan pesisir dan laut,” kata Yusuf.
Presiden Breitling Asia Alvin Soon mengatakan, Breitling bermitra dengan Ocean Conservancy dalam program lingkungan ini. Kerja sama untuk menyelamatkan laut dari ancaman sampah plastik ini juga dilangsungkan di negara lain, salah satunya Spanyol.
Alvin menambahkan, Breitling juga menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan pada produk mereka, termasuk pada kemasan produknya, sebagai bentuk komitmen perusahaan turut peduli terhadap lingkungan.
”Kami mengapresiasi kegiatan International Coastal Cleanup ini karena Bali dikenal dengan pantainya yang indah,” kata Alvin.
Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kota Denpasar Anak Agung Bayu Brahmasta menyatakan, sudah ada Peraturan Wali Kota Denpasar Nomor 36 Tahun 2018 tentang Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik. ”Menangani masalah sampah, terutama sampah plastik, menjadi pekerjaan bersama,” kata Brahmasta.