YOKOHAMA, SABTU – Tim estafet 4x100 meter putra Indonesia hanya mencapai peringkat ketujuh dari delapan peserta yang finis di heat 1 Kejuaraan Dunia Estafet IAAF 2019 di Yokohama, Jepang, Sabtu (11/5/2019). Dengan hasil tersebut, Indonesia gagal lolos babak final.
Namun, tim pelatih PB PASI tetap puas karena tim estafet Indonesia berhasil mempertajam catatan waktu terbaik di tahun ini, dan memetik pengalaman berharga dari lawan-lawan kelas dunia.
Dalam perlombaan kali ini, Indonesia turun dengan formasi pelari pertama Mochammad Bisma Diwa, pelari kedua Lalu Muhammad Zohri, pelari ketiga Eko Rimbawan, dan pelari keempat Bayu Kertanegara. Bermain di line kesembilan, Indonesia memulai start dengan baik. Perpindahan tongkat dari Bisma ke Zohri pun relatif mulus. Bahkan, Zohri sempat memimpin dari semua pelari kedua. Kemudian, perpindahan tongkat dari Zohri ke Eko juga relatif bagus.
Sayangnya, saat Eko berlari, kecepatannya mampu disusul oleh para pelari ketiga negara lain. Kemudian, perpindahan tongkat dari Eko ke Bayu juga tidak mulus. Eko cenderung lambat mengantarkan tongkat ke Bayu. Akibatnya, Bayu terlalu lama menjulurkan tangan ke belakang yang membuat ia tidak bisa langsung melaju dengan kecepatan penuh.
Hasilnya, tim Indonesia finis di urutan ketujuh dengan waktu 39,39 detik. Indonesia terpaut cukup jauh dari peringkat pertama tim Inggris dengan waktu 38,11 detik, peringkat kedua tim Brasil dengan waktu 38,22 detik, dan peringkat ketiga tim Jamaika dengan waktu 38,51 detik.
Secara keseluruhan, pelatih pendamping tim di Jepang Erwin Renaldo Maspaitella mengatakan, tim sudah berlomba dengan baik. Paling tidak, mereka berhasil mempertajam catatan waktu terbaiknya di tahun ini hingga 0,57 detik. Catatan waktu terbaik mereka di tahun ini dibuat di Kejuaraan Asia Atletik 2019 di Doha, Qatar dengan waktu 39,96 detik.
Kerberhasilan Indonesia mempertajam catatan waktu sedrastis itu tak lepas dari keberadaan pelari terbaik nasional saat ini, Zohri. Ini adalah penampilan perdana Zohri bersama tim di kejuaraan internasional tahun ini. ”Pengaruh Zohri sangat besar. Dan hasilnya cukup baik. Ini bisa menjadi langkah awal yang baik untuk tim ini di tahun ini. Semoga ke depan, mereka semakin baik secara individu dan tim,” ujar Erwin.
Selain bisa melihat penampilan tim bersama Zohri, Erwin menyampaikan, tim juga memetik banyak pengalaman dari tim-tim yang jauh lebih baik, terutama pengalaman. ”Tim bisa mengasah mental dengan berlomba bersama tim-tim yang jauh lebih baik. Diharapkan ke depan, mental mereka semakin baik dan bisa menghasilkan catatan waktu lebih baik,” katanya.
Setelah ikut Kejuaraan Dunia Estafet 2019, tim tetap berada di Jepang selama kurang lebih sepekan. Mereka akan berlatih di sana sebelum ikut Grand Prix Jepang 2019 di Osaka pada 19 Mei mendatang. Tim diharapkan bisa mempertahankan catatan waktunya. ”Kalau mempertajam catatan waktu dalam persiapan yang hanya satu minggu, kami rasa berat. Jadi, target realistis adalah mereka bisa mempertahankan catatan waktu ini,” tutur pelatih kepala sprint PB PASI Eni Nuraini.
Eni menjelaskan, walaupun Indonesia gagal menembus final Kejuaraan Dunia Estafet 2019, Indonesia masih berpeluang lolos ke Kejuaraan Dunia Atletik IAAF 2019 di Doha pada September, bahkan masih bisa lolos ke Olimpiade Tokyo 2020. Sebab, syarat lolos Kejuaraan Dunia Atletik 2019 adalah tim estafet harus bisa menembus limit waktu di bawah 39 detik.
Adapun untuk lolos Olimpiade 2020, tim estafet harus bisa mencapai waktu terbaik yang masuk 16 besar dunia. Untuk mencapai semua itu, tim estafet harus membukukan catatan waktu terbaiknya di kejuaraan-kejuaraan internasional yang diakui IAAF, terutama yang berkategori sebagai bagian kualifikasi Olimpiade.
”Masih banyak kejuaraan internasional yang akan kita ikuti ke depan. Kami akan terus melakukan pembenahan terhadap tim, terutama teknik perpindahan tongkat dan waktu terbaik masing-masing pelari. Kalau semuanya bisa jauh lebih baik, kita masih berpeluang lolos Kejuaraan Dunia Atletik 2019, bahkan lolos Olimpiade 2020,” tegas Eni.