Trump Harapkan Negosiasi AS-China Berikan Hasil
WASHINGTON, KAMIS — Di tengah meningkatnya ketegangan antara China dan Amerika Serikat terkait isu tarif, para pejabat AS dan China kembali ke meja perundingan dagang, Kamis (9/5/2019) malam, di Washington. Presiden AS Donald Trump yang menyulut kekhawatiran global di awal pekan ini kini berharap ada hasil positif bagi pihaknya dari negosiasi itu.
Delegasi China, termasuk Wakil Perdana Menteri Liu He, disambut Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin di Washington. Pertemuan dijadwalkan berlangsung selama dua hari.
Dengan ancaman akan memberlakukan lonjakan tarif impor atas ratusan miliar dollar AS barang-barang asal China setelah Jumat tengah malam, Trump mengatakan kepada wartawan bahwa ia telah menerima surat dari Presiden China Xi Jinping. Ia mengungkapkan kemungkinan keduanya akan berbicara melalui telepon nanti. ”Itu mungkin dilakukan,” kata Trump tentang kesepakatan perdagangan di Gedung Putih. ”Tadi malam saya mendapatkan surat yang sangat indah dari Presiden Xi.”
Akan tetapi, Trump memperingatkan, dia juga lebih dari senang menggunakan tarif dalam menyelesaikan perbedaannya dengan China. ”Saya berbeda dari banyak orang. Saya kebetulan berpikir bahwa tarif, untuk negara kami, sangat kuat.” ”Mereka mengambil banyak, banyak bagian dari kesepakatan itu, dan mereka melakukan negosiasi ulang. Anda tidak dapat melakukan itu,” kata Trump.
Fase berbulan-bulan meningkatnya kesadaran dan optimisme terhadap negosiasi dagang AS-China seperti nyaris tidak berbekas pada pekan ini setelah para pejabat AS menuduh China mundur dari komitmen yang telah disepakati sebelumnya. Namun, klaim itu ditolak Beijing dengan keras. Sejak awal tahun ini, negosiasi perdagangan telah bekerja untuk menyelesaikan keluhan Washington atas pencurian industri, intervensi China sebagai negara secara besar-besaran di pasar, dan defisit perdagangan AS yang melebar.
Tidak menyerah
Kementerian Perdagangan China memperingatkan bahwa Beijing tidak akan ”menyerah pada tekanan apa pun” dan mengancam akan melakukan pembalasan jika tarif AS naik hingga 25 persen seperti yang dijadwalkan pada hari Jumat. Hal itu pun menandai penurunan drastis kondisi hubungan AS-China setelah berbulan-bulan mengalami pembicaraan yang tampaknya bersifat kolegial.
”Pihak China telah menepati janji dan ini tidak pernah berubah,” demikian dikatakan perwakilan China tanpa merinci langkah-langkah apa yang akan diambil Beijing, tetapi memperingatkan bahwa pihaknya ”telah bersiap untuk segala kemungkinan dan situasi”.
Sejak tahun lalu, kedua belah pihak telah bertukar penerapan tarif lebih dari 360 miliar dollar AS dalam perdagangan dua arah. Hal itu pun menaikkan ekspor pertanian AS ke China, tetapi membebani sektor manufaktur kedua negara. Dana Moneter Internasional mengulangi peringatannya pada hari Kamis bahwa perang perdagangan di antara dua negara dengan perekonomian terbesar dunia itu adalah ancaman bagi pertumbuhan global, dan menyerukan resolusi cepat.
Pihak China telah menepati janji dan ini tidak pernah berubah.
Data ekonomi AS
Sementara itu, Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa defisit perdagangan dengan China mencapai level terendah pada bulan Maret. Hal itu ditandai dengan ekspor AS ke China yang meningkat, sementara impor mencakup telepon seluler turun.
Ketegangan AS-China teraktual telah mengguncang pasar saham global pada pekan ini dan membuat ketakutan di kalangan para eksportir. Namun, surat Xi pada Trump agak menenangkan para investor dan pelaku pasar. Indeks Dow Jones Industrial Average di Wall Street tidak mengalami aksi jual secara besar-besaran seperti sesi sebelumnya meskipun di akhir perdagangan masih turun 0,5 persen.
Derek Scissors, seorang ahli China di American Enterprise Institute, mengatakan bahwa kedua belah pihak telah berselisih mengenai berapa banyak perjanjian perdagangan final yang harus diabadikan dalam dokumen yang tersedia untuk umum, sesuatu yang telah lama ditentang Beijing. ”Ada kesalahpahaman mendasar,” katanya melalui surel.
”Presiden Trump menghadapi pertempuran politik yang menjual kesepakatan China sebagai hal yang bermanfaat. Untuk itu, ia membutuhkan dokumen publik dengan keuntungan jelas bagi AS,” kata Scissors.
Dia mencatat, ”kedua belah pihak gagal menyadari bahwa mereka memiliki toleransi yang sangat berbeda untuk hal menyangkut transparansi”. Scott Kennedy, pakar perdagangan di Pusat Kajian Strategis dan Internasional, mengatakan, China telah salah menilai keinginan AS untuk mencapai kesepakatan dengan segala cara.
”Mereka tidak menyadari ketika mereka menarik konsesi mereka dari meja bahwa pemerintah akan bereaksi seperti itu,” katanya. Kennedy pun memperingatkan bahwa ”kemungkinan salah perhitungan di kedua sisi cukup tinggi”.
Efek
Produsen China mengatakan, pengumuman kenaikan tarif mendadak itu mendatangkan malapetaka pada operasi dan akan membawa biaya tinggi, PHK dan pergeseran produksi lebih lanjut ke Asia Tenggara. ”Jika tarif naik hingga 25 persen, biaya akan naik. Pelanggan sejauh ini telah menangguhkan pesanan. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi,” kata Emily Wang dari Hainan Zhongyi Frozen Food, yang mengekspor ikan nila.
Washington telah menuntut perubahan besar-besaran terhadap ekonomi Tiongkok, seperti menjadikan perusahaan negara tunduk pada prinsip-prinsip pasar, mengurangi subsidi besar-besaran, dan mengakhiri dugaan pencurian teknologi AS. Para analis mengatakan, China akan enggan melakukan banyak perubahan ini, sesuatu hal yang dapat merusak kekuatan politik Partai Komunis di negeri itu.
Sementara perusahaan-perusahaan AS mengeluhkan kehilangan pasar ekspor, gangguan rantai pasokan dan biaya yang lebih tinggi, AS terus melihat pertumbuhan yang stabil dan penurunan pengangguran. Namun, setiap pihak meyakini posisi yang lebih baik daripada yang lain untuk bertahan dari pertikaian, kata Kennedy. (AFP)