Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat makin memanas menyusul langkah AS menyiagakan rudal Patriot dan kapal amfibi di Timur Tengah.
DUBAI, MINGGU -- Presiden Iran Hassan Rouhani, Sabtu (11/5/2019), menyerukan faksi-faksi politik di negaranya bersatu menghadapi tekanan Amerika Serikat yang disebutnya menghadirkan kondisi yang bisa jadi lebih berat dibandingkan dengan pada masa perang dengan Irak tahun 1980-an.
”Hari ini tidak bisa dikatakan, apakah kondisi sekarang lebih baik atau lebih buruk dibandingkan dengan saat perang (tahun 1980-1988). Tetapi, selama perang saat itu tidak ada masalah dengan bank, penjualan minyak dan impor-ekspor, serta hanya ada sanksi pembelian senjata,” kata Rouhani seperti dikutip kantor berita IRNA.
”Tekanan oleh musuh merupakan perang yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah revolusi Islam kita. Tetapi, saya tidak putus asa dan memiliki harapan untuk masa depan serta yakin kita bisa melalui kondisi sulit ini apabila kita bersatu,” kata Rouhani.
Setelah keluar dari kesepakatan nuklir Iran tahun lalu, AS di bawah pemerintahan Donald Trump terus menekan Iran dengan sanksi-sanksi ekonomi. Di dalam negeri, Rouhani mendapat tekanan kelompok garis keras. Sebagian mitra moderatnya juga meninggalkannya.
Pada Kamis (9/5), Trump mendesak Rouhani agar berunding dengan dirinya untuk membahas penghentian program nuklir Iran. Trump menyatakan ia tak mengesampingkan konfrontasi militer. Hal itu disampaikan di tengah tekanan sanksi ekonomi dan tekanan militernya kepada Iran.
Ekspor minyak Iran telah diputus melalui pencabutan dispensasi pada delapan negara terkait pembelian minyak Iran. Adapun tekanan militer diterapkan dengan mengerahkan kapal perang dan pesawat tempur ke Timur Tengah.
Rudal Patriot
Seorang pejabat AS juga menginformasikan Washington telah menyetujui pengerahan rudal Patriot dan kapal serbu amfibi untuk mendukung gugus serbu kapal induk USS Abraham Lincoln dan pesawat pengebom B-52 di Timur Tengah. Jumat (10/5), Pentagon mengumumkan mengirim kapal perang USS Arlington pengangkut marinir, kendaraan amfibi, pesawat, dan helikopter.
Pasukan Garda Revolusi Iran menyatakan, Teheran tidak akan bernegosiasi dengan AS. Ayatollah Yousef Tabatabai-Nejad, ulama senior Iran, memperingatkan AS bahwa kapal angkatan laut AS bisa ”dihancurkan dengan satu rudal”.
Pernyataan Pasukan Garda Revolusi Iran dan pernyataan Ayatollah Yousef Tabatabai-Nejad itu ditujukan untuk menekan Rouhani dan sekutu moderatnya agar tidak menerima tawaran negosiasi dari Washington. Kelompok garis keras di Iran telah mengkritik Rouhani setelah Trump menarik diri dari perjanjian nuklir Iran tahun 2015.
Secara terpisah, pengadilan di Iran membekukan mingguan Seda (Voice) setelah media itu menerbitkan berita peringatan tentang kemungkinan terjadinya perang dengan AS. Di mata kelompok garis keras, media itu dianggap sebagai corong Trump. (REUTERS/AFP/AP/ADH)