Neraca Dagang Defisit, Indonesia Tingkatkan Perdagangan dengan Argentina
Indonesia berkomitmen meningkatkan kerja sama perdagangan dengan negara-negara Amerika Selatan. Salah satunya adalah dengan Argentina. Kerja sama itu penting bagi Indonesia sebab Argentina merupakan pintu masuk ke pasar Amerika Selatan dan neraca perdagangan Indonesia dengan Argentina masih defisit.
Oleh
Hendriyo Widi, dari Buenos Aires
·4 menit baca
BUENOS AIRES, KOMPAS — Indonesia berkomitmen meningkatkan kerja sama perdagangan dengan negara-negara Amerika Selatan. Salah satunya adalah dengan Argentina. Kerja sama itu penting bagi Indonesia sebab Argentina merupakan pintu masuk ke pasar Amerika Selatan dan neraca perdagangan Indonesia dengan Argentina masih defisit.
Pada Senin (13/5/2019), Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita bertemu dengan Menteri Luar Negeri dan Kepercayaan Argentina Jorge Marcelo Fauire. Selain itu, Enggartiasto yang didampingi Direktur Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo juga bertemu dengan perwakilan Kamar Dagang Mercosur ASEAN (MACC).
El Mercado Común del Sur atau Mercosur merupakan pasar bersama Amerika Selatan yang dirintis sejak 1985. Blok kerja sama perdagangan regional itu beranggotakan Argentina, Brasil, Uruguay, Paraguay, Bolivia, dan Venezuela.
Pertemuan itu merupakan lanjutan pertemuan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla dengan Wakil Presiden Argentina Gabriela Michetti di Jakarta pada 7 Mei 2019. Kunjungan ke Argentina ini juga dalam rangka menjawab undangan Duta Besar Argentina untuk Indonesia Ricardo Luis Bocalandro ke Argentina untuk membahas kemungkinan kerja sama pembentukan studi kelayakan perdagangan dengan Mercosur.
Enggartiasto Lukita mengatakan, Argentina merupakan mitra dagang terbesar kedua Indonesia setelah Brasil di kawasan Amerika Selatan. Nilai total perdagangan Indonesia-Argentina pada 2018 sebesar 1,7 miliar dollar AS atau meningkat 18 persen dibandingkan 2017.
Namun, bagi Indonesia, tren perdagangan bilateral dengan Argentina justru turun sebesar 1,01 persen selama empat tahun terakhir pada periode 2014-2018. Nilai ekspor Indonesia ke Argentina pada 2018 sebesar 238,3 juta dollar AS, sedangkan impor Indonesia dari Argentina 1,4 miliar dollar AS.
”Neraca perdagangan Indonesia terhadap Argentina masih defisit. Untuk itu, pertemuan dengan Pemerintah Argentina ini bertujuan meningkatkan kinerja ekspor Indonesia terhadap Argentina,” kata Enggartiasto.
Neraca perdagangan Indonesia terhadap Argentina masih defisit. Untuk itu, pertemuan dengan Pemerintah Argentina ini bertujuan meningkatkan kinerja ekspor Indonesia terhadap Argentina.
Neraca perdagangan Indonesia terhadap Argentina pada 2018 defisit sebesar 1,2 miliar dollar AS. Defisit terbesar berasal dari impor bungkil kedelai sebesar 1,1 miliar dollar AS serta biji gandum dan gandum senilai 143,9 juta dollar AS.
Adapun ekspor utama Indonesia ke Argentina pada 2018, antara lain, berupa karet alam, mesin piston pembakaran, bagian dan aksesori kendaraan bermotor, bagian alas kaki, dan alas kaki. Selain bungkil, biji gandum, dan gandum, impor utama Indonesia dari Argentina adalah jagung, kapas, dan pipa baja.
Kementerian Perdagangan mencatat, Indonesia sebenarnya memiliki produk-produk yang berpotensi diekspor ke Argentina. Argentina sebenarnya telah mengimpor produk-produk itu dari negara lain, tetapi Indonesia belum mengekspornya ke Argentina. Produk-produk itu antara lain minyak bumi, pesawat telepon, kendaraan bermotor, mesin pengolah data otomatis, suku cadang alat transmisi, kawat, dan vakum atau pompa udara.
Defisit transaksi berjalan
Peningkatan kerja sama perdagangan dengan negara-negara yang menyebabkan neraca perdagangan Indonesia defisit sangat diperlukan. Hal itu guna mengurangi defisit transaksi berjalan Indonesia yang semakin melebar pada triwulan I-2019.
Bank Indonesia mencatat, pada triwulan I-2019, Indonesia mengalami defisit transaksi berjalan sebesar 6,966 miliar dollar AS. Defisit transaksi berjalan itu setara dengan 2,6 persen produk domestik bruto (PDB). Defisit ini lebih dalam dibandingkan dengan transaksi berjalan triwulan I-2018 yang defisit 5,196 miliar dollar AS atau 2,01 persen PDB dan triwulan I-2017 yang defisit 2,023 miliar dollar AS atau 0,84 persen PDB.
Pada triwulan I-2019, defisit transaksi berjalan tidak terlepas dari kinerja neraca barang yang melambat. Hal itu tidak sebanding dengan neraca jasa yang justru defisit sebesar 1,787 miliar dollar AS.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Fithra Faisal, mengatakan, penurunan kinerja neraca perdagangan yang berdampak pada defisit transaksi berjalan juga tidak terlepas dari dampak perang dagang. Dampak perang dagang ini terhadap stabilitas nilai tukar rupiah lebih besar dibandingkan pergerakan suku bunga acuan Bank Sentral AS.
”Dampak fluktuasi suku bunga The Fed di Indonesia berlangsung 2-3 bulan. Namun, dampak perang dagang di Indonesia berkisar 6-7 bulan,” katanya.
Untuk itu, lanjut Fithra, Indonesia perlu mendorong peningkatan ekspor ke negara-negara nontradisional, seperti ke negara-negara di Afrika dan Amerika Selatan. Indonesia juga perlu meningkatkan kerja sama bilateral dengan negara-negara yang membuat defisit neraca perdagangan makin melebar.