Program Naturalisasi di DKI Jakarta Diharapkan Segera Selesai
jika banjir yang terjadi pada tahun ini tidak lebih parah dibanding beberapa tahun lalu, hal tersebut disebabkan karena pemerintahan sebelumnya sudah menjalankan program normalisasi sungai.
Oleh
DHANANG DAVID ARITONANG
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS-- Program naturalisasi sungai yang dijalankan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta diharapkan selesai sebelum Jakarta dikepung banjir. Saat ini, banjir di DKI belum terlalu parah karena curah hujan yang relatif rendah dan tidak merata.
Pengamat tata kota, Yayat Supriatna, menjelaskan, DKI Jakarta akan dilanda banjir jika curah hujan sudah mencapai 50-100 mm per hari. Menurut ia, intensitas hujan masih rendah dan pada April lalu, wilayah DKI Jakarta hanya dilanda banjir kiriman.
"Biasanya yang parah jika curah hujan tinggi dan merata, yaitu di Jakarta serta daerah sekitarnya. Jika terjadi seperti itu, maka Jakarta akan dikepung air dari berbagai sisi, yaitu banjir kiriman, genangan yang muncul dalam kota, serta banjir rob," ucapnya saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (10/05/2019).
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebutkan kalau banjir yang terjadi pada April lalu masih belum seberapa parah dibanding dengan pemerintahan sebelumnya. Ia mengatakan, hal tersebut terlihat dari titik banjir dan jumlah pengungsi yang lebih sedikit dibanding beberapa tahun lalu.
"Pemerintah yang sebelumnya memang pernah mengalami situasi yang sangat sulit dibandingkan dengan apa yang saya alami kemarin. Kalau sekarang, bisa kita lihat banjirnya hanya sekitar wilayah bantaran sungai saja," ucapnya di Jakarta, Selasa (30/04/2019).
Sementara itu, Anies menjelaskan, Pemprov DKI Jakarta akan segera menjalankan program naturalisasi dengan membangun sejumlah waduk di kawasan Kabupaten Bogor dan ditargetkan selesai akhir 2019. Menurut ia pembangunan dua waduk di Bogor nantinya bisa mencegah terjadinya banjir.
"Kalau menurut saya, banjir yang ada di Jakarta disebabkan oleh tingginya intensitas air. Kalau bisa ditampung di waduk, maka intensitas air ke Jakarta akan berkurang," ucapnya.
Yayat menjelaskan, jika banjir yang terjadi pada tahun ini tidak lebih parah dibanding beberapa tahun lalu, hal tersebut disebabkan karena pemerintahan sebelumnya sudah menjalankan program normalisasi sungai.
"SKPD yang ada diberikan wewenang untuk membebaskan lahan dan pemukiman warga di bantaran sungai sekaligus bekerja sama dengan BBWSCC untuk proses normalisasinya," ucapnya.
Yayat mengatakan, sebaiknya waduk tersebut bisa selesai sebelum intensitas hujan jadi lebih tinggi dan merata. Jika waduk belum selesai, maka banjir besar akan tetap mengintai kota Jakarta karena masyarakat tidak pernah tahu kapan intensitas hujab akan menjadi tinggi.
Siklus 5 tahunan
Aktivis Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Indonesia, Dwi Sawung, menjelaskan, jika hanya genangan yang ada di Jakarta, Pemprov DKI Jakarta memang masih sanggup untuk mengatasinya. Namun, ia belum tahu apakah mereka bisa mengatasi siklus banjir 5 tahunan yang parah dan biasa terjadi di Indonesia.
"Kita tahu kalau ada siklus banjir 5 tahunan, dimana Jakarta dikepung oleh air dari berbagai sisi, oleh sebab itu perlu ada antisipasi sejak dini untuk mengatasi hal ini," ucapnya.
Kepala UPT Pusat Data dan Informasi BPBD DKI Jakarta M Ridwan menjelaskan bahwa banjir yang terjadi pada akhir April lalu hanya terjadi di 17 titik yang wilayahnya dekat dengan bantaran Sungai Ciliwung dan Cisadane. Ia menjelaskan jika banjir memang lebih cepat surut dibanding tahun-tahun sebelumnya.