Pertemuan tahunan ke-52 Bank Pembangunan Asia (ADB), Mei 2019, berlangsung di Nadi, Fiji. Pertemuan tahunan ADB 2019 dianggap sebagai kesempatan untuk bekerja sama ”dalam satu gelombang” demi masa depan kawasan Asia dan Pasifik.
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono
·3 menit baca
Pertemuan tahunan ke-52 Bank Pembangunan Asia (ADB), Mei 2019, berlangsung di Nadi, Fiji. Fiji yang dikelilingi lautan tersebut menjadi negara pertama di kawasan Pasifik yang menjadi tuan rumah pertemuan tahunan ADB.
President ADB Takehiko Nakao pada sesi pembukaan pertemuan Dewan Gubernur ADB sempat mengutip sebaris frasa dalam bahasa Fiji, yakni dua ga na ua. Terjemahan bebasnya, seperti satu gelombang yang sama.
Frasa itu, kendati terkesan sederhana, bermakna dalam. Maknanya, menggambarkan cara masyarakat bergerak bersama.
Pertemuan tahunan ADB 2019 dianggap sebagai kesempatan untuk bekerja sama ”dalam satu gelombang” demi masa depan kawasan Asia dan Pasifik.
Bicara mengenai perekonomian kawasan, ADB memperkirakan, pada 2019, kawasan Asia dan Pasifik akan tumbuh 5,7 persen. Di luar kinerja empat ekonomi industrialisasi baru, yakni Hong Kong, Korea Selatan, Singapura, dan Taipei, perekonomian wilayah Asia-Pasifik diharapkan tumbuh 6,2 persen pada tahun ini.
Salah satu negara mitra dagang utama Indonesia, yakni China, diperkirakan tumbuh 6,3 persen pada 2019. Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan dengan pencapaian pada 2018, yakni 6,6 persen. Angka proyeksi ini mesti diwaspadai karena terkait dengan kinerja ekspor Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pangsa ekspor nonmigas Indonesia ke China pada Januari-Maret 2018 senilai 6,34 miliar dollar AS atau 15,76 persen dari total ekspor nonmigas. Sementara ekspor nonmigas ke China pada Januari-Maret 2019 senilai 5,24 miliar dollar AS atau 14,12 persen dari total ekspor nonmigas. Dengan kata lain, ekspor ke China bernilai penting bagi Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Tenggara diperkirakan 4,9 persen. ADB memperkirakan, produk domestik bruto (PDB) Indonesia akan tumbuh 5,2 persen pada tahun ini. Kekuatan domestik menjadi salah satu faktor penyumbangnya.
Sebagai perbandingan, ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) memproyeksikan pertumbuhan PDB riil ASEAN+3 pada 2019 sebesar 5,1 persen. PDB riil Indonesia pada 2019 diproyeksikan tumbuh 5,1 persen atau sedikit melambat dibandingkan dengan 2018 yang sebesar 5,2 persen.
Laporan tahunan AMRO itu diluncurkan pada salah satu kegiatan sampingan pertemuan ADB 2019 di Fiji. ASEAN+3 mencakup 10 negara ASEAN ditambah China (termasuk Hong Kong), Jepang, dan Korea Selatan.
Tekad ADB untuk memperkuat kerja sama regional tentu patut diapresiasi. Sebab, langkah ini merupakan bagian dari kunci sukses Strategi 2030 yang diadopsi ADB pada Juli 2018.
Bersiap menghadapi tantangan dan semangat menggarap peluang juga disuarakan dalam pertemuan tahunan ADB 2019 di Fiji. Salah satu ilustrasinya, peluang di bidang internet dan teknologi digital untuk mengatasi kendala wilayah terpencil di kawasan Pasifik.
Dalam wujud dan skala berbeda, tantangan dan peluang pasti juga ada di berbagai negara kawasan Asia, bahkan dunia. Tak terkecuali di Indonesia.
Harus diakui, kendati kerja sama itu dalam skala regional, masalah yang dihadapi tak hanya di tingkat regional. Ada juga masalah global, antara lain ketidakpastian ekonomi, yang akan berdampak bagi negara-negara dan kawasan.
Berbagai tantangan membuka peluang. Di setiap masalah ada solusi. Ditambah kebersamaan, tiada masalah yang tidak dapat dirampungkan.
Kemakmuran melalui persatuan. Kebersamaan. Tema pertemuan tahunan ADB 2019 ini patut digarisbawahi.