Deteksi dini dilakukan Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan untuk mengungkap penyakit misterius yang mematikan.
JENEPONTO, KOMPAS —Demi memperjelas kasus kematian empat warga dan penyakit misterius di Dusun Garonggong, Desa Tuju, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, semua warga dusun akan diambil darahnya dan dicek di laboratorium. Deteksi dini itu dilakukan sembari menunggu hasil pemeriksaan laboratorium pada sampel darah hewan dan manusia yang diambil pada Kamis (9/5/2019).
Hingga kini, sejumlah warga yang sakit masih menjalani rawat jalan di Puskesmas Buludoang, Jeneponto. Petugas kesehatan juga rutin berkunjung untuk pemeriksaan.
”Hari Selasa tim akan turun. Kami putuskan mengambil darah semua warga dusun diperiksa di laboratorium. Pemeriksaan ini mencari tahu kemungkinan penyakit tersembunyi dan tindakan pencegahan,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Dinas Kesehatan Sulsel Nurul AR, Sabtu (11/5/2019).
Temuan penyakit misterius muncul setelah empat warga meninggal hampir bersamaan dan 96 warga dirawat inap atau rawat jalan di puskesmas. Mereka dari satu dusun dan sama-sama setelah mengonsumsi makanan mengandung daging dalam hajatan warga.
Dugaan sementara, seperti diungkapkan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, terkait antraks. Sejumlah pemeriksaan menunjukkan hasil negatif, antara lain demam berdarah, leptospirosis, virus zika, tifoid, atau virus Japanese enchephalitis (Kompas, 11/5/2019).
Terkait kemungkinan zoonosis, masih terbuka kemungkinan. Namun, baru akan terjawab setelah hasil pemeriksaan sampel darah diperoleh.
”Intinya kami menunggu hasil pemeriksaan darah di laboratorium. Kami akan merilis hasilnya jika semua jelas, berbasis bukti,” kata Nurul.
Terkait dengan kesehatan hewan ternak warga, Dinas Peternakan Sulsel sudah menurunkan tim untuk mengecek. Kondisi dusun dihuni warga yang sebagian memelihara ternak sapi, kerbau, dan ayam.
Kandang-kandang kurang terawat baik. Kubangan-kubangan kerbau ada di antara rumah-rumah panggung warga. Rumah dan kandang berbagi ruang di dusun itu.
”Pemeriksaan fisik ternak sapi, kerbau, ayam, dan ternak lain sejauh ini sehat. Tetapi, kami menunggu hasil pemeriksaan darah yang dilakukan Balai Veteriner untuk memastikan kemungkinan adanya zoonosis. Kemungkinan Senin hasilnya sudah bisa diketahui,” kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesejahteraan Hewan Dinas Peternakan Sulsel Syamsul Bahri.
Sejauh ini, kata Syamsul, pihak Dinas Peternakan secara rutin memantau hewan ternak warga. Tidak ada laporan terkait kematian hewan dari Garonggong. Laporan masuk terkait kematian hewan hanya Januari lalu, saat banjir bandang di Jeneponto.
Sejumlah pemilik ternak di Garonggong mengakui, biasanya mereka tidak melapor jika ada kematian hewan. Apalagi dalam kasus bukan kematian mendadak dan massal.
”Biasa memang ada hewan yang mati, seperti ayam, tetapi biasanya karena kepanasan atau padat di kandang. Kalau bagi warga, itu biasa,” kata Joho Daeng Bella, pemilik sapi dan ayam kampung.
Pola beternak
Staf penyuluh kesehatan Dinas Kesehatan Jeneponto yang bertugas di Wilayah Kecamatan Bangkala, Abadi Gunawan, mengatakan, pihaknya rutin melakukan penyuluhan soal kesehatan lingkungan.
”Berkali-kali kami meminta warga beternak secara sehat dan menjauhkan kandang dari rumah, tetapi tetap dengan pola seperti selama ini. Kandang mengelilingi rumah dan kubangan kerbau di halaman. Sapi diternak di sekitar rumah, begitu pun ayam dan itik di kolong rumah. Alasannya, keterbatasan lahan dan khawatir dicuri,” ujarnya.
Serangan penyakit yang belum ditemukan penyebab atau jenisnya ini merebak akhir Maret. Namun, saat itu warga masih menganggap biasa. Baru pada Kamis (18/4), sehari setelah pemilu, sejumlah warga dilarikan ke Puskesmas Buludoang.
Semua gejalanya sama: panas, demam, muntah, mual. Sebagian nyeri sendi. (REN)