JAKARTA, KOMPAS – Penumpang moda raya terpadu atau MRT tak mempermasalahkan tarif normal yang berlaku mulai, Senin (13/5/2019). Tarif itu dinilai sepadan dengan kenyamanan dan kecepatan yang didapat jika dibandingkan dengan moda angkutan darat umum lain.
Seorang penumpang asal Tangerang, Rusli Alwan (41), di Stasiun MRT Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, mengaku tak keberatan dengan tarif normal yang diterapkan pihak MRT. Menurut dia, tarif itu sebanding dengan sejumlah kelebihan yang didapatinya dengan menaiki angkutan cepat tersebut.
"Sejauh bisa menghemat waktu dan juga pelayanan lebih baik ke depan, menurut saya, sah-sah saja. Itungannya cukup murah, tetapi mungkin karena saya pemakaiannya tak setiap hari," ujar Rusli yang ingin pergi bersama istri dan anaknya ke Lebak Bulus.
Saat itu, Rusli harus membayar uang Rp 29.000 untuk setiap tiketnya. Itu karena tarif dari Stasiun Bundaran HI ke Stasiun Lebak Bulus, Jakarta Selatan, sebesar Rp 14.000, ditambah uang jaminan kartu sebesar Rp 15.000. Sebagai catatan, uang jaminan tersebut bisa diambil kembali oleh penumpang saat berada di stasiun tujuan.
Uang yang dibayarkan Rusli merupakan tarif normal jarak terjauh, dari Stasiun Bundaran HI ke Stasiun Lebak Bulus. Hal ini sesuai Peraturan Gubernur Provinsi DKI Nomor 34 Tahun 2019 tentang Tarif Angkutan Perkeretaapian Mass Rapid Transit dan Kereta Api Ringan/Light Rail Transit yang memberlakukan harga tiket normal mulai hari ini. Kemarin, diketahui, merupakan hari terakhir penumpang MRT dapat menikmati diskon tarif 50 persen.
Pantauan Harian Kompas, persis di depan kaca loket Stasiun Bundaran HI, tertempel sebuah kertas yang bertuliskan "Senin, 13 Mei 2019. Berlaku Tarif Normal!". Selain itu, ada juga daftar harga tiket MRT untuk setiap tujuan stasiunnya bermula dari Stasiun Bundaran HI.
Berdasarkan tarif normal, dari Stasiun Bundaran HI menuju Dukuh Atas BNI (Rp 3.000), Setiabudi Astra (Rp 4.000), Bendungan Hilir (Rp 4.000), Istora Mandiri (Rp 5.000), Senayan (Rp 6.000), Asean (Rp 7.000), Blok M (Rp 8.000), Blok A (Rp 9.000), Haji Nawi (Rp 10.000), Cipete Raya (Rp 11.000), Fatmawati (13.000), dan stasiun terakhir Lebak Bulus (14.000). Harga tiket itu belum termasuk uang jaminan kartu sebesar Rp 15.000.
Wiraswasta asal Pondok Pinang, Venny Rosita (38), juga mengaku tak masalah dengan pemberlakuan tarif normal tersebut. Menurut dia, harga yang ada masih masuk akal dengan keselamatan dan kenyamanan yang didapat dibandingkan dia menaiki angkutan darat lain. Padahal, tarifnya mungkin relatif sama.
"Dibanding naik angkot (angkutan perkotaan) belum lamanya karena masih ngetem, macet, dan panas. Kalau pakai (MRT) ini kan cepat, ya lumayan dengan (tarif) segini juga bersih dan aman. Sebanding dengan layanannya," kata Venny yang bekerja di kawasan Sudirman.
Hal senada juga diungkapkan wiraswasta lain, Roy Siregar (39). Dia menilai harga itu masih cocok dengan kantong para pegawai swasta. "Cocok harganya, tak terlalu membebani," tutur Roy.
Sementara itu, salah satu petugas loket, Rini (31), mengaku, kepadatan penumpang hari ini terbilang cukup normal dibandingkan hari kerja biasanya. Dia menyebut, meski tarif yang diberlakukan adalah harga normal, penumpang tetap ramai di waktu kerja pagi hari sekitar pukul 07.00 WIB dan sore hari sekitar pukul 16.00 WIB. "Kalau siang memang tak terlalu ramai. Hari kerja begini memang ramainya di pagi dan sore," kata Rini.