JAKARTA, KOMPAS – Setelah dipilih 18 pemain inti dari total 24 pemain terbaik yang terpilih dari Liga Kompas Kacang Garuda U-14 musim 2018/2019, para pemain LKG-SKF Indonesia untuk Piala Gothia 2019 mulai mendapatkan materi pemahaman taktik dari jajaran pelatih. Namun, dari dua kali latihan taktik, pemain belum bisa memahami materi yang diberikan pelatih dengan sempurna. Pemain maupun pelatih berdalih, butuh satu-dua kali pertemuan lagi hingga pemain benar-benar memahami instruksi dari pelatih.
Latihan taktik pertama yang diikuti pemain adalah latihan taktik penyelesaian akhir di Stadion Gongseng, Jakarta Timur, Kamis (9/5/2019). Saat itu, pelatih Jumhari Saleh meminta para pemain melakukan permainan bola bawah dengan satu-dua sentuhan dan umpan-umpan tarik. Jumhari pun menginstruksikan ada pergerakan pemain dari garis kedua atau pergerakan di sisi buta lawan.
Latihan taktik kedua yang diikuti pemain adalah latihan taktik umpan diagonal di Stadion Gongseng, Sabtu (11/5/2019). Jumhari meminta pemain tengah aktif dan kreatif dalam memindahkan bola dari sebelah kiri ke kanan dan sebaliknya. Sedangkan pemain sayap diminta cepat merespons umpan-umpan itu dan segera berlari kencang untuk melakukan tusukan atau melepaskan umpan ke para penyerang.
Sayangnya, dari latihan kedua, tampak para pemain masih bingung dalam menjalankan taktik tersebut. Para gelandang sering kali bingung untuk melepas umpan diagonal yang memanjakan calon penerima bola. Beberapa kali umpan para gelandang tidak bisa dijangkau dengan mudah oleh para bek sayap atau umpan-umpan itu justru dipotong oleh lawan.
Sedangkan bek sayap juga kadang bingung dalam membuka ruang. Akibatnya, bola yang akan diterima mereka bisa dipotong oleh lawan. Permainan satu-dua sentuhan di sisi sayap juga tidak berjalan mulus. Untuk itu, pemain sayap tidak bisa segera melepaskan diri dari pengawalan lawan. Saat pemain sayap tidak bergerak, serangan pun gagal dibangun. Apalagi, pelatih Jumhari memang menerapkan formasi 4-3-3 yang sangat mengandalkan pergerakan para bek sayap.
Jumhari mengatakan, secara keseluruhan, para pemain memang belum bisa menjalankan instruksi taktik dengan sempurna. Kendati demikian, upaya yang dilakukan pemain tidak terlalu buruk. Semuanya masih bisa dibenahi dalam satu-dua kali pertemuan lagi. ”Para pemain ini punya skill individu yang bagus. Untuk itu, tidak sulit untuk membenahi mereka. Paling tidak, satu-dua kali pertemuan lagi, mereka bisa lebih baik,” ujarnya.
Menurut Jumhari, pemahaman taktik sangat diperlukan untuk pemain. Sebab, tanpa pemahaman taktik, permainan akan monoton dan mudah dibaca lawan. Untuk itu, materi pemahaman taktik akan menjadi porsi latihan utama selama kurang lebih dua setengah bulan persiapan latihan sebelum berangkat ke Piala Gothia 2019 di Swedia, 14-20 Juli mendatang. ”Selain itu, kami juga berupaya meningkatkan stamina dan mental pemain. Tanpa stamina dan mental yang baik, pemain pun tidak bisa bermain dengan optimal sehingga taktik tidak bisa berjalan,” katanya.
Pemain belakang LKG-SKF Indonesia Mohamad Sultan Jati Dibrata menuturkan, dirinya memang masih bingung dengan taktik yang diberikan pelatih. Ia belum paham cara membuka ruang dengan baik. Akibatnya, umpan kepadanya sering dipotong lawan. Dan sebaliknya, umpan ia kepada rekannya juga sering kali dipotong lawan.
”Ini karena saya baru dua bulan ini bermain di posisi bek sayap. Sebelumnya, di SSB, saya bermain sebagai bek tengah. Bermain di bek sayap dengan di bek tengah itu sangat berbeda. Di sayap, kita harus pintar cari ruang dan terus aktif bergerak maju-mundur. Sedangkan di bek tengah, kita lebih fokus membaca pergerakan lawan,” tutur Sultan Jati.
Penyerang LKG-SKF Indonesia Raka Cahyana Rizky justru menilai tim belum bisa menerapkan taktik dari pelatih karena komunikasi antar pemain belum berjalan dengan baik. Akibatnya, si pemberi umpan dan calon penerima umpan belum bisa bermain dengan mulus. ”Kalau komunikasi enak, pasti permainannya jadi lebih enak,” pungkasnya.