Penelitian Komprehensif Diperlukan untuk Ungkap Kejelasan
Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata, dan Kebudayaan Kabupaten Purwakarta akan mengirimkan surat resmi kepada Balai Arkeologi Jawa Barat terkait temuan batu bersusun di Desa Kutamanah. Penelitian mendalam dibutuhkan untuk mengungkap asal-usul dan historis yang tersimpan.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
PURWAKARTA, KOMPAS— Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata, dan Kebudayaan Kabupaten Purwakarta akan mengirimkan surat resmi kepada Balai Arkeologi Jawa Barat terkait temuan batu bersusun di Desa Kutamanah. Penelitian mendalam dibutuhkan untuk mengungkap asal-usul dan historis yang tersimpan.
Sebelumnya, warga sekitar Desa Kutamanah, Kecamatan Sukasari, Purwakarta, digegerkan dengan temuan batu bersusun menyerupai peti dan tembok benteng. Dari penemuan tersebut, warga mengaitkannya dengan kisah Sangkuriang hingga peninggalan kerajaan Sunda.
“Ada berbagai persepsi dan dugaan yang belum valid. Kami akan membuat surat resmi kepada pihak terkait agar meneliti temuan batu itu, apakah bersejarah atau hanya fenomena alam,” kata Heri Anwar, Sekretaris Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata, dan Kebudayaan Kabupaten Purwakarta Senin (13/5/2019).
Ia menargetkan surat itu akan dikirim pada akhir Juni 2019. Saat ini, Tim Sertifikasi Cagar Budaya Purwakarta tengah mengumpulkan data lapangan antara lain, foto temuan, dimensi ukuran, denah, karakteristik, dan deskripsi. Adapun cerita rakyat dan historis tempat itu turut disertakan untuk memperkuat benang merah antara temuan dan cerita yang beredar.
Ada berbagai persepsi dan dugaan yang belum valid. Kami akan membuat surat resmi kepada pihak terkait agar meneliti temuan batu itu, apakah bersejarah atau hanya fenomena alam
Peneliti dan penulis sejarah di Purwakarta Ahmad Said Widodo mengatakan, jika dirunut pada zaman dahulu konon di dekat Waduk Jatiluhur ada kerajaan bernama Kutatandingan. Dahulu wilayah Kutamanah diyakini meliputi wilayah yang sekarang menjadi bagian dari wilayah Karawang bagian Tenggara-Selatan dan Purwakarta bagian Barat (Jatiluhur dan Sukasari) dengan beberapa peninggalan berupa batu umpak (batu buat landasan rumah panggung) tatkala proyek Jatiluhur sedang dibangun.
Dalam sejarah kerajaan-kerajaan di Tatar Sunda, nama kerajaan Kutatandingan itu merupakan kerajaan bawahan dari kerajaan Tarumanegara. Menurut dia, susunan batu itu kemungkinan besar adalah bekas tembok atau pagar atau dinding atau benteng yang biasa disebut kuta.
Belum pernah
Peneliti utama di Balai Arkeologi Jawa Barat Lutfi Yondri menyampaikan, hingga saat ini belum pernah ada penelitian yang mengkaji terkait penemuan tersebut. Menurut dia, struktur geologi temuan itu tergolong unik, apabila sedimentasi yang terbentuk cukup luas maka temuan itu berpotensi menjadi taman wisata pengetahuan
Menurut Sujatmiko, ahli Geologi sekaligus Sekjen Kelompok Riset Cekungan Bandung, ada perbedaan dari segi struktur dengan situs Gunung Padang Cianjur. Di Desa Kutamanah strukturnya sheeting joint atau kekar lembaran, sedangkan di Gunung Padang yang strukturnya columnar jointing atau kekar tiang. Jenis batuannya lebih kurang sama : andesite -basaltic andesite.
Batuan andesit-basalt adalah salah satu jenis batuan beku ekstrusif yang keluar dari cerobong gunung api dan membeku di permukaan bumi (aliran lava). Kekar lembaran atau sheeting joints terbentuk akibat berkurangnya beban yang tadinya ada di atas aliran lava tersebut. Berdasarkan hasil penelitiannya dalam Peta Geologi Lembar Cianjur (1972), ia menduga tidak ada kaitannya temuan itu dengan endapan waduk atau gunung api sekarang. “Kegiatan atau umur batuannya juga Miosen (berumur 5 sampai 25 juta tahun),” ujarnya.
Sujatmiko menambahkan, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menyelidiki dan memetakan perluasan dari batuan beku berstruktur sheeting joint tersebut. Dari peta tersebut diharapkan dapat diperkirakan potensi cadangannya.
Sementara arkeolog senior Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas), Bambang Budi Utomo mengatakan, temuan itu perlu diteliti lebih lanjut dengan melakukan cek lokasi di sekitarnya, khususnya jika ditemukan ada pecahan tembikar atau keramik. Peninggalan yang ditemukan di sekitar lokasi menunjukkan ada aktivitas di masa lampau. Aktivitas itu bisa aktivitas pemukiman, religi, maupun pemujaan.