Untuk ketiga kalinya beruntun, Rafael Nadal tersingkir pada semifinal turnamen tanah liat. Setelah Monte Carlo Masters dan ATP 500 Barcelona, pada Minggu (12/5/2019) dini hari WIB, dia tersisih pada empat besar Madrid Masters.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·3 menit baca
MADRID, SABTU — Untuk ketiga kalinya beruntun, Rafael Nadal tersingkir pada semifinal turnamen tanah liat. Setelah Monte Carlo Masters dan ATP 500 Barcelona, pada Minggu (12/5/2019) dini hari WIB, dia tersisih pada empat besar Madrid Masters.
Petenis 20 tahun asal Yunani, Stefanos Tsitsipas, mengikuti jejak Fabio Fognini di semifinal Monte Carlo dan Dominic Thiem di Barcelona. Di Lapangan Manolo Santana, Caja Magica, Madrid, Tsitsipas mengalahkan Nadal, 6-4, 2-6, 6-3.
Menaklukkan Nadal di lapangan tanah liat, yang telah memberinya 57 gelar juara, menjadi salah satu pencapaian besar Tsitsipas. Pada awal musim, dia menghentikan Roger Federer pada babak keempat Australia Terbuka dan tahun sebelumnya mengalahkan Novak Djokovic pada babak ketiga Toronto Masters 2018.
”Tak bisa dibayangkan betapa leganya, sulit dipercaya. Mengalahkan Nadal di lapangan tanah liat membuat ini makin spesial,” kata Tsitsipa dalam laman resmi ATP. Ini menjadi kemenangan pertama Tsitsipas yang selalu kalah dalam tiga pertemuan sebelumnya dari Nadal.
Kemenangan tersebut membuka peluang Tsitsipas meraih gelar pertama dari ajang ATP Masters 1000, kategori tertinggi dalam struktur turnamen ATP. Pada final, Senin dini hari WIB, Tsitsipas berhadapan dengan Djokovic, yang kini menempati posisi petenis nomor satu dunia. Pada semifinal lain, Djokovic mengalahkan Thiem, 7-6 (7-2), 7-6 (7-4).
Final di Madrid ini akan menjadi final kedua beruntun Tsitsipas setelah menjuarai ATP 250 Estoril, Portugal, pekan lalu. Gelar di Estoril itu sekaligus menjadi gelar pertamanya dari turnamen tanah liat.
Sebaliknya, kekalahan di Madrid hanya menyisakan dua kesempatan bagi Nadal untuk memperoleh gelar juara guna mempertahankan reputasinya sebagai ”Raja Lapangan Tanah Liat”. Dua peluang itu ada di Roma Masters, pekan ini, dan Grand Slam Perancis Terbuka, 29 Mei-6 Juni. Jika kembali gagal, dia akan mengulang hasil pada 2015 ketika pulang tanpa gelar juara pada semua turnamen tanah liat.
”Masih ada dua turnamen lagi. Kita lihat apa yang akan terjadi di sana. Saya kecewa karena tak tampil seperti apa yang diinginkan. Tetapi, tenis adalah soal menang atau kalah. Saya sudah sering menang dan menghadapinya dengan normal, saat kalah juga seperti itu. Saya hanya harus terus maju,” kata Nadal, lima kali juara di Madrid.
Pada set pertama dan kedua, Nadal memperlihatkan kemampuannya, mempersulit Tsitsipas dengan bola yang diarahkan ke sudut atau garis pinggir lapangan. Dia membuat 16 kesempatan mematahkan servis lawan, tetapi Tsitsipas menggagalkannya 11 kali.
Di seberang lapangan, Tsitsipas mengombinasikan permainan dari baseline serta servis dan voli saat dalam posisi tertinggal poin. ”Saya senang bisa menyesuaikan diri dalam pertandingan seperti itu, terutama secara mental. Kemenangan ini menambah kepercayaan diri saya di masa depan,” kata Tsitsipas, petenis peringkat kesembilan dunia.
Di bagian putri, gelar juara di Madrid diperoleh petenis peringkat ketujuh dunia, Kiki Bertens. Petenis asal Belanda itu mengalahkan juara WTA Madrid 2016 dan 2017, Simona Halep, 6-4, 6-4.
Kemenangan tanpa kehilangan satu set pun ini mengantarkan Bertens pada gelar pertama dalam turnamen WTA Premier Mandatory, level tertinggi dalam struktur turnamen WTA. ”Tentu saja saya merasa senang dan bangga karena bisa bermain dengan baik pada pekan ini,” kata Bertens yang akan menjadi petenis peringkat keempat dunia mulai awal pekan ini. (REUTERS)