Siapa yang Harus Menanggung Tarif AS, China atau AS Sendiri?
Oleh
Benny D. Koestanto
·3 menit baca
WASHINGTON, MINGGU — Kepala Penasihat Ekonomi Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Larry Kudlow, menyatakan, AS tengah menunggu pembalasan dari China atas kenaikan tarif yang sebelumnya dikenakan Washington terhadap Beijing. Proses penerapan tarif dari sisi AS ataupun balasan dari China memerlukan beberapa waktu.
”Penanggulangannya seperti apa, kami belum tahu pasti. Kami mungkin tahu lebih banyak pada hari ini atau bahkan pada malam ini atau besok,” kata Kudlow dalam acara ”Fox News Sunday” di Washington, Minggu (12/5/2019). Kudlow juga mengatakan bahwa rencana Presiden Trump menaikkan tarif AS atas barang-barang China di seluruh papan dapat memakan waktu berbulan-bulan untuk berlaku. ”Sebut saja beberapa bulan. Sebut saja tiga bulan. Saya tidak tahu. Itu akan memakan waktu dan kemudian tentu saja presiden harus membuat keputusan akhir tentang itu,” kata Kudlow.
AS menaikkan tarif impor China atas barang-barang senilai 200 miliar dollar AS dari 10 persen menjadi 25 persen pada Jumat pekan lalu. Hal itu dilakukan setelah pejabat AS menuduh Beijing mundur dari komitmen yang dibuat dalam putaran negosiasi sebelumnya.
Kudlow juga mengakui bahwa China tidak membayar tarif. Hal itu berbeda dengan Trump, yang telah berulang kali menyatakan melalui media sosial Twitter bahwa China membayar tarif dan dengan demikian mentransfer kekayaan ke AS. ”Kedua belah pihak akan membayar,” kata Kudlow menegaskan tentang masalah ini. ”Orang China akan menderita kerugian (ekonomi) dan sebagainya sehubungan dengan pasar ekspor yang menurun.”
Importir AS membayar biaya tarif meskipun pengecer besar mungkin dapat memaksa beberapa pemasok China untuk memotong harga mereka guna mengimbangi bea masuk. Namun, studi akademik telah menemukan bahwa sejauh ini justru konsumen dan bisnis AS yang harus menanggung biaya kenaikan tarif yang dikenakan Trump.
Pembicaraan di Washington terhenti pada hari Jumat tanpa kesepakatan, tetapi kedua belah pihak telah mengindikasikan bahwa kemungkinan pembicaraan di masa depan. Kudlow mengatakan tidak ada yang dijadwalkan, tetapi pejabat China telah mengundang Perwakilan Dagang AS, Robert Lighthizer, dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin untuk mengunjungi Beijing.
Kudlow juga mengatakan bahwa Trump dan Presiden China Xi Jingping dapat bertemu pada akhir Juni di konferensi internasional G-20 di Jepang. ”Saya pikir China merasa mereka terpuruk dalam negosiasi baru-baru ini sehingga mereka sebaiknya menunggu pemilu berikutnya pada 2020 untuk melihat apakah mereka bisa beruntung dan mendapatkan kemenangan Demokrat,” sesumbar Trump pada akhir pekan melalui Twitter.
Beijing membalas kenaikan tarif sebelumnya dengan menaikkan bea atas impor AS sebesar 110 miliar dollar AS. Otoritas China pun telah menargetkan perusahaan-perusahaan AS yang beroperasi di China dengan memperlambat bea cukai dan meningkatkan pengawasan peraturan.
Senator Rand Paul R-Ky kepada media ABC ”This Week” pada hari Minggu mengungkapkan, dirinya menyarankan presiden untuk segera menyelesaikan perjanjian perdagangan dengan China. ”Semakin lama terlibat dalam pertempuran tarif atau perang dagang, kita benar-benar bisa masuk ke dalam resesi karenanya,” katanya.
Kedua negara berselisih setelah AS menuduh China mencuri teknologi dan menekan perusahaan-perusahaan Amerika untuk menyerahkan rahasia dagang mereka. Hal itu menjadi bagian dari kampanye agresif Beijing untuk mendorong secara keras perusahaan-perusahaan China menjadi pemimpin dunia dalam bidang robot, mobil listrik, dan industri maju lainnya. (AFP)