BERN, KOMPAS — Pemerintah Swiss terbuka terhadap produk sawit dari Indonesia. Swiss juga berkomitmen untuk bekerja sama dalam pengembangan industri kelapa sawit berkelanjutan.
Pengembangan industri kelapa sawit berkelanjutan diharapkan sesuai standar yang ditentukan, termasuk standar kelapa sawit Indonesia berkelanjutan.
”Dalam negosiasi, Pemerintah Swiss terbuka terhadap produk minyak sawit dari Indonesia,” kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita seusai bertemu Head of Federal Department of Economic, Education, and Research Swiss Guy Parmelin di Bern, Swiss, Kamis (9/5/2019).
Pemerintah Swiss, lanjut Enggartiasto, juga berkomitmen bekerja sama dalam pengembangan industri sawit berkelanjutan. Kerja sama itu dapat diwujudkan dalam pelaksanaan kajian-kajian terkait perkebunan dan industri kelapa sawit berkelanjutan dan mendukung program Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Terkait implementasi perjanjian kerja sama ekonomi yang komprehensif dengan anggota negara-negara dalam Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa (EFTA), Pemerintah Swiss dan Indonesia sepakat mempercepat pelaksanaan perjanjian. Percepatan itu melalui ratifikasi perjanjian di parlemen masing-masing.
Seiring proses ratifikasi itu, sosialisasi kepada para pelaku usaha, seperti Kamar Dagang dan Industri Indonesia, akan dilakukan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik yang diolah Kementerian Perdagangan, perdagangan Indonesia dengan Swiss defisit 204,179 juta dollar AS. Defisit perdagangan ini berbalik dari 2017, yakni Indonesia menangguk surplus 435,173 juta dollar AS terhadap Swiss.
Pada Januari-Februari 2019, Indonesia mengalami surplus perdagangan dengan Swiss, yakni 18,622 juta dollar AS.
Guy Parmelin mengungkapkan, Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia dengan EFTA (RI-EFTA CEPA) akan meningkatkan dinamika hubungan perdagangan Indonesia dan Swiss. Namun, perjanjian itu masih perlu diratifikasi di parlemen, yang diharapkan terlaksana pada 2020.
Unggulan
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo menyampaikan, Pemerintah Swiss memahami bahwa minyak sawit merupakan produk unggulan Indonesia. Minyak sawit juga berkontribusi besar terhadap pemberantasan kemiskinan.
Namun, lanjut Iman, Pemerintah Swiss juga menyadari sentimen negara-negara di Eropa terhadap minyak sawit. Oleh karena itu, perlu terus dikembangkan perkebunan dan industri kelapa sawit berkelanjutan yang bisa diterima oleh negara-negara lain.
Pemerintah Swiss juga menyadari sentimen negara-negara di Eropa terhadap minyak sawit.
Duta Besar RI untuk Swiss Muliaman Hadad menambahkan, Pemerintah Swiss berkomitmen untuk bekerja sama dalam meningkatkan industri kelapa sawit berkelanjutan. Langkah itu dilakukan melalui kajian yang melibatkan perguruan tinggi.
Dari kajian tersebut, diharapkan semua pemangku kepentingan di industri kelapa sawit, termasuk negara-negara di Eropa, memiliki pemahaman lebih utuh mengenai perkebunan dan industri kelapa sawit.
Sumber daya manusia
Dalam pertemuan dengan Direktur Pelaksana Institut Perdagangan Dunia (WTI) Joseph Francois, Enggartiasto mengungkapkan kemungkinan bekerja sama dengan WTI. Kerja sama berupa pendidikan dan pelatihan terkait kemampuan bernegosiasi dalam perjanjian-perjanjian perdagangan internasional, antara lain bagi staf di instansi pemerintah di Indonesia.
Dengan demikian, lanjutnya, peserta yang ikut bisa lebih banyak dengan biaya lebih murah. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia dinilai penting.
Francois mengatakan, WTI mendidik pelajar dari sejumlah negara untuk program pascasarjana dan doktoral. WTI juga memberikan program pendidikan dan pelatihan tertentu sesuai kebutuhan lembaga terkait.