PRETORIA, JUMAT — Partai Kongres Nasional Afrika atau ANC sementara ini unggul dalam pemilihan umum di Afrika Selatan. Meskipun perolehan suaranya tidak maksimal, partai yang dulu pernah dipimpin Nelson Mandela itu diperkirakan menang.
Pada Jumat (10/5/2019), pukul 07.00 WIB, 72 persen suara di 22.925 daerah pemilihan sudah dihitung. Hasilnya, ANC meraih 57 persen suara, Aliansi Demokratis (DA) sebagai partai oposisi 22 persen, dan Pejuang Kebebasan Ekonomi (EFF) yang berhaluan kiri 10 persen.
”Hasil pemilu ini akan menjadi penentu kepercayaan investor dan kepercayaan ini adalah masa depan,” ujar Ramaphosa setelah menggunakan hak pilihnya, Rabu (8/5/2019).
Sejak 1994, ketika mengakhiri kekuasaan minoritas kulit putih, Partai ANC yang dulu adalah Partai Liberal Nelson Mandela tidak pernah meraih suara kurang dari 60 persen dalam setiap pemilu. Sejak 2004, dukungan masyarakat terhadap ANC terus turun. Perolehan suara terendah adalah pada 2016 ketika di tingkat nasional hanya meraih 54 persen di tingkat daerah.
Berdasarkan hasil penghitungan komisi pemilihan itu, para analis memperkirakan ANC bisa memperoleh suara 55-59 persen suara. Hal ini bisa membuat rival politik Presiden Cyril Ramaphosa untuk lebih berani ”menantang” kepemimpinan Ramaphosa. Dukungan yang terbilang rendah terhadap ANC dibandingkan dengan pemilu-pemilu sebelumnya itu, menurut Peter Attard Montalto, pimpinan peneliti pasar modal di Intellidex, bukanlah sesuatu yang bisa dijadikan sebagai modal politik untuk melakukan perubahan.
Pada Rabu (8/5/2019), warga Afrika Selatan menggunakan hak pilihnya pada pemilu untuk memilih anggota parlemen baru dan dewan perwakilan rakyat di sembilan provinsi. Mereka telah frustrasi pada korupsi yang merajalela, pengangguran yang tinggi, dan ketidaksetaraan ras yang tetap mengakar.
”Kita telah memberi mereka kesempatan 25 tahun untuk memimpin, tetapi yang miskin makin miskin dan yang kaya makin kaya,” kata Anmareth Preece (28), seorang guru yang menggunakan suaranya. ”Kita butuh pemerintahan yang memerintah untuk rakyat, bukan untuk kepentingan mereka sendiri”.
Perekonomian Afrika Selatan pada 2018 hanya tumbuh 0,8 persen dan tingkat pengangguran 27 persen. Angka pengangguran ini bisa mencapai 50 persen pada kelompok penduduk yang muda.
Ramaphosa berusaha menahan merosotnya dukungan terhadap partainya yang menjadi gerakan pembebasan tertua di Afrika. Skandal korupsi, ekonomi yang mandek, dan pengangguran yang tinggi mewarnai satu dekade terakhir masa jabatannya.
”Orang-orang telah menunjukkan bahwa mereka bersedia untuk memaafkan ANC,” kata Ronald Lamola, pengurus ANC. ”Kami melihat mandat yang jelas atas kebijakan kami.”
Dengan janji untuk memerangi korupsi, meningkatkan layanan publik, dan membuka lapangan pekerjaan, Ramaphosa memenangi pemilihan pimpinan partai pada Desember 2017, mengalahkan faksi yang bersekutu dengan mantan kepala negara Jacob Zuma. Ramaphosa menggantikan Zuma yang dilanda skandal.
Namun, janji Ramaphosa itu mendapat ganjalan dari perpecahan internal partainya sendiri di mana beberapa pendukung Zuma masih memiliki pengaruh dan menentang agendanya.
ANC mencapai hasil pemilihan parlemen terbaiknya pada 2004 di bawah mantan Presiden Thabo Mbeki dengan perolehan suara lebih dari 69 persen. Akan tetapi, dukungan rakyat kemudian jatuh saat di bawah kepemimpinan Zuma. ANC kehilangan kendali atas kota-kota besar, seperti Johannesburg.
Para penyelenggara pemilu mengatakan, pemungutan suara secara umum telah berjalan dengan lancar. Di luar itu, hanya ada gangguan akibat cuaca buruk, pemadaman listrik yang tidak terjadwal, dan protes masyarakat. (REUTERS/AFP)