Siklon Tropis Lili Memicu Cuaca Buruk di Indonesia Bagian Timur
Bibit badai yang muncul di Laut Banda sejak dua hari lalu akhirnya menguat menjadi siklon tropis Lili pada Kamis (9/5/2019). Siklon yang kini berada di sekitar Laut Timor telah menimbulkan cuaca ekstrem di wilayah Indonesia timur.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
Hujan lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi diprakirakan terjadi di wilayah Indonesia timur hingga tiga hari ke depan. Cuaca buruk ini akibat siklon tropis Lili di sekitar Laut Timor.
JAKARTA, KOMPAS — Bibit badai yang muncul di Laut Banda sejak dua hari lalu akhirnya menguat menjadi siklon tropis Lili pada Kamis (9/5/2019). Siklon yang kini berada di sekitar Laut Timor telah menimbulkan cuaca ekstrem di wilayah Indonesia timur. Banjir telah melanda sebagian wilayah Maluku Barat Daya.
Pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada Kamis pukul 10.00, bibit siklon tropis 93S menguat signifikan sehingga kemudian dinaikkan statusnya menjadi sebagai siklon tropis ”Lili”.
Posisi terakhirnya berada di koordinat 8,9 derajat Lintang Selatan 128,7 derajat Bujur Timur, yaitu antara perairan selatan Laut Banda dan perairan Laut Timor. Kecepatan angin maksimum di pusat siklon 35-40 knot atau 64-74 kilometer dengan tekanan minimum hingga 1.000 hPa (hektopascal) dengan arah gerak ke Selatan-Barat Daya.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati telah mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem untuk wilayah Indonesia timur dan Timor Leste hingga tiga hari ke depan. Selain hujan lebat, siklon tropis ini juga memicu angin kencang dan gelombang tinggi hingga tiga hari ke depan.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati telah mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem untuk wilayah Indonesia timur dan Timor Leste hingga tiga hari ke depan.
Hujan dengan intensitas sedang-lebat berpeluang terjadi di wilayah Maluku bagian tenggara, Nusa Tenggara Timur bagian timur, dan Timor Leste. Sementara angin dengan kecepatan di atas 25 knot atau 48 km per jam berpeluang terjadi di NTT, Maluku, dan Papua bagian selatan.
Gelombang dengan ketinggian 1,25-2,5 meter berpeluang terjadi di Laut Banda bagian utara, perairan Kepulauan Kei-Aru, dan Laut Arafuru bagian timur. Gelombang dengan ketinggian 2,5-4 m berpeluang terjadi di Laut Banda bagian selatan. Sementara gelombang dengan ketinggian 4-6 m berpeluang terjadi di perairan Kepulauan Sermata-Leti-Kepulauan Babar-Tanimbar, Laut Timor.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, banjir dan angin kencang telah melanda sebagian wilayah di Kabupaten Maluku Barat Daya pada Rabu (8/5/2019) sejak pukul 19.00 WIT. Beberapa daerah yang dilanda banjir adalah Desa Laitutun, Kecamatan Pulau Letti, Desa Tounwawan, Kecamatan Moa Lakor, dan Desa Luang Timur, Kecamatan Mdona Hiera. ”Belum ada laporan korban jiwa dalam bencana yang melanda kali ini,” katanya.
Menurut Sutopo, banjir di Desa Laitutun mencapai 1 meter dan menggenangi rumah-rumah warga sehingga memicu pengungsian. Di Desa Tounwawan angin kencang menyebabkan beberapa rumah rusak. Sementara di Desa Luang Timur angin kencang mengakibatkan 10 rumah rusak berat, 1 kantor desa rusak berat, dan 1 kapal tenggelam akibat gelombang tinggi.
Di Desa Pulau Letti, hujan deras menyebabkan bendungan jebol sehingga beberapa rumah yang rusak. Di Dusun Poliwu terjadi banjir mengakibatkan gedung Sekolah Dasar Kristen Poliwu rusak karena terendam air dengan setinggi 1,5 meter.
Anomali suhu
Peneliti iklim yang juga Kepala Subbidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Siswanto mengatakan, siklon kali ini dipicu oleh anomali suhu permukaan laut di sekitar perairan Aru dan Laut Timor yang mencapai lebih dari 29 derajat celsius. Menghangatnya suhu laut bisa mencapai ke kedalaman 60 meter sehingga memicu penguapan tinggi dan menggerakkan udara dekat permukaan laut.
”Siklon tropis umumnya terbentuk pada jarak yang jauh dari garis khatulistiwa. Tetapi dengan perubahan iklim dan kondisi lapisan atmosfer yang terus menghangat, siklon dapat berpeluang terbentuk di dekat ekuator seperti terjadi kali ini,” kata Siswanto.
Dengan perubahan iklim dan kondisi lapisan atmosfer yang terus menghangat, siklon dapat berpeluang terbentuk di dekat ekuator seperti terjadi kali ini.
Saat ini kondisi sirkulasi atmosfer di wilayah Indonesia sebenarnya telah didominasi angin timuran dari Benua Australia, yang umumnya bersifat kering dan menandai masuk musim kemarau. Akan tetapi, kondisi atmosfer di ketinggian sekitar 5 km di sekitar lokasi tumbuhnya siklon tropis Lili ternyata masih lembab.
”Atmosfer yang lembab di ketinggian menengah ini merupakan sisa aktifnya MJO (Madden Julian Oscillation) fase basah yang beberapa hari lalu masih berada di sekitar Laut Aru, meskipun saat ini sudah bergerak kearah Pasifik tengah,” kata Siswanto.
Massa udara basah sisa pergerakan MJO ini kemudian bertemu dengan sirkulasi angin monsun timuran. ”Ini yang memunculkan gangguan atmosfer di dekat permukaan bumi berupa pusaran angin sehingga membentuk bibit siklon sejak beberapa hari lalu,” katanya.