Ibadah puasa tak sekadar menahan lapar dan dahaga. Lebih dari itu, puasa juga momentum untuk berbagi. Menjelang berbuka puasa di sejumlah moda transportasi umum, banyak penumpang yang memperlihatkan keindahan Ramadhan itu.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama dan I Gusti Angga
·4 menit baca
Bunyi bel kedatangan kereta menggema di Stasiun Rawabuntu, Kecamatan Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (7/5/2019) petang. Mendengar itu, Andika (27) yang tengah berada di gerai ritel langsung mengambil roti serta air minum dalam kemasan, lalu bergegas ke kasir dan membayarnya dengan uang pas.
Dengan setengah berlari, karyawan swasta yang hendak pulang dengan menumpang kereta itu memasukkan roti dan air minum ke dalam ranselnya.
Upayanya berhasil. Andika berhasil masuk gerbong kereta sebelum berjalan. Dengan sigap, dia segera duduk di kursi kosong.
Petang itu, kursi kereta dengan tujuan akhir Stasiun Tanah Abang, Jakarta, banyak yang lowong. Maklum, meski saat itu pukul 17.30 atau waktu karyawan pulang kerja, tujuan itu berlawanan arah dengan arus besar komuter yang justru bergerak dari Tanah Abang menuju stasiun-stasiun di Tangerang Selatan.
Tak berapa lama, kereta bergerak. Suasana gerbong hening, tersamar deru laju kereta. Satu-satunya suara nyaring berasal dari layar televisi di dalam kereta yang menampilkan iklan dan konten visual.
Seperti halnya Andika, beberapa penumpang lain yang berpuasa juga sudah bersiap dengan makanan dan air minum. Rusmini (47), misalnya, membawa tempat makan berisi empat potong kue bolu. Kemudian, di sebelahnya ada pria yang membawa plastik berisi gorengan.
Beberapa menit kemudian, keheningan kembali pecah dengan adanya pengumuman operator kereta dari pengeras suara. Operator itu mengatakan, saat itu sudah waktunya untuk buka puasa. Penumpang dipersilakan makan dan minum dengan tetap menjaga kebersihan kereta.
Alih-alih langsung menyantap makanan yang sudah dibawa, para penumpang malah menoleh ke kiri dan ke kanan. Agaknya mereka masih belum yakin sudah tiba waktunya buka puasa dan menunggu kepastian dari melihat penumpang di sebelahnya.
”Ini sudah buka puasa, kan?” ujar Andika kepada penumpang di sebelahnya.
Andika membuka tasnya, mengambil roti, membuka kemasannya, dan memakannya.
Sesaat kemudian, baru penumpang lain ikut membatalkan puasa mereka. Rusmi yang membawa kue berlebih lalu menawarkannya kepada penumpang lain yang tidak membawa makanan.
”Kakak mau buka puasa? Ambil saja dari Ibu,” ujar Rusmi seraya menawarkan kue bolu itu kepada penumpang lain.
”Terima kasih, Bu,” ujar seorang pemuda yang mengambil kue bolu yang ditawarkan Rusmi.
Rusmini mengatakan, dirinya sudah hafal akan berada di perjalanan kereta saat tiba waktunya buka puasa. Maka, dirinya mengantisipasi dengan membawa bekal.
Melihat penumpang lain yang tidak mengantisipasi akan berbuka puasa di kereta, ia pun memutuskan untuk membagi bekal buka puasanya.
”Kalau sudah di kereta, kan, tidak bisa beli makan. Mereka mau buka puasa juga. Jadi, saya bagikan saja bekal saya,” ujar karyawan swasta yang bekerja di Serpong dan berdomisili di Kebayoran Lama ini.
Seperti halnya Rusmini, Andika juga kerap kali harus berbuka puasa di dalam kereta. Maka, dia selalu mengantisipasinya dengan membeli roti dan air di gerai ritel dekat stasiun.
”Batalkan dulu puasanya di kereta. Nanti sampai rumah, saya makan lagi,” ujar karyawan swasta yang bekerja di Serpong dan berdomisili di Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, itu.
Berbuka dalam bus
Di tempat lain, Rabu (8/5/2019) sore, bus Transjakarta jurusan Lebak Bulus-Kampung Rambutan terjebak kemacetan di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan. Jam sudah menunjukkan pukul 17.30. Artinya, beberapa menit lagi waktu berbuka puasa tiba.
Di deretan kursi belakang, Santana (25) menggenggam botol air mineral erat-erat. Ketika azan Maghrib berkumandang melalui aplikasi di gawai salah seorang penumpang, karyawan perusahaan swasta di Lebak Bulus itu bergegas membatalkan puasa dengan meneguk air mineral. Tindakan itu juga diikuti beberapa penumpang lain. Mereka mengeluarkan bermacam-macam bekal dari dalam tas.
Setelah minum, beberapa penumpang tampak menikmati bekal di dalam bus Transjakarta. Kemacetan parah menghalangi niat mereka berbuka puasa bersama keluarga di rumah. Kali ini, mereka harus melewatkan momen buka puasa tidak bersama keluarga, melainkan bersama penumpang lain.
”Sebenarnya saya sudah ada acara buka puasa di rumah. Tetapi, untuk sementara di bus saja bersama penumpang lain,” kata Santana sambil menikmati lemper yang ia beli sebelum menaiki bus.
Meski banyak penumpang yang makan dan minum di dalam bus, petugas Transjakarta memakluminya. Biasanya penumpang dilarang makan atau minum di dalam bus.
Santana sempat menawari Kompas untuk berbuka dengan bekal ala kadarnya yang ia bawa. Hal serupa diperlihatkan penumpang lain. Mereka aktif menawarkan minuman atau makanan kepada penumpang yang duduk di sebelahnya kendati mereka tak mengenal satu sama lain.
Terjebak kemacetan atau berada di dalam kereta tidak menghambat mereka menunaikan kewajiban berpuasa. Bahkan, tak hanya itu, dihadapkan pada situasi yang sama, mereka rela berbagi dan bertoleransi.