Pemusatan Latihan Daerah Mayung bagi atlet Nusa Tenggara Barat, yang dipersiapkan bertanding dalam Pra PON dan PON terancam berhenti di tengah jalan. Pasalnya dari anggaran yang diusulkan sebesar Rp 20 miliar, yang disetujui di antaranya sebesar Rp 3 miliar.
Oleh
KHAERUL ANWAR/ ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS - Pemusatan Latihan Daerah Mayung bagi atlet Nusa Tenggara Barat, yang dipersiapkan bertanding dalam Pra PON dan PON terancam berhenti di tengah jalan. Alasannya dari anggaran yang diusulkan sebesar Rp 20 miliar, yang disetujui di antaranya sebesar Rp 3 miliar.
Ketua KONI NTB Andy Hadianto, Senin (13/5/2019) yang dikonfirmasi mengakui dana untuk Pelatda Mayung masih kurang dari totak kebutuhan. “Belum cukup,” ujarnya melalui pesan singkat setelah tidak bisa dihubungi lewat telepon selularnya.
Namun Humas KONI NTB, Nasrudin mengatakan, KONI NTB mendapat anggaran Rp 3 miliar untuk kebutuhan Pelatda, yang dianggap tidak cukup untuk menopang kebutuhan atlet dan pelatih. Belum ada kepastian Pelatda atlet NTB berjalan sampai selesai yang dimulai awal Februari hingga Desember 2019. Dana kebutuhan Pelatda selama beberapa bulan ditalangi KONI NTB.
Cabang olahraga (cabor) yang masuk dalam Pelatda Mayung adalah cabor yang memiliki peluang mendapatkan emas seperti atletik, karate, tinju, pencak silat, taekwondo, yang dipertandingkan dalam PON XX tahun 2020. “Sebelum PON, para atlet mengikuti Pra PON,” ujar Nasrudin.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga NTB Husnanidiaty Nurdin, mengatakan, belum mengetahui persisi alokasi anggaran untuk Pelatda. “Nanti saya cek dan evaluasi dahulu besaran (Rp 20 miliar) yang diusulkan itu,” tuturnya. Namun pihaknya berupaya menambah dana sebesar Rp 5 miliar. Uang itu telah disampaikan ke Gubernur NTB Zulkieflimansyah.
Penghargaan untuk pelari
Pada hari yang sama, Zulkieflimansyah bertemu dengan para pelari yang mewakili NTB pada Kompas Tambora Challenge-Lintas Sumbawa 320k. Tercatat ada sembilan pelari asal NTB yang mengikuti lomba marathon ultra itu yakni satu orang pada kateogri individu dan delapan kategori relay atau berpasangan.
Dalam kesempatan itu, selain menyerahkan uang penghargaan, Zulkieflimansyah juga berdiskusi dengan para pelari terkait pengembangan olahraga lari di NTB. Dia juga menyampaikan dukungan sepenuhnya untuk pengembangan lari, khusus lari jarak jauh hingga marathon ultra. Apalagi NTB untuk saat ini hanya memiliki atlet lari jarak pendek atau sprinter salah satunya Lalu Muhammad Zohri.
“Saya berharap di Tambora Challenge tahun depan, bisa menang. Termasuk untuk lomba-lomba lari lainnya. Silahkan ambil bagian, saya akan bantu secara personal,” kata Zulkieflimansyah.
Selain meminta para pelari untuk mempersiapkan diri menghadapi lomba-lomba lari sebagai wakil NTB, Zulkieflimansyah mengharapkan para pelari bisa menggiatkan sekaligus menjadi penyelenggara lomba di NTB. “Manfaatnya banyak. Selain mengajak masyarakat untuk berolahraga dan menjadi sehat, juga akan berdampak besar pada sektor pariwisata,” katanya.
Saya berharap di Tambora Challenge tahun depan, bisa menang. Termasuk untuk lomba-lomba lari lainnya. Silahkan ambil bagian, saya akan bantu secara personal
Margaretha Enggrani M, salah satu pelari asal NTB yang tampil di kategori relay mengatakan, kesempatan mengikuti Tambora Challenge 2019, memberikan pengalaman berharga untuk menghadapi Tambora Challenge 2020 dan lomba serupa.
“Selama ini lari ultra di NTB tidak diperhitungkan. Tapi dengan adanya dukungan gubernur, semoga ke depan jadi lebih baik. Dukungan dari pemerintah memang penting. Sekarang banyak lomba dan kami banyak mempersiapkan diri, tetapi kadang terkendala dana sehingga tidak berangkat,” kata Margaretha.
Hal serupa juga disampaikan Faris Abbiyu, pelari kategori relay lainnya. Menurut pelari berusia 20 tahun ini, dukungan bagi pelari NTB memang sangat diperlukan. “Jika janji gubernur untuk terus mendukung kami terealisasi, akan sangat luar biasa untuk dunia lari di NTB baik di ultra road maupu ultra trail. Kalau bisa didukung penuh, pelari-pelari NTB tentu bisa bersaing,” kata Faris