Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti penyakit yang melanda warga Dusun Garonggong, Kabupaten Jeneponto. Pemeriksaan virus dan bakteri hasilnya negatif.
JENEPONTO, KOMPAS Tim peneliti gabungan masih bekerja untuk mengungkap penyakit yang melanda warga Dusun Garonggong, Desa Tuju, Kecamatan Bangkala Barat, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan. Hingga Jumat (10/5/2019), warga masih berdatangan ke Puskesmas Buludoang, Jeneponto.
Jumat sore, ada empat pasien berobat ke puskesmas, satu orang di antaranya dirawat inap. Jumat pagi, satu pasien lain pulang. Puskesmas Buludoang telah merawat 96 warga, baik rawat jalan maupun rawat inap. Namun, ada warga yang tidak berobat ke puskesmas sehingga tak tercatat.
Ada warga yang dirawat inap di rumah sakit. RS Maryam Citra Medika, Takalar; RS Wahidin Sudirohusodo; dan RS Bhayangkara Makassar masing- masing merawat satu pasien.
Sejauh ini ada empat orang yang meninggal, yakni Hendri (14), Fani (13), Justina (15), dan Siti Hajrah (26). Petugas dan dokter puskesmas setiap pagi turun ke kampung. ”Banyak pasien yang dirawat atau periksa ke puskesmas meminta rawat jalan. Kalau kondisinya memungkinkan, kami izinkan rawat jalan. Tapi, setiap pagi kami pantau dan periksa mereka, termasuk memastikan obat dan vitamin diminum,” kata Kepala Puskesmas Buludoang Suharni.
Sementara itu, tim gabungan dari Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Sulsel, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Makassar, Puslitbang Kesehatan Universitas Hasanuddin, dan instansi lain masih mengumpulkan data, keterangan, serta mengambil contoh darah warga dan hewan ternak.
Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Sulsel Nurul AR mengatakan, dibutuhkan waktu untuk meneliti sampel darah guna memastikan penyakit yang menyerang warga serta memastikan penyebabnya.
Pantauan Kompas di lokasi, rumah warga umumnya dikelilingi kandang. Di dusun setidaknya ada lima kandang ayam berkapasitas lebih dari 3.000 ayam per kandang.
Selain itu, ada kubangan berisi lumpur bercampur kotoran kerbau di halaman rumah warga. Ada juga ternak lain, seperti sapi, itik, dan kuda. Tidak jarang warga menjaga ayam dengan tidur di kandang.
”Jika kandang jauh dari rumah, kami khawatir dicuri. Bagi kami, ternak adalah simpanan untuk pendidikan atau pesta pernikahan,” kata Joho Daeng Bella (59), warga setempat.
Dugaan antraks
Di Jakarta, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, Jumat, menuturkan, dari pemeriksaan belum ditemukan penyebab pasti penyakit yang diderita warga. Sejumlah pemeriksaan menunjukkan hasil negatif, antara lain demam berdarah, leptospirosis, virus zika, tifoid, ataupun virus Japanese encephalitis.
”Saat ini masih diselidiki kaitan dengan antraks. Ada dugaan karena kasus ini mirip penularan antraks. Dari keterangan kemungkinan ditularkan lewat makanan. Sebagian warga yang sakit sebelumnya datang di hajatan dan mengonsumsi daging hewan ternak,” ujarnya.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Anung Sugihantono mengatakan belum menerima hasil penyelidikan epidemologi kasus penyakit di Jeneponto. ”Informasi yang saya terima, penularan bukan dari manusia ke manusia. Tunggu saja hasilnya dalam waktu dekat,” ujarnya. (REN/TAN)