JAKARTA, KOMPAS — Sekalipun siklon tropis Lili telah luruh, namun sejumlah perairan Indonesia masih berpotensi dilanda gelombang tinggi hingga tiga hari ke depan. Fenomena ini dipicu oleh munculnya pola tekanan rendah di perairan tinur Filipina dan sirkulasi udara di Samudera Hindia sebelah barat Kepulauan Nias.
Data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), pola angin di wilayah utara Indonesia umumnya dari selatan ke barat dengan kecepatan 4 - 15 knot, sedangkan di wilayah selatan umumnya dari timur ke tenggara dengan kecepatan 4 - 25 knot. Kecepatan angin tertinggi terpantau di Samudra Hindia selatan Jawa, Laut Jawa bagian timur, Laut Banda dan Laut Arafuru. Kondisi ini mengakibatkan peningkatan tinggi gelombang di sekitar wilayah tersebut.
Kecepatan angin tertinggi terpantau di Samudra Hindia selatan Jawa, Laut Jawa bagian timur, Laut Banda dan Laut Arafuru.
Gelombang dengan kategori tinggi, yaitu 2,5 - 4 meter berpeluang terjadi di perairan barat Pulau Enggano, barat Lampung, Samudera Hindia setelah barat Bengkulu hingga Lampung, Selat Sunda bagian selatan, perairan selatan Jawa, dan Samudra Hindia selatan Jawa hingga NTT
Potensi hujan
Selain gelombang tinggi, sebagian wilayah Indonesia saat ini masih berpotensi dilanda hujan, termasuk di antara Jakarta dan sekitarnya. Kepala Subbidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Siswanto mengatakan, sesuai klimatisnya, wilayah pesisir Jakarta dan sekitarnya seharusnya sudah memasuki kemarau di bulan April. Sedangkan bagian selatan, menyusul di bulan Mei.
Menurut Siswanto, hujan yang terjadi di Jakarta dalam beberapa hari terakhir lebih disebabkan adanya konvergensi angin timuran. Hujan ini cenderung bersifat lokal dan tempo yang singkat.
“Sekalipun sudah masuk kemarau, hujan di bulan Mei masih ada dengan intensitas terus berkurang. Di Jakarta, untuk bulan Mei secara klimatologis masih bisa mendapatkan hujan akumulatif 100 mm per bulan,” kata Siswanto.