Sengketa Dagang Picu Aliran Dana Keluar dari Indonesia
Di kawasan Asia Pasifik, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjadi indeks terlemah kedua sepanjang tahun berjalan.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Berlarutnya sengketa dagang antara Amerika Serikat dan China dapat memicu aliran modal keluar dari Tanah Air. Kerentanan pasar saham domestik terhadap sentimen eksternal masih tinggi karena dominasi dana jangka pendek.
Di kawasan Asia Pasifik, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjadi indeks terlemah kedua sepanjang tahun ini. Sejak 1 Januari 2019 hingga penutupan perdagangan Jumat (10/5/2019), IHSG mengalami kenaikan sebesar 0,24 persen, lebih baik dari indeks FTSE Bursa Malaysia yang melemah 4,26 persen.
Analis Senior CSA Research Institute, Reza Priyambada, saat dihubungi Minggu, (12/5/2019), menilai, pelaku pasar, khususnya investor asing, khawatir bahwa sentimen hubungan dagang AS-China bakal menjadi sentimen berkepanjangan di pasar modal global.
”Investor asing tidak akan mempertaruhkan dananya menguap begitu saja dan akan lebih memilih mengamankan posisi. Lebih baik keluar dulu dari emerging market sambil menunggu kapan sentimen ini mereda,” ujarnya.
IHSG pada perdagangan akhir pekan lalu ditutup naik 10,31 poin atau 0,17 persen menjadi berada di level 6.209,12. Meski IHSG menguat, investor asing melakukan aksi jual bersih di pasar saham sebesar Rp 897,5 miliar.
Sepanjang sentimen AS-China belum mereda, lanjut Reza, pergerakan pasar saham domestik ataupun global tidak akan bisa melaju seperti sebelumnya. Pelemahan IHSG selama dua hari berturut-turut memang lebih disebabkan oleh faktor global.
Di samping itu, pasar saham Indonesia masih dipenuhi oleh dana yang bersifat jangka pendek. Artinya, setiap ada perkembangan yang terjadi di global, hal itu rentan membuat para investor asing menarik dananya keluar.
”Konsistensi dari pergerakan indeks kita tidak terjadi. Selain itu, setiap kali ada kenaikan selalu dimanfaatkan aksi ambil untung,” ujar Reza.
Sepanjang pekan kemarin, level IHSG ambruk 1,75 persen dari pekan sebelumnya. Penurunan indeks terjadi seiring dengan penurunan kapitalisasi pasar sebesar 1,73 persen dari Rp 7.188,18 triliun pada penutupan perdagangan 3 Mei 2019 menjadi Rp 7.064,09 triliun pada 10 Mei 2019.
Perkembangan terakhir, AS dan China masih gagal menyepakati perjanjian untuk mengakhiri perang dagang. Ketidaksepakatan terjadi beberapa jam setelah Presiden AS Donald Trump memerintahkan pemberlakuan tambahan tarif dari 10 persen menjadi 25 persen atas barang-barang China senilai 200 miliar dollar AS.
Bahkan, Trump meminta AS memperluas cakupan kenaikan tarif ke produk lain asal China senilai 300 miliar dollar AS. Beijing menyatakan akan menyikapi itu, tetapi tidak menjelaskan rinciannya.
Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan sepakat bahwa aliran modal keluar pasti masih akan terjadi karena ketidakpastian perundingan dagang antara AS dan China. ”Perang dagang berpotensi melemahkan perekonomian secara global. Tidak tertutup kemungkinan berdampak ke Indonesia,” katanya.
Secara umum, menurut Alfred, pekan depan IHSG diprediski masih akan terkoreksi. Optimisme investor kembali tergerus dengan adanya kemungkinan AS dan China gagal mencapai kesepakatan dagang meski pelaku pasar masih terus mencermati jalannya perundingan.