Dua mahasiswa ITS Surabaya, Frankstein Arphan dan Tita Oxa Anggrea, menyabet gelar juara pertama di dua kategori dalam kompetisi Constantin Gh Popa Paper and Poster Contest yang digelar di Petroleum-Gas University of Ploiesti, Romania.
Oleh
IQBAL BASYARI
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Dua mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Frankstein Arphan dan Tita Oxa Anggrea, menyabet gelar juara pertama di dua kategori dalam kompetisi Constantin Gh Popa Paper and Poster Contest yang digelar di Petroleum-Gas University of Ploiesti, Romania, Kamis-Minggu, 2-5 Mei 2019.
Dua gelar yang direbut dalam kategori Paper Competition dan Poster Competition itu membuat mereka berhasil menjadi juara umum dalam kompetisi tersebut.
Membawakan penelitian tentang potensi reservoir atau wadah terakumulasinya minyak dan gas bumi, keduanya mampu mengalahkan sekitar 70 peserta lain dari 15 negara. Peserta yang mengikuti kompetisi tersebut bahkan mayoritas merupakan mahasiswa S-2 dan S-3, berbeda dengan kontingen dari ITS yang merupakan mahasiswa S-1.
Dalam penelitian dan metode yang kami lakukan, kami mampu mendeteksi potensi minyak dan gas bumi hingga lapisan tipis tersebut.
Ocha, sapaan Tita, mengatakan, penelitian tersebut berawal dari kegelisahan mengenai tingginya kebutuhan minyak dan gas bumi, tetapi jumlahnya terbatas. Oleh sebab itu, mereka membuat penelitian untuk memanfaatkan potensi reservoir agar bisa meningkatkan hasil minyak dan gas bumi lebih banyak.
Menurut Ocha, pada suatu reservoir terdapat lapisan tipis 0,5 feet (ft) yang cenderung diabaikan karena tidak terdeteksi. ”Dalam penelitian dan metode yang kami lakukan, kami mampu mendeteksi potensi minyak dan gas bumi hingga lapisan tipis tersebut,” ujar Ocha, Selasa (14/5/2019) di Surabaya.
Ketika potensi itu terdeteksi, minyak dan gas bumi bisa dimaksimalkan. Keuntungan yang didapat dari perusahaan pemilik reservoir pun akan meningkat karena pasokan minyak dan gas bumi bisa ditingkatkan.
Frankstein menambahkan, reservoir tipis 0,5 ft cenderung tidak dapat direkam oleh alat logging atau alat rekam data sumur konvensional. Oleh karena itu, keduanya membuat ide untuk mengoptimasi lapisan tersebut menggunakan rekalkulasi serta inversi Monte Carlo.
”Ada algoritma khusus yang dapat mendeteksi lapisan tersebut sehingga memberi tambahan keuntungan yang sebelumnya diabaikan,” katanya.